Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Berbusana "Homeless" Dikira Imigrasi "Pelacur"

26 Januari 2014   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada rasa tergelitik ketika membaca curhatnya seorang gadis bernama "Tin" di blog pribadinya berjudul "The Day I Was Accused of Being A Prostitute In Bali".

Tin mengaku sebagai gadis yang senang menjelajahi negara-negara asing terutama kawasan negara ASEAN, seperti Philipina, Thailand, dan tentunya juga Indonesia. Maka tak salah kalau ia menyebut dirinya sebagai "Miss Adventure". Tapi sayang, ternyata Tin tidak begitu paham dengan aturan-aturan keimigrasian setiap negara yang berbeda-beda. Dan karenanya Tin harus menjalani pemeriksaan dari pihak imigrasi Bandara Ngurah Rai yang melelahkan dan menjengkelkan.

Tin menulis dengan berpakaian seadanya seperti kaus singlet dan bercelana cekak , ia turun dari pesawat yang membawanya dari Phuket Thailand menuju Bali.

Tin sadar, kedatangannya di Bandara Ngurah Rai, dari sejak masuk pintu ia merasa sudah dipandangi terus oleh petugas. Hingga akhirnya seorang ibu-ibu pegawai imigrasi memanggilnya ke dalam ruangan khusus intrograsi.

Ok, relax. You got your passport stamped and they didn’t find anything illegal in your bag. Relax Tin.”, kata Tin dalam hati.

Setelah berbasa-basi, mulai lah ibu petugas imigrasi menanyakan hal-hal yang membuat Tin merasa aneh dan janggal.

"You’re on holiday, right? So, where’s your permanent address? Do you have any other form of ID? Can I see it?" Tin: I’ve been living in New Zealand for the last 4 years. I am a permanent resident, you can see it there in my passport, my residency. Yes, I do have other ID’s (showed her my NZ Drivers Licence, Registered Engineers Licence and all other ids I can find in my wallet. I even showed her my very old voters ID from the Philippines.) "Aside from this engineers id, do you have any proof that you are actually working as an engineer in NZ?" Tin: (I’m already annoyed with her, but I remained calm.) Yes, I do. If you look at that old passport that is stapled to my new passport, you will see my old working visa. It’s noted there that I can only work as a civil engineer in NZ.

Jadi petugas Imigrasi menanyakan kepada Tin, apakah ada bukti kalau ia memang seorang teknisi sipil yang pernah bekerja di New Zealand. Tentu saja, ini membuat Tin sedikit gusar. Wajar kalau ia rada "terpancing emosi" karena Tin berpikir, untuk apa petugas imigrasi menanyakan masalah pekerjaan  Tin sebenarnya. Ini membuat Tin curiga.

Belum kecurigaannya habis dan harus repot mencari bukti kalau ia pernah 4 tahun bekerja sebagai teknisi sipil di New Zealand, Tin harus menghadapi perlakuan aneh dari petugas. Seperti suara hidung yang mengejek Tin dengan halus. "Oh tentunya , orang tuamu pasti bangga ya dengan pekerjaanmu".

Immigration Lady: (She nodded, sighed and gave me a very sarcastic smile) your parents must be very proud of you. (those words came from her nose!)

Karena tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan dari Tin, akhirnya petugas Imigrasi memperbolehkan Tin keluar dari ruangan pemeriksaan. Walaupun kembali Tin harus menerima tatapan sinis dari petugas Imigrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun