Setiap ada order, saya kerjakan bersama suami. Semua bahan saya giling sendiri, disangrai ( digoreng tanpa minyak) dan bumbu-bumbu sambal tidak memakai bahan pengawet, tidak juga pakai MSG (penyedap) dan zat kimia lainnya yang berbahaya. Semua alami dan sehat. Begitu sudah jadi, langsung saya kemas. Ada yang perkilogram dan ada yang dibungkus dalam kemasan kecil praktis langsung dihidangkan.setelah diberi air matang. Untuk.bungkusan kecil, per.bungkus Rp.3.500 dan perkilogramnya Rp.55.000,-.
- manis = untuk sate/somay
- sedang = untuk pecel, sate, somay
- pedas = untuk pecel
- extra pedas = untuk pecel.
Untuk Omzet cukup untuk tabungan, Pak. Yang pasti angka berkisar hingga 2 jutaan. Itu sudah cukup besar dari modal yang sedikit, BEP nya hanya dalam beberapa minggu sudah langsung balik. Cukup lumayan untuk ibu rumah tangga seperti saya. Tidak pakai modal besar, cepat balik modal dan tiap bulan sudah bisa menikmati hasilnya, sebagian bisa ditabung.
====%%%=====
Inilah bukti bahwa orang desa yang selama ini dianggap pola pikirnya kurang maju, ternyata bisa juga berusaha dalam 3 dimensi yang menyatu. Dimensi pangan, dimensi jaringan sosial dan dimensi ekonomi mikro. Kalau bahasa kerennya, ekonomi kreatif ala orang desa yang berpikiran maju.
Walaupun masih baru, 6 bulan berjalan, usaha Bu Dwi Mimi ini patut kita acungi jempol. Ruh kemandiriannya, tekad baja dan berani berpromosi tanpa malu adalah teladan sosial ekonomi yang layak ditiru oleh ibu rumah tangga yang lain.Â
Salam Kompasiana
Foto by Dwi MimiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H