Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Media Besar "Malu" Sebut Kompasiana Sebagai Sumber Berita

30 Mei 2014   04:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_339060" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Kompasiana / (KEV)"][/caption]

Masih segar dalam ingatan penulis di pertengahan Bulan Februari 2014, artikel dari "penulis UGM" membuat gonjang-ganjing dunia pendidikan dan media nasional dengan terkuaknya skandal plagiarisme Anggito Abimanyu yang berbuntut mundurnya beliau sebagai dosen UGM ( Kompas, 18/02/2014).

Mungkin dalam kasus plagiarisme selalu memunculkan banyak cerita di belakangnya (behind the story) yang pahit dan membuat banyak pihak terkejut. Kompas dalam terbitannya yang mewartakan mundurnya Anggito Abimanyu sebagai dosen UGM ini ternyata tidak menulis Kompasiana sebagai sumber berita dari kasus plagiarisme ini. Kalau "tidak tahu" atau "malu" dalam penulisan sumber berita Kompas tentu saja membuat banyak orang menjadi heran. Aneh lah kalau Kompas sampai tidak mengenal Kompasiana anaknya sendiri yang menjelaskan asal-muasal kasus tersebut. Karena Jawa Pos saja mengenali sumber berita itu berasal dari Kompasiana. ( Ulasannya yang lengkap dibahas oleh Pak Daniel H.T dalam artikel "Kompas tidak menghargai Kompasiana") kasarannya "Bapak sudah tidak kenal dengan anaknya".  Terlalu... kata Bang Haji.

Dan masih banyak cerita yang terjadi ditulis oleh warga Indonesia dalam blog jurnalisme warga bernama Kompasiana yang juga membuat heboh banyak kalangan. Dan kembali dirilis oleh media-media besar tanpa mau menyebutkan sumbernya berasal dari Kompasiana sebagai media yang pertama kali mewartakannya.

Pahitnya, ini terjadi pada saya. Dan kepahitan ini menuai banyak pemikiran mengendap dalam kepala yang menggugah batin dan mata hati saya. Karena inilah dunia jurnalisme dan dunia bisnis yang menyatu dengan lengkap dan beradu di depan mata saya. Saling menabrak dan menjadi tidak jelas saat pemikiran-pemikiran kita sebagai warga yang dituangkan dalam tulisan dengan memeras otak, memeras keringat karena harus mencari referensi-referensi pendukung yang kredibel dan tiba-tiba saja BLLAAAR dimentahkan oleh media lain yang dengan entengnya menyebut orang lain dan forum lain sebagai sumber. Dan sebagai penulis pertama kita tidak dianggap , dan parahnya lagi, KOMPASIANA bukanlah sumber berita yang "mungkin" belum layak ditulis media-media besar itu.

Begini saja, kalau saya akan beberkan kronologisnya dari yang saya alami.

Tanggal 18 Mei 2014, saya menulis artikel "Indomaret sedia biskuit Jepang Mengandung Lemak Babi" dan sudah dibaca 2031 orang, dishare FB 573, ditweeps 59 kali, dan google plus 5 sharing. Tentu saja berita ini mengejutkan banyak orang hingga media besar seperti Okezone.com meliputnya dan menjadikan sumber berita saya ini dalam beberapa artikel.

Menyesakkan buat saya pribadi karena dalam artikel Okezone.com seolah tidak mau menulis Kompasiana sebagai sumber berita. Jangan menyebut saya kegedean rumangsa (Ge-ER) karena jelas sekali Okezone.com memasang isi artikel saya dalam beberapa kutipan dengan jelas. Dan kembali lagi okezone hanya menyebut saya sebagai " SEBUAH AKUN" dan KOMPASIANA ditulis sebagai "Salah Satu FORUM INTERNET". (Artikel terbit tanggal 22 Mei 2014 di Okezone.com dan ini link nya.)

Inilah pertama kali kejanggalan yang saya temukan sebagai "malu-malu" kucingnya Okezone.com.

Belum tuntas rasa kekesalan yang sudah tidak saya anggap lagi sebagai hal penting, muncul lah artikel yang dipublish di Tempo.com dan mengundang rasa gatal di kepala saya yang sebenarnya tidak pernah gatal, karena saya rajin shampoo dan mandi bersih 3 kali sehari (hehehe.. maaf jaka sembung).

Tempo.co menulis dengan judul "Selain Cadbury, Waspadai Biskuit Haram" yang dipublish tanggal 28 Mei 2014 kemarin. Lagi-lagi hal pahit terjadi lagi dilakukan Tempo. Benar-benar buikiin saya garuk-garuk kepala. Karena media sekelas Tempo yang kredible dan dijadikan acuan banyak pihak malah menjadikan obrolan para "Kaskuser" sebagai sumber tulisan ! Asli bener-bener membuat terkejut. Karena dari awal sampai akhir, hampir 90% isi berita mengutip obrolan kaskuser dan sisanya adalah isi artikel saya.

[caption id="attachment_339049" align="aligncenter" width="437" caption="artikel di Tempo tentang biskuit haram (dok.pri)"]

1401372476564391960
1401372476564391960
[/caption]

Jeleknya lagi, para kaskuser tersebut menulis komennya berdasarkan sumber dari artikel di Kompasiana. Ya tulisan saya lagi !

HAH ?!!

Lucu dan ajaib banget buat saya untuk membaca artikel dari media besar sebesar Tempo hanya mengambil kutipan dari forum online yang dasar tulisannya adalah artikel saya di Kompasiana !

Meluncurlah pikiran-pikiran saya sebagai warga biasa yang hanya bisa membaca ini sebagai gejala persaingan bisnis antara dua wajah jurnalisme besar Indonesia. Saya seperti membaca pertarungan Kompasiana dengan Tempo. Itu terjadi dalam benak saya, mengapa Tempo sampai menganggap Kompasiana sebagai media yang tidak layak ditulis sebagai sumber berita ? Rasanya saya nggak enak kalau ngomong Tempo agak rabun dikit karena, "Jurnalisnya tidak mungkin kalau tidak membaca quote Kaskuser berasal dari Kompasiana".

Napa jadi malu ya menyebut Kompasiana sebagai sumber berita ?

Gak Okezone, gak Tempo, dan banyak media lain. Takut kalah saingan tho ??

Seharusnya media bukan memikirkan mana yang jadi saingan dan tidak usah khawatir kalah pamor menulis Kompasiana sebagai sumber aslinya. Karena penting untuk media bersikap jujur. Toch, kita pembacanya malah bisa menilai kejujuran media sebagai jurnalis yang sehat dan terpercaya.

Kejujuran media adalah harapan warga masyarakat. Kalau media dan insan pers mau jujur dalam pemberitaan dan mengedepankan sumber berita yang aktual, benar dan valid akan menambah kredibilitas media itu sendiri sebagai acuan warga membaca informasi dan berita.

[caption id="attachment_339048" align="aligncenter" width="592" caption="Kaskuser quote berasal dari artikel saya di Kompasiana (dok pri)"]

14013723151603735641
14013723151603735641
[/caption]

[caption id="attachment_339050" align="aligncenter" width="506" caption="Kenapa Malu Menyebut Kompasiana Sebagai Sumber Berita ? (dok.pri)"]

14013725541335590886
14013725541335590886
[/caption]

Kesimpulan saya akhirnya adalah pers bagaimanapun harus tetap berpegang teguh pada norma penulisan berita yang benar. Sumber berita harus ditulis dengan jelas. Apa insan jurnalis sejati tidak malu pada warga yang menulis sebagai jurnalis dadakan yang patuh pada aturan di Kompasiana yang harus  mencantumkan sumber berita dengan sejelas-jelasnya dan mendetail ?

Sukses Selalu dan Jaya Terus buat penulis-penulis Kompasiana yang berjiwa besar !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun