Mohon tunggu...
Agung Soni
Agung Soni Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bismillah...Alhamdulillah Wa syukurillah

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Bank Syariah Bukan Ancaman untuk Perekonomian Bali

9 Agustus 2014   05:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:00 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin (07/08/2014) di depan kantor Bank Indonesia Denpasar, Bali berkumpul pemuda pemudi menentang adanya bank syariah di Bali. Ini tidak mengejutkan bagi penulis, karena di beberapa media lokal menyebut ada gerakan yang menentang segala yang berbau syariah di Bali.

Cukup menggelitik perasaan saya sebagai muslim keturunan Bali dengan gerakan ini.

[caption id="attachment_351889" align="aligncenter" width="518" caption="Demo Menentang Bank Syariah di Bali , Kamis 07-08-2014 (dok.pribadi)"][/caption]

Bank Syariah Bukan Ancaman untuk perekonomian Bali dan juga untuk para pemeluk agama lain seperti pemeluk agama Hindu yang menjadi mayoritas pemeluk di Bali. Tentu saja ini membuat kita harus banyak menelaah, sejatinya bank syariah justru akan menjadi sebuah pemicu naiknya kesejahteraan bagi semua warga masyarakat tanpa terkecuali, bukan hanya muslim saja.

Ekonomi syariah mengajarkan tegaknya nilai-nilai keadilan, kejujuran, transparansi, anti korupsi, dan eksploitasi. Artinya misi utama ekonomi syariah adalah tegaknya nilai-nilai akhlak moral dalam aktivitas bisnis, baik individu, perusahaan ataupun negara serta terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil .

Tentunya Bali sebagai tujuan pariwisata dunia tidak bisa begitu saja hanya diam dalam satu sistem perbankan yang klasik. Dominasi bank dunia seperti Citibank, HSBC, ABN-AMRO, dan Deutsche Bank juga menerapkan sistem perbankan syariah dalam kegiatan perbankan mereka. ANZ Australia, juga telah membuka unit syari'ah dengan nama First ANZ International Modaraba, Ltd. Bahkan negara Jepang, Korea dan Belanda sudah mengambil start dengan mempersiapkan bank syariah mereka yang pertama.

1. Bank Syariah Melayani Warga Masyarakat Umum

Data perkembangan yang cukup signifikan di Bali membuat banyak bank syariah bermunculan. Sampai Bank Victoria Syariah juga ada di Bali (ini surprise buat kebanyakan orang karena jarang mendengar nama Victoria bank). Lalu apakah dipikir , para pegawai, direktur hingga semua karyawan nya harus muslim ? Eh ternyata juga nggak tuh..Ini artinya semua yang bertransaksi di bank syariah bukanlah melulu harus muslim. Semua lini dan strata sosial masyarakat akan dilayani bank syariah. Jadi ini bukanlah permasalahan Islam akan mendominasi pemeluk agama lain tetapi hanya sistem perbankan syariah saja yang berbeda dengan perbankan yang ada pada umumnya di Indonesia. Sekedar contoh tambahan, di Luxemburg, yang menjadi Managing Directors di Islamic Bank Internasional of Denmark adalah non Muslim yaitu Dr. Ganner Thorland Jepsen dan Mr. Erick Trolle Schulzt.

2. Bank Syariah Memperkuat Perekonomian Warga Masyarakat

Di tahun 2012 , saya sempat membaca sebuah blog pribadi yang membahas betapa jauh perbedaan antara pembiayaan motor berbasis syariah dengan bank umum non syariah. Selisih margin yang ditawarkan bank syariah sangat menguntungkan bagi nasabahnya. Dan tidak tanggung-tanggung kalau selisih harga nya bisa mencapai jutaan rupiah ! Tentu saja bank berbasis syariah menjadi banyak diminati oleh calon pembeli motor daripada usaha perkreditan lainnya yang semata-mata ingin menguras keuangan nasabahnya. Jadi bisa disimpulkan, bahwa usaha perkreditan syariah baik BPR syariah, Koperasi Syariah akan menambah keuntungan buat warga dan ini adalah ancaman buat lembaga pembiayaan non syariah.

[caption id="attachment_351902" align="aligncenter" width="600" caption="Tabel perbandingan harga motor dari pembiayaan syariah dengan non syariah (Sumber : edorusyanto.wordpress.com)"]

14075079911428395536
14075079911428395536
[/caption]

3. Bank Syariah Diteliti dan Dikembangkan Oleh Ilmuwan Non Muslim di Universitas-universitas Dunia.

Ada seorang ilmuwan peneliti bank syariah juga pengembang akuntansi bergelar profesor dan ternyata juga seorang pastur di Wollongong Universitas bernama Michael J. R. Gaffikin. Ia menjadi peneliti akuntansi syariah karena tertarik dengan sistem akuntansi syariah yang menguntungkan bukan saja untuk bank akan tetapi juga menguntungkan untuk nasabah. Prof. Michael J.R Gaffikin adalah seorang pembimbing thesis untuk seorang calon doktor asal Indonesia , Iwan Triyuwono.

Dan ini tentu saja menjadi sebuah perkembangan ilmu perbankan yang menarik buat para ilmuwan dunia karena ekonomi syariah memiliki daya tarik buat mereka.

Penulis tidak mau gegabah menuding kalau penolakan sistem syariah di Bali adalah karena adanya perbedaan agama Hindu dan Islam , karena Islam dan Hindu sudah ratusan tahun hidup damai berdampingan di Bali.

Penulis lebih mengarahkan penolakan sistem bank syariah di Bali lebih cenderung kepada adanya persaingan dan kecemburuan dari pelaku sistem ekonomi yang lebih menyenangi uang hasil riba dari praktek perbankan ataupun pembiayaan non-syariah.

Kecemburuan dan sentimen negatif tersebut semata-mata karena faktor ekonomi. Dan untuk lebih bisa menjadi heboh menarik perhatian, maka bungkusan yang dipakai adalah bungkusan "agama".

Mereka mengedepankan faktor agama dengan memakai alasan kalau sistem Pancasila dan Hindu yang jadi mayoritas akan terancam. Padahal sudah kami jelaskan di atas, kalau sistem bank syariah bukan semata-mata milik muslim saja. Bank syariah sudah menjadi milik dunia !

Jadi sekali lagi dengan rendah hati dan pikiran terbuka, apakah Bali dan pemeluk Hindu dan juga pemeluk agama lainnya akan terancam dengan sistem bank syariah ?? Mari belajar kepada dunia internasional yang sudah maju, sudah mapan dan berpikiran lebih terbuka kepada semua sistem ekonomi di dunia.

Pelajari dulu, teliti dulu dan mencoba dulu baru berkesimpulan.



Salam dan Mari Buka Pikiran Untuk Indonesia Lebih Maju !


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun