" Mesin Belanda Bagai Hujan Mengguyur PersadaSuara Meriam Membelah Udara, Bagai Angkasa Runtuh Bumi Ditimpa
Jiwa Pahlawan Bangkit, Ingat Sebagai Satria Utama
Tak Hendak Menyerah, Pantang Menghamba"
Itulah petikan syair yang terdapat dalam ruangan utama dan ditulis Pak Ngurah Gede Pemecutan dengan apiknya.
Berbagai macam lukisan dengan tema yang menggambarkan betapa adi luhungnya budaya dan kesenian Bali terpancar dalam lukisan-lukisan yang terpajang di museum ini. Saya pun lagi-lagi terpesona dibuatnya.
Memadukan rasa dan menuangkannya ke dalam sebuah lukisan dengan menggunakan jari adalah hal yang tidak mudah. Banyak tantangan dan kendala yang terkadang menghalangi Pak Ngurah Gede Pemecutan saat melukis. Keindahan, cita rasa dan kesan menggoda sesekali juga terpancar dalam lukisan beliau. Seperti yang satu ini untuk menggambarkan lukisan Tari Kecak.
Puas berkeliling dan memotret obyek lukisan yang mengundang decak kagum hati ini, penulis akhirnya bisa berkesempatan untuk berjumpa langsung dengan sang maestro. Saat itu, beliau juga sedang menemui tamu dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Bali. Namun dengan wajah ramah dan tutur budi halusnya, beliau tetap mempersilahkan saya untuk menjumpainya, menyalami beliau bahkan berpotret bersama beliau. Sebuah kesempatan berharga yang tak boleh disia-siakan begitu saja.
Tak berlebihan jika akhirnya Museum Rekor Indonesia menganugerahkan award kepada Sang Maestro sebagai pelukis dengan 1.507.725 sidik jari paling banyak untuk pelukis di Indonesia di tahun 2012.
Inilah sekilas perjalanan saya di Museum Lukisan Sidik Jari Ngurah Gede Pemecutan.
Menghargai hasil karya budaya bangsa adalah dengan cara menghargai karya seni anak bangsa yang mencerminkan keluhuran budi dan kebaikan pada sesama.
Salam Kompasiana