[caption id="attachment_316603" align="aligncenter" width="494" caption="Tanggapan DPU Kota Denpasar"]
Gayung pun bersambut. Jawaban dari Pemerintah Kota Denpasar cepat dikirimkan kepada kami. Rasanya seperti mimpi. Mengingat begitu santer sering kita dengar kalau birokrasi Pemda sangat lah rumit dan susah untuk ditembus.
Tanggapan :
- Dalam Tahun Anggaran 2009 kami telah membuat DED( Detail Enggering Desain ) untuk lingkungan Jl. Tk Yeah Aya, Jl. Tk. Badung , Jl. Tk. Batang Hari dan Kantong Banjir pada Gang I Jl. Tk Pakerisan - Selanjutnya Tahun 2010 di programkan penanganan Fisik Pembangunannya Kami tetap menangani secra skala perioritas dan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah - Makanya selalu kita upayakan operasional pemeliharaan ( Penggelontoran ) Demikian terima kasih , perhatiannya terhadap masalah lingkungan
Hati kami bersorak gembira begitu jawaban diberikan. Tapi walaupun senang ada rasa susah juga masih menggelayuti perasaan. Ini baru tahun 2009, dan baru 2010 akan diadakan pembangunan fasilitas drainase. Dan kenyataan yang terjadi adalah proyek tersebut sempat molor selama 2 tahun, karena pembangunan drainase di wilayah kami baru benar-benar dilaksanakan adalah di tahun 2012. Alhasil , banjir pun masih menjadi langganan kami. Dan di tahun 2012 yang lalu, barulah kami benar-benar sudah bebas menjadi korban banjir. Disinilah pembelajaran banjir yang begitu besar kami harus hadapi dan terima. Banjir adalah musibah yang menjadi faktor kesalahan manusia sepenuhnya. Adanya banjir menghadang adalah karena faktor manusia yang tidak mau memperhatikan lingkungannya. Pemukiman padat, lingkungan kurang sedap dipandang dengan sampah busuk menumpuk dan juga pembabatan liar pohon adalah faktor - faktor terjadinya banjir. Juga tak dipungkiri adalah penataan pemukiman perkotaan yang kurang mendapat perhatian adalah faktor banjir besar yang terus harus dihadapi pemerintah di mana saja. Adapun yang bisa kita lakukan sebagai warga adalah mempertebal faktor kesabaran dan penajaman intuisi untuk bisa menanggulangi banjir di lingkungan kita. Sabar bukan diam. Sabar adalah gerakan santun mencari solusi dan melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah banjir. Tidak perlu turun ke jalan apalagi ugal-ugalan memprotes pemerintah. Melakukan kesabaran adalah mencari solusi dan aksi. Memberi informasi kepada Pemerintah dan berusaha meminta solusi dari mereka sebagai pejabat berwenang adalah bentuk sabar. Kalaupun memang kita tidak bisa menerima kesabaran itu sebagai solusi dan menemui jalan buntu tanpa ada solusi pasti dari mereka maka tidak akan ada alternatif  jalan keluar selain mencari daerah lain yang lebih aman dan tinggi. Terimakasih atas banjir yang datang selama 6 tahun. Setelah banjir menghilang, percaya tidak, bengkel kami menjadi penuh dan ramai pengunjung karena banyak mobil yang datang  juga karena mobil mereka menjadi korban banjir. Waah, jadi senang khan ?! hehehe.... Jadi tidak selamanya banjir adalah musibah. Mari kita mengubah cara berpikir kita dengan mencari jalan bagaimana mengubah banjir menjadi indah. Dan musibah menjadi berkah. Mohon dimaafkan apabila opini saya salah. Input dan koreksi dari teman adalah anugerah buat saya. Salam Denpasar, 18 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H