Akun Twitter Korban Pembunuhan Harusnya Ditutup/dihide oleh Kepolisian. Itulah yang terlintas dalam pemikiran saya sejak tersiarnya kabar pembunuhan seorang Pekerja Seks Komersial yang menjaring pelanggannya lewat twitter dan terbunuh beberapa hari yang lalu.
Ada rasa risih, iba, miris melihat akun "korban pembunuhan" masih bisa dilihat orang se-dunia maya.
Mbok yao, kepolisian minta ke twitter agar akun tata chubby itu diblok dulu sementara agar tidak terbaca orang sedunia maya yang paham bahasa Indonesia. Ada beberapa alasan kemanusiaan yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan untuk pihak Kepolisian melakukan unaccess kepada akun milik korban.
Pertimbangannya :
1. Sebagai Penghormatan terakhir pada almarhumah.
Walau ia bekerja sebagai PSK, namun sekarang tidak pantas rasanya jika masih saja banyak orang mencaci maki almarhumah. Berilah penghormatan terakhir pada korban. Miris rasanya membaca  banyaknya komentar olok-olokan dan caci maki netizen kepada korban. Ini terbukti dari konten yang ada komunikasi korban dan pembunuh, bermunculan caci maki dari netizen.
2. Korban sudah almarhumah juga harus mendapat perlindungan privacy layaknya manusia yang masih hidup juga mendapat perlindungan HAM (Hak Asasi Manusia).
Setelah jadi korban, banyak orang penasaran dengan isi akunnya. Dan isinya ternyata khusus dewasa. Bagaimana kalau anak-anak baca ? terbaca testimony para pelanggan yang akan menimbulkan banyak tanda tanya pada remaja dan anak di bawah umur yang membaca testimoni pelanggan korban.
Belum pantas rasanya mereka mendengar dan membaca kata-kata testimoni dan candaan orang dewasa di konten korban.
3. Bukti sudah lengkap pada Kepolisian, akun twitter korban harusnya disembunyikan dulu dari publik. Agar menghindari pembajakan /hack dari pihak-pihak yang mungkin ingin menghilangkan jejak.
Teknisnya pasti polisi lebih tahu, bekerja sama dengan Kominfo.
4. Bagaimana kalau almarhumah adalah salah seorang kerabat / saudara kita, sementara akun nya di sosmed sedang jadi perbincangan orang sejagat maya?
Memang rasanya iba dan memprihatinkan banyak orang atas kejadian musibah ini.
Tapi masihkah kita punya rasa empati bila melihat orang sudah meninggal masih dicaci maki sementara itu seharusnya cukup menjadi nasehat buat yang masih hidup bahwa kelak kita juga akan mati ?
Semoga Pihak Kepolisian bisa melakukan langkah konkret agar tidak lagi terjadi hal-hal penistaan, pelecehan kepada korban pembunuhan di dunia maya.
Salam Prihatin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H