2500 USD adalah SPP yang harus dibayar orang tua / wali murid TK JIS yang sedang heboh itu. Angka ini saya dapatkan dari wawancara telekonferens yang ada di TV One saat ibu TH ditanya besaran SPP per bulan anaknya di TK JIS.
Ibu TH menyesal sudah memasukkan anaknya bersekolah di TK Jakarta International School. Ibu TH mengungkapkan kekesalannya seperti yang ada di Kompas.com, "Kamu mau masuk (sekolah) tidak ada izin, bayarnya Rp 20 juta perbulan, mau? Itu makanya, jengkel saya,". ( Beritanya disini ). Seperti dimaklumi Ibu TH berkata demikian karena anaknya sudah menjadi korban perbuatan cabul cleaning service yang bertugas membersihkan TK JIS setiap hari.
20 Juta Rupiah perbulan bukanlah uang sedikit. Pemanfaatan uang sebanyak itu oleh sekolah yang sangat dipercaya kredibilitas dan kualitas pendidiknya ternyata belum bisa memenuhi rasa aman buat orang tua seperti ibu TH. Dan ditambah penyesalan yang menjadi-jadi ketika Ibu TH mengetahui kalau TK JIS belum memiliki izin dari Ditjen PAUDNI Kemendikbud.
Mendengar berita ini tergelitik hati saya untuk ikut memberi masukan kepada Kemendikbud. Agar bisa menjadi perhatian untuk kita semua sebagai orang tua dan pembelajaran berharga. Uang SPP mahal ternyata belum cukup membayar keamanan anak bersekolah. Itulah yang dirasakan Ibu TH dan kita sebagai orang tua.
Masih banyak TK dan sekolah negeri maupun swasta yang bertarif lebih logis dan menjamin keamanan anak didiknya setiap hari agar tidak menjadi incaran dari para psycho dan penjahat berat yang menyukai anak-anak kecil (pedofilia).
TK Laskar Pelangi sebagai contoh. Sekolah ini jauh sekali dari apa yang ada dibenak kita seperti sekolah kebanyakan. TK ini ada di Kota Denpasar . Berada di gang kumuh di salah satu sudut kota menjadikan TK ini sebagai  wadah pendidikan anak-anak dari orang tua yang setiap hari mencari nafkah sebagai buruh pengangkut pasir di kawasan Gatsu dan Sanur Denpasar.
Walaupun kumuh dan berada di antara rumah penduduk yang sederhana tapi keamanan sekolahnya , boleh dijamin sangat aman. Sekolah kampung , begitulah kata orang menyebut sekolah ini. Orang tuanya yang bekerja di tengah siang bolong kepanasan dan kadang diterpa hujan tidak perlu risau dan was was karena anaknya tidak bakalan ada yang mengganggu. Jangan kan cleaning service yang pedofilia, untuk kebersihannya, hanya bu guru TK saja yang harus bekerja keras menyapu, mengepel dan membersihkan kelasnya setiap hari.
Terdengar lantunan doa-doa nan sejuk dari kejauhan bila kita berjalan memasuki lorong sekolah. Ada anak yang sudah hapal surat-surat pendek dari kitab suci. Ada yang sedang belajar mempraktekkan ibadah shalat. Dan orang tua yang menunggu anak-anaknya bersekolah juga tidak dibiarkan merumpi/ngegosip yang tidak ada faedahnya. Ibu-ibu yang sedang menunggu anaknya dikumpulkan oleh kepala TK dan diajarkan untuk bisa membaca Al Qur'an. walaupun grotal-gratul dan terbata-bata, setidaknya ibu-ibu ini punya kegiatan positif sembari menunggu anaknya sekolah.
Bukan saya saja yang terpesona oleh kesederhanaan sekolah ini, juga keramah tamahan anak-anak juga gurunya sempat dirasakan oleh seorang mantan artis yang kini menjadi mubalig yakni Ibu Neno Warisman.
Jangan ditanya , atau jangan membayangkan berapa SPP yang harus dibayar oleh bapak mereka yang notabene seorang buruh. Mereka gratis bersekolah. Saya tidak perlu mengungkapkan bagaimana mereka mendapatkan dana untuk operasional sekolah. Karena inilah kehebatan mandirinya rakyat Indonesia khususnya warga Denpasar Bali yang setiap bulan menyokong sumbangan dan menggelontorkan dana bantuan dari Pemerintah untuk keberadaan sekolah TK nan sederhana ini.
Kesimpulan saya yang sederhana, kalau 2500 USD belum bisa cukup membayar keamanan anak bersekolah, maka perlu patut dipertanyakan kepada pengelola JIS. "Motif apa yang mendasari SPP sedemikian mahalnya ditarik dari orang tua / wali murid jika keamanan sekolah saja tidak bisa terjamin." Mungkin inilah maksud kalau kita sebenarnya bermental takluk pada bahasa inggris dan sungkan pada bule yang cas cis cus. Bukan kami menyudutkan bule atau warga yang suka menyekolahkan anaknya di sekolah bule, hanya perlu dikaji ulang pemikiran kita sebagai warga biasa, bahwa masih banyak sekolah di negeri ini yang masih memerlukan perhatian dan pengawasan dari pihak Kemendikbud. Bukan hanya JIS saja. Karena sekolah harus aman dari gangguan pedofilia dan guru "musang berbulu domba".
Salam Kompasiana
Foto : dokumen pribadi dari artikel saya di Kompasiana "Laskar Pelangi Juga Ada di Bali".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H