Pagi ini penulis beruntung bisa mengunjungi seorang konsumen langganan bengkel yang aktif berkarya di bidang seni ukiran khas Bali. Pak Balika, saya menyapa beliau. Lengkapnya Drs. I Wayan Balika, Msi seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Beralamatkan di Jalan Raya Sakah Desa Batuan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Jalan ini adalah jalan yang biasa penulis lintasi bila hendak menuju Ubud. Galeri Pak Balika sangat luas dan para pengrajin ukir bekerja di depan galeri yang langsung menghadap ke jalan raya Sakah. Tentu saja ini sangat menarik para wisatawan yang perduli dan tertarik dengan seni ukiran, dapat melihat langsung cara kerja para pengrajin ukir memahat hasil karya bernilai seni tinggi dan mahal.
[caption id="attachment_365870" align="aligncenter" width="605" caption="Galeri Balika di Jalan Raya Sakah Batuan Sukawati (dok pri)"][/caption]
"Kendala paling besar saat ini kami hadapi adalah susah mendapat tenaga kerja yang mau kerja mengukir. Jangan yang ahli, yang mau saja , agak susah mendapatkannya," kata Pak Balika membuka percakapan kami.
[caption id="attachment_365888" align="aligncenter" width="570" caption="(dok.pri) Hasil Karya Seni Ukir Bali di Balika Galery Sakah"]
Usaha seni ukir Bali ini sudah digeluti Pak Balika sejak Tahun 1991. Sejak tahun 1990-an pasar sangat merespon dengan membanjirnya permintaan kepada Pak Balika hasil karya seni ukir Bali. Umumnya yang sering dipesan adalah daun pintu ukir, jendela ukir Bali, mebel ukir sampai bangunan kecil seperti bale bengong ( rumah sawah) yang berukir khas Bali.
[caption id="attachment_365869" align="aligncenter" width="551" caption="Seorang Pengrajin Ukir Bali Sedang Memahat (dok.pri)"]
Pak Balika sangat mencintai pekerjaannya. Ia bersama 12 karyawan setiap hari memproduksi daun pintu dan meja tamu khas Bali. Kedua barang ini sedang banyak diminati orang Eropah dan Jepang. Italia, Jerman, Rusia, Inggris banyak meminta daun pintu dan meja ukir khas Bali.
Omzetnya per bulan mencapai 300 hingga 600 Juta Rupiah. Itu semua tidak menentu. Tergantung permintaan ramai sepinya pasar di luar negeri. Dari dalam negeri pun juga banyak yang meminta pesanan khas ukiran Bali kepada Pak Balika. Dan keuntungan yang didapat mencapai 40% sampai 50% dari penjualan hasil seni.
"Karyawan saya beri gaji antara 2,5 juta sampai 4 Juta rupiah perbulannya. Itu makan siang juga saya yang siapkan untuk mereka.," jelas Pak Balika lebih lanjut.
[caption id="attachment_365885" align="aligncenter" width="446" caption="Pengukir Daun Pintu Khas Ukir Bali (dok.pri)"]
Hanya sangat disayangkan di saat permintaan dari pasar sedang ramai, kadang kami kewalahan karena kurangnya tenaga pengrajin ukir yang ada. Tahun 2011, Pak Balika sempat memiliki 20 pengrajin. Dan di Tahun 2014 hanya 12 orang saja yang bekerja. Setiap tahun para pengrajin , jumlahnya semakin menyusut. Ada yang sudah mulai membuka usaha sendiri tapi ada juga yang memilih bekerja di bidang lain.
Penulis pun menjadi khawatir dengan adanya fenomena ini. Dengan semakin susahnya mendapatkan pengrajin seni ukir di Bali maka kerajinan ukiran Bali akan semakin jarang. Ini sungguh mengkhawatirkan. Bila saja Pemerintah Daerah Bali mau memperhatikan hal tersebut , bisa dipastikan dengan turut ikut andilnya Pemda Bali dan Pusat mendorong generasi muda untuk mau melestarikan hasil seni bangsa sendiri, maka seni ukir Bali tidak mengalami kepunahan.
[caption id="attachment_365883" align="aligncenter" width="289" caption="Pemilik Balika Galery Ukir Bali (dok.pri)"]
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H