Mohon tunggu...
Atm0
Atm0 Mohon Tunggu... lainnya -

I am what I eat

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Saat Strategi Dinomorterakhirkan, Sebuah Evaluasi INA U23

13 Desember 2013   12:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:58 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Dalam sebuah pertempuran hidup mati ada pepatah mengatakan "God is on the side of the BIG BATALLION" artinya Kemenangan selalu menjadi pihak yang memiliki kelebihan, entah itu kelebihan personel, senjata , dan bahkan kelebihan semangat juang. Coba baca bagaimana Xerxes menaklukan Romawi dengan tentara yang begitu luar biasa banyaknya, atau Napoleon yang dengan luarbiasa sanggup memperlebar sayapnya hingga sampai asia. Seringkali pihak yang memiliki kelebihan seperti tersebut di atas merasa bahwa satu kaki sudah menapak ke arah kemenangan. Mungkin perasaan yang sama juga ada di dalam pihak PSSI dan PELATIH U23 kita yaitu Bapak RD. Apalagi Pak RD memang asli Tentara pasti tidak asing dengan strategi atau taktik perang, pastilah persiapan beliaupun sudah dilakukan dengan matang.

Nah, apa hubungannya dengan U23 vs Thailand kemarin? Begini, pada saat melawan kamboja terlihat pada awal pertandingan semangat juang dan keinginan mereka untuk menang (penulis tetap percaya bahwa tidak ada atlet olah raga yang tidak ingin menang..iya toh?) hasilnya kita mampu menang 1-0. Walaupun demikian, memang sangat terlihat organisasi permainan kita kurang teratur atau yang sering dikatakan banyak pelatih "masih kurang cepat panas". Pada waktu itu penulis berpikir yah, ini masih awal buat pemanasan para pemain, jadi yah cukup wajar...apalagi pemain Indonesia terkenal susah panasnya.

Melihat penampilan melawan Thailand kemarin, penulis jadi bertanya-tanya sebenarnya ada apa dengan pemain dan permainan U23 Indonesia. Terlihat bagaimana pada saat menerima bola mereka cenderung mengoper jauh ke depan, atau pada saat kehilangan bola seringkali para pemain terlambat bertahan. Dalam hati penulis apa sih strategi yang digunakan oleh Pak RD ini??False nine dengan tanpa striker penyerang depan atau 8 gelandang dengan 2 bertahan??? atau malah ada posisi baru lagi yang dipakai yaitu Bek Penyerang ???

Sungguh hati penulis bertanya-tanya yang salah strategi atau pelaksanaan atas strategi tersebut? melhat para pemain seperti kebingungan mengolah bola, bingung mau kemana mengoper bola. Bagaimana pemain bertahan malah terpancing untuk maju ke depan sehingga pada saat Thailand counter attack selalu berada di depan dan terlambat bertahan? Apa sebelum pertandingan eh...bahkan pada saat berlatih apa tidak ada latihan strategi, atau aplikasi atas strategi di papan tulis....misal pergerakan pemain tanpa bola?? memanfaatkan lebar lapangan?? umpan one two three??

Memang menerjemahkan strategi ke lapangan tidak semudah membalik tangan, hal itu membutuhkan tingkat kecerdasan dan kerjasama yang baik...penulis tidak bisa mengukur bagaimana tingkat kecerdasan para pemain dalam memproses strategi pelatih,hanya apabila dilihat dari permainan melawan thailand adalah sebuah strategi menyerang total, mungkin bisa disebut ciri khas Indonesia hingga sekarang ada Total Attack Football, bukan lagi parkir bus ala Italy tapi tancap gas pol...soal kerjasama tim boleh dikatakan sangat baik untuk ukuran Liga Utama Indonesia...tapi hal inipun tergantung penilaian masing masing personal termasuk Anda para pembaca, dan apabila dibandingkan dengan kerjasama Barcelona yah beda karena Barca tidak main di Liga Utama Indonesia (Timnas U19 juga belum main di Liga Utama Indonesia jadi keemampuan Tim mereka masih di luar awang-awang para penikmat LIGA seperti kita).

Yah, Apapun itu mari kita dukung Anak-anak muda Kita ini berjuang memperoleh medali di ajang Sea Games dengan tidak henti-hentinya bersorak kalo gol...itu saja yang bisa kita nikmati.

--

--

Penulis

--

NB: Sepasukan orang bodoh masih bisa menang apabila ada 1 orang pintar mau berkorban membuat strategi dan menjadi umpan pengalih perhatian sehingga para pasukan bodoh tersebut dapat melakukan apa yang mereka paling bisa, "Menyerang".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun