[caption id="attachment_339049" align="aligncenter" width="437" caption="artikel di Tempo tentang biskuit haram (dok.pri)"]
Jeleknya lagi, para kaskuser tersebut menulis komennya berdasarkan sumber dari artikel di Kompasiana. Ya tulisan saya lagi !
HAH ?!!
Lucu dan ajaib banget buat saya untuk membaca artikel dari media besar sebesar Tempo hanya mengambil kutipan dari forum online yang dasar tulisannya adalah artikel saya di Kompasiana !
Meluncurlah pikiran-pikiran saya sebagai warga biasa yang hanya bisa membaca ini sebagai gejala persaingan bisnis antara dua wajah jurnalisme besar Indonesia. Saya seperti membaca pertarungan Kompasiana dengan Tempo. Itu terjadi dalam benak saya, mengapa Tempo sampai menganggap Kompasiana sebagai media yang tidak layak ditulis sebagai sumber berita ? Rasanya saya nggak enak kalau ngomong Tempo agak rabun dikit karena, "Jurnalisnya tidak mungkin kalau tidak membaca quote Kaskuser berasal dari Kompasiana".
Napa jadi malu ya menyebut Kompasiana sebagai sumber berita ?
Gak Okezone, gak Tempo, dan banyak media lain. Takut kalah saingan tho ??
Seharusnya media bukan memikirkan mana yang jadi saingan dan tidak usah khawatir kalah pamor menulis Kompasiana sebagai sumber aslinya. Karena penting untuk media bersikap jujur. Toch, kita pembacanya malah bisa menilai kejujuran media sebagai jurnalis yang sehat dan terpercaya.
Kejujuran media adalah harapan warga masyarakat. Kalau media dan insan pers mau jujur dalam pemberitaan dan mengedepankan sumber berita yang aktual, benar dan valid akan menambah kredibilitas media itu sendiri sebagai acuan warga membaca informasi dan berita.
[caption id="attachment_339048" align="aligncenter" width="592" caption="Kaskuser quote berasal dari artikel saya di Kompasiana (dok pri)"]
[caption id="attachment_339050" align="aligncenter" width="506" caption="Kenapa Malu Menyebut Kompasiana Sebagai Sumber Berita ? (dok.pri)"]