Hanya sangat disayangkan di saat permintaan dari pasar sedang ramai, kadang kami kewalahan karena kurangnya tenaga pengrajin ukir yang ada. Tahun 2011, Pak Balika sempat memiliki 20 pengrajin. Dan di Tahun 2014 hanya 12 orang saja yang bekerja. Setiap tahun para pengrajin , jumlahnya semakin menyusut. Ada yang sudah mulai membuka usaha sendiri tapi ada juga yang memilih bekerja di bidang lain.
Penulis pun menjadi khawatir dengan adanya fenomena ini. Dengan semakin susahnya mendapatkan pengrajin seni ukir di Bali maka kerajinan ukiran Bali akan semakin jarang. Ini sungguh mengkhawatirkan. Bila saja Pemerintah Daerah Bali mau memperhatikan hal tersebut , bisa dipastikan dengan turut ikut andilnya Pemda Bali dan Pusat mendorong generasi muda untuk mau melestarikan hasil seni bangsa sendiri, maka seni ukir Bali tidak mengalami kepunahan.
[caption id="attachment_365883" align="aligncenter" width="289" caption="Pemilik Balika Galery Ukir Bali (dok.pri)"]
Salam Kompasiana