Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Sedih Pencari Kerja di Kebun Sawit Kalimantan

25 Juli 2015   22:20 Diperbarui: 25 Juli 2015   22:20 2727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat jelang Lebaran, banyak karyawan/pekerja mudik berbondong-bondong menuju kampung halaman. Mereka pasti bersuka cita pulang dengan membawa oleh-oleh dan rezeki dari hasil keringat yang didapat selama bekerja di kota besar.

Namun ini tak berlaku buat Jamal (56). Di usianya yang menjelang sepuh, ia harus mengalami pahitnya empedu sebagai pencari kerja yang tertipu.

Pak Jamal, biasa saya menyebut beliau, adalah ayah dari 3 putra-putrinya yang beranjak dewasa dan pastinya sedang membutuhkan banyak biaya untuk sekolah.

Profesinya sebagai buruh tani di Praya, Lombok hanya cukup untuk makan dan hidup sederhana di desa. Pak Jamal berpikir keras agar anak sulungnya yang akan lulus SMA bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.

Terdesak kebutuhan ini, Pak Jamal akhirnya tertarik tawaran dari seorang perekrut kerja sebuah perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Barat. Pekerjaannya disebutkan sangat mudah dan dijanjikan mendapat gaji perbulannya sekitar 2 juta rupiah. Terlebih ada fasilitas mess dan antar jemput.pekerja dari asrama dan ke lokasi perkebunan sawit. Tentu saja, ini menggembirakan buat Pak Jamal. Plus daftar kerja yang gratis dan transportasi kapal untuk berangkat dari Lombok ke Pontianak semua ditanggung perusahaan tersebut. 

"Bonafid nih perusahaan," pikir Pak Jamal senang.

Namun kenyataan berbicara lain.

Sesampainya di Pontianak, Pak Jamal harus menghadapi situasi sulit yang belum pernah terbayang dalam benaknya selama ini. Bermimpi pun juga tidak.

Dalam kamar asrama berukuran 3×4 meter, Pak Jamal harus tidur bersama 10 orang pekerja yang tidak ia kenal sebelumnya. Beralas tikar, pengap karena tak ada jendela dan ditemani nyamuk yang galak. Itu masih ditambah bau badan nan tak sedap dari tiap pekerja. "Saya susah istirahat. Tapi kalau badan lelah, ya mau bagaimana lagi,"ujar Pak Jamal pada saya.

Setiap hari Jamal bersama kawan-kawannya harus berjalan kaki menuju lokasi kebun sawit sejauh 7 Kilometer. Tak ada mobil atau bus antar jemput seperti yang sudah dijanjikan di Lombok.

Pulang dari kebun, Jamal pun sampai kadang pukul 9 malam bahkan pernah pukul 1 pagi. Diperparah tak adanya fasiltas MCK (Mandi Cuci Kakus). Kalau ingin mandi dan buang hajat di sungai yang berjarak 500 meter dari mess.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun