Kisah Guru Ngaji Masa Kecil
Seorang perempuan baik, shalehah dan penyayang anak pernah menjadi seorang pembimbing membaca kitab Al Qur'an buat anak-anak kecil di kawasan Angkasapura kota atas Jayapura, Papua. Perempuan itu selalu hadir menghantarkan ilmu agama yang sangat berharga buat kami di pesantren Angkasa. Ibu  Ami, kami memanggil beliau setiap bertemu. Wajahnya lembut, berpakaian sederhana dan selalu suka mengajak kami bercanda. Santri-santri cilik yang belajar padanya sangat mencintai dan menghormatinya.
Hingga suatu ketika di tahun 1984, beberapa hari kami kehilangan sosok Ibu Ami. Beliau sudah tidak masuk selama seminggu. Tidak ada yang tahu kabar berita Ibu Ami. Semua santri-santri cilik sudah resah karena beberapa halaman mengaji belum juga diajarkan. Sepertinya Ibu Ami hilang bak ditelan rimbanya.
Kabar mengejutkan pun datang kepada kami. Ibu Ami ditemukan sudah tidak bernyawa di dalam kamar kontrakannya. Polisi menemukan mayatnya setelah 3 hari membusuk tanpa ada yang mengetahuinya. Dan dari hasil penyelidikan beberapa minggu kemudian, ditemukan banyak fakta mengejutkan. Ibu Ami tewas dibunuh oleh seorang pria yang sering mengantar dan menjemput beliau saat mengajar di pesantren kami.
Ibu Ami tewas setelah diperkosa sebelumnya berkali-kali oleh pembunuh itu dan mayatnya dimasukkan ke dalam lemari pakaian di kamar kontrakan Ibu Ami. Tahun 1984, Pesantren dan kota Jayapura gempar oleh kasus pembunuhan ini.
Pembunuh diketahui sehari-harinya bekerja sebagai kuli bangunan, dan lebih mengejutkan lagi di dalam kamar pembunuh itu terdapat koleksi film dewasa (dulu sering disebut BF, akronim nya "Blue Film").
Kisah ini terus membekas dan kadang bila bertemu teman santri yang dari Jayapura dulu, saya sering menangis karena mengingat nasib tragis Ibu Ami yang kami sangat sayangi dulu.
Di sinilah awal mula kebencian itu tumbuh dalam benak dan relung hati saya kepada pornografi. Saya akan selalu mengingat kisah ini seumur hidup. Nyawa seorang guru saya hilang karena pornografi. Sejak saat itulah kebencian kepada semua kisah pemerkosa dan pemerkosaan akan mengingatkan rasa kehilangan guru saya itu. Salah apa Ibu Ami kepada pembunuh itu ? Kalau hanya hendak dijadikan pelampiasan hawa nafsu , mengapa harus guru saya ? Baiklah, kalau berita yang terdengar, Ibu Ami hamil karena diperkosa kekasihnya sekaligus pembunuhnya itu , tapi mengapa harus menghilangkan nyawa seseorang yang tidak bersalah ? Malu karena punya anak hasil perkosaan ? Memang benar-benar bejat kelakuan pembunuh itu.
Inilah dasar pemikiran yang melingkupi saya hingga dewasa. Pornografi itu JAHAT ! Maka saya akan melawan semua kejahatan yang menyebabkan terbunuhnya ibu guru saya.
Dan saat ini saya terus aktif di media sosial baik Facebook dan Twitter untuk berperang dengan kejahatan ini. Kedok kejahatan yang dibungkus dengan bungkusan kenikmatan gambar, video, kisah dewasa yang seharusnya tidak layak dikonsumsi siapapun. Jangankan anak kecil, seorang pria dewasa pun juga tidak pantas dan tidak terhormat bila mengkonsumsi pornografi. Terlalu banyak kejahatan yang akan masuk kedalam badan, jiwa, otak dan hati daripada kebaikannya. Kalau dari sebuah situs yang pernah saya baca terus perang dengan pornografi mengatakan , " Scientists at Cambridge University recently studied the brain scans of porn addicts and found that they looked exactly like those of drug addicts. With such an inexhaustible supply of porn at our disposal, there is a growing concern that it is beginning to effect our brains, our relationships, and even our bodies".
Jadi otak yang kecanduan pornografi discanner dan ternyata sama dengan otak yang kecanduan miras. dan ini jelas berpengaruh kepada otak, hubungan sesama juga kepada fisik badan kita.
Inilah yang terus membuat saya giat berperang dengan pornografi di media sosial.
Hampir 100 lebih laporan saya sampaikan kepada pengelola Facebook. Beberapa diantaranya mendapat tanggapan positif. Seperti ada kasus FAN PAGE "Jual Beli ABG Surabaya". Info page gila ini saya dapatkan dari seorang teman yang geram karena setiap harinya dipampang wajah gadis belia asal Surabaya dan sekitarnya dengan tarif booking yang dipasang diwajah fotonya. Ini benar-benar sudah meresahkan banyak orang, pikir saya.
Alhamdulillah, laporan saya banyak yang ditanggapi oleh Facebook Indonesia. Ada 100 lebih laporan yang sudah saya kerjakan, dan hanya 40% yang ditanggapi positif dengan pemblokiran dan penutupan page dan akun bermasalah tersebut (baik twitter juga Facebook). Ada yang ditanggapi dingin oleh Facebook. Karena menurut kriteria mereka, belum masuk konten yang melanggar hukum dan privasi. Yah, tidak mengapalah, yang penting kami sudah bekerja semaksimal mungkin.
Dan ini semua murni saya lakukan sendiri dan tanpa bantuan pihak darimana pun. Semua murni karena ada banyak niat baik saya untuk bisa menjaga anak-anak generasi muda (termasuk anak kandung saya sendiri) dari ekses negatif konten dewasa buat kehidupan mereka. Kalaupun harus menghadapi banyak batu besar dan ombak tinggi bak tsunami yang sering menghantam saya, saya anggap itu wajar. Karena inilah dinamika kehidupan.
Tidak mengapa, bila saya disebut orang sebagai "Sok moralis", "Polisi Moral", dan lain sebagainya. Siapapun yang sedang berjuang pasti akan dicap dan distempel oleh orang yang kontra pada dirinya. Itu manusiawi dan sudah jadi sunnah sejak adanya perang antara kebaikan dan kejahatan.
Cuma kadang saya berpikir, mengapa kalau pornografi yang sudah terbukti dalam hidup saya adalah kejahatan , mengapa masih banyak yang menganggapnya BAIK. Ya sudah, kalau itu adalah sebuah nilai pertentangan yang jamak. Karena sejak kecil saya sudah menganggap bahwa Pornografi itu jahat. Ia bisa membunuh siapa saja, bahkan kepada orang yang tidak bersalah sekalipun.
[caption id="attachment_329977" align="aligncenter" width="421" caption="Salah satu pemberitahuan dari pengelola Facebook ttg penutupan akun page "][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H