Kebetulan malam ini malam minggu, jadi jalur pulang kita masih ramai banyak orang lalu lalang, apalagi di alun2 kota, jam 10 lebih masih banyak orang malem mingguan.
Kami berjalan beriringan, tio dan nano paham dengan keadaan rupanya. Mereka jalan berdampingan dibelakang aku dan irma. Asiknya, mereka berdua berlagak cuek kalau pas kuajak bicara,heheh….
Mereka memberi kesempatan untukku ngobrol dengan irma tampaknya. Mungkin itulah yang namanya teman, tau kondisi temanya yang lagi kegirangan karena cinta (hyaaaah..xixixi...). akirnya aku cuek aja, mencoba utuk tidak canggung ngobrol dengan irma. Tapi Entah apa yang sedang terjadi malam ini, aku sangat canggung sekali kali ini, tidak seperti biasanya yang bisa cuek mbanyol sekehendak hati, huftt..
“Gimana kuliahmu ma? Lancar?”, sapaku mencoba membuka pembicaraan.
“Agak ribet kali ini ton, dah mulai sibuk sanasini”, timpal irma.
“aktivis dong…”
“dulu iya, sering banyak kerjaan di jurusan, palagi kalo pas deket deket ospek. Kalau sekarang sibuk nyari dosen!”
“idem dong, dulu aku sering nginep di hima malah, kalau sekarang udah banyak adik tingkat yang dijurusan soalnya. Dah sampe berapa bab nok?”, sautku kemudian.(“nok”…cyaaaaahhh …)
#hima = ruang kesekretariatan HImpunan MAhasiswa#
“Baru bab dua ton, dosennya minta ampun susahnya ditemuin, sering ngilang dimana ntah tu dosen..”, timpal irma dengan sedikit melipat bibirnya, mengeluh.
“yo dicari no dosennya, jangan ditugguin”, ungkapku mencoba tanggapi keluhannya.
Iya siih, kalau gak ktemu seringnya tak tinggal ke perpus dlu, baca2, sambil tambah tambah referensi”, balas irma. Raut mukanya mulai berubah sumringah.
Hingga akhirnya…
===Di pojok alun alun kota===
“Ton, mampir angkringan dlu yok, haus nii”, ajak tio.
"Tanyanya sama ibu Negara ini dong!!, mau gak?", Sautku sambil mengarahkan jempolku ke arah irma.
“kalo aku pasti OK aja”, tambahku.
"Gimana ma? Mau gak?”, ujar tio.
“bolehboleh, aku haus juga ni”. Jawab irma.
"Bener mau ma?!, di angkringan lho!, gak risih apa dirimu?”, sautku, mencoba menegaskan irma.
“Sante aja ton, dah biasa kok”, jawah irma mantap.
“Woke, lanjutttt..”, timpal nano kegirangan.
===di angkringan kang Jo===
“Susu jahe kang jo”, pinta tio.
“Aku jahe susu mas jek”, pinta nano sambil nepuk bahu mas jo.
“biasa om”, lanjutku.
“Kamu apa nok?”, tanyaku ke irma
“Lemon tea anget aja lah aku”, timpal irma.
“Om, lemon tea anget gak pake es, satu, buat ibu Negara ini”, pintaku ke mas jo.
"yee...sejak kapan lemon tea anget pake es!? ada ada aja drimu ton", saut irma
Mas jo Cuma ngangguk ngangguk aja, sambil tersenyum khas.
Warung angkringan ini adalah tempat kita kongkow kongkow kalau anak anak pas lagi pada ngumpul. Tempat aku dan teman temanku di kota ini berkisah, berbagi kenangan, cerita hidup, cerita cinta dan berbagi impian masa depan tentunya. kalau Iwan Fals bilang: "mengacau laju khayalan". Saking seringnya sampai dia hapal minuman kesukaanku. Es lemon tea, es teh dengan separo potongan jeruk lemon tidak diperas, dan sedikit gula.
Mas jo sudah menjadi bagian mimpi kami, sering ceritanya memberikan inspirasi bagi kitakita, menggugah dan mengembalikan semangat hidup kita. Kadang juga kita sering sharing ma dia, sharing segalanya, dari mulai yang remehtemeh mpe yang ribet ribet, termasuk soal hati, perasaan dan wanita, xixii... Walau dia Cuma lulusan SMA, tapi pengalaman hidupnya berlimpah.
Aku paling suka rasa teh bikinan mas jo, rasanya khas banget, tidak ada di tempat lain pokoknya. Dan temanteman yang lain pun setuju. Ntah apa resepnya. Kalau ditanya Cuma bilang: “rahasia perusahaan ini”. Trus pas mbuatnya itu juga khas, dengan gerakan gerakan tertentu yang tdak dilakukan oleh penjual lainnya, cepet pula. Two thumbs up vokoknya buat mas jo.
Satu lagi yang khas, radio tape jadul yang selalu memperdengarkan lagu lagu nostalgia, lagu jamannya bapak ibu kita. Kata mas jo, lagu sekarang gak ada isinya, hambar, monoton, gak ada bagusnya, bagus lagu lagu jadul yang kaya makna, bisa nyentuh hati.
Dengan selembar tikar yang memang selalu disediakan mas jo di belakang gerobak angringnya, Aku dan irma sengaja milih duduk di luar angkringan, cari suasana yang lebih nyaman dengan pandangan luas. Kalo si tio dan nano lebih suka di dalam tenda akngring, lebih dekat akses ke jajanan yang bermacammacam katanya.
Malam ini bulan malu malu menampakkan cahayanya, hanya sesabit. Tapi tetap saja indah. Karena malunya sang bulan, si bintang jadi tak malu untuk sering berkerlip manja. Langitpun tak seperti malam malam yang lalu yang tampak mendung. Langit malam ini sangat bersih, tanpa mendung sedikitpun, entah siapa yang sudah menyapunya tadi sore. Si langit sepertinya telah bersekongkol dangan bulan dan bintang untuk saling menampakkan keindahanya.
‘Asik juga malam ini ya ton’, ucap irma.
‘Hmmmm...’, Cuma itu yang terucap dari mulutku.
Sambil menikmati indahnya langit dan sesekali menikmati segarnya lomon tea, kucoba mencuri curi pandang ke arah irma. Kulihat dia menengadahkan mukanya ke langit, tersenyum tipis, entah apa yang sedang dipikirkannya.
‘Memang benar benar manis ni cewek, makin dewasa makin manis pula”, batinku.
‘kok aku ga pernah nyadar kalo ternyata kota ini juga bias menampilkan keindahan ya…?’, suara irma tiba tiba meruntuhkan konsentrasiku, dan langsung saja kupalingkan wajahku ke atas langit. Biar gak ketahuan kalo lagi curi curi pandang, he..
‘eh kamu tau gak knapa malam ini yang keluar bulan sabit?’, ucapku coba kembali membuka pembicaraan.
‘yaa kan ini awal bulan, makanya bulannya sabit.’, jawab irma
‘yo bukan itu..’, sautku tak mau kalah
‘emangnya ada alassan lainnya pho, seingatku dulu guruku bilang gitu. Kalo habis bulan mati, ya bulan sabit yang muncul’, jawab irma.
‘Hyaahh.. isinnya sains melulu si otakmu tu…’
‘Lah emange kenapa coba?’, irma mulai penasaran.
‘Gini, kenapa bulan sabit yang muncul,itu karena….’, belum selesai aku menjawab pertanyaan irma, tibatiba,,,
‘Ton, kita pulang dulu yo’, suara tio memotong perkataanku
‘Haa..’, aku Cuma melongo telmi
‘Dibayarin skalian yo..’, lanjut tio belum sempat aku menimpali
‘yo yoo, tinggal aja’, balasku sekenanya. Tapi batinku bilang, ‘sialan tu anak, udah aku ditinggal pergi, ninggalin utang pula ma kang jo’ gerutuku dalam hati.
‘Titip ibu Negara yo’, saut nano cepat sambil terkekeh
‘Yoi’, balasku.
Suasana kembali sunyi. Kulihat irma kembali asik dengan langit kota ini, seakan sudah berapa tahun tak ia lihat, padahal ia juga lahir di kota ini. Masih juga dengan senyum manisnya yang menawan hatiku. Cuek tampaknya dia dengan keadaan sekitarnya yang sedikit agak bising suara motor sliweran.
‘emang dilangit ada apa tho nok? Ada yang membahagiakanmu kah?, tanyaku perlahan
“ternyata memandangi langit juga bias bikin tenang ton. Dan ternyata aku baru lihat dengan kepala sndiri ini tho yang namanya rasi bintang waluku, rasi bintah scorpio’, masih dengan senyum irma menjawab.
Yaaahh… kemarin kemarin kemana aja neng?, semedi?’, candaku.
‘Eh ton, yang tadi dilanjutin, knapa yang muncul bulan sabit?’ , Tanya irma.
‘Waduuuh, knapa ya? Lupa aku ma…, abissnya kepotong ma tio tadi’, balasku
Hyaa..’, irma mengeluh.
Irma kembali membisu, namun tetap dengan senyum yang menawan, dan masih saja tak bosan memandangi langit. Aku Cuma bisa menebaknebak kira2 apa yang sedang dipikirkan irma. Apa ia sedang teringat kejadian tadi ya’, ucap batinku. Ahh sepertinya tidak mungkin, terlalu berharap aku ini, hufttt..
‘Kamu pernah liat bintang tujuh gak nok?’, tanyaku coba memecah kesunyian.
‘Pernah, di apotek seberang jalan ada tuh’, jawab irma polos.
‘Hyaaaah..dikasih komisi berapa buat ngiklanin tu obat nok?, bukan itu, ini bintang tujuh beneran, yang ada dilangit’, balasku dengan sedikit senyum canda.
‘Hihi…’, irma hanya tertawa kecil.
‘Emang ada pho?’, lanjutnya
‘Ya ada yoo, pengin liat gak?, balasku cepat
‘Gini nih’, lanjutku sambil memperagakan membuat ttropong dengan tangan.
‘Kalau di tempat gelap gampang diliat nok. Disini terlalu terang soalnya’, kataku sambil menunjuk salah satu arah langit, mencoba menunjukkan letak bintang tujuh.
‘Ehh, iya ton ada beneran, mirip yang di bungkus obat itu’, saut irma dengan senyum tipisnya.
‘Bukan langit yang mirip, tapi obat itu yang nyontek’, balasku.
Irma hanya terkekeh manja.
==hening sejenak==
Eh ton, bulan sbitnya elok banget ya, coba kalau purnama, pasti lebih cantik’,
Malu dia, soalnya yang lagi ngeliatin lebih cantik, jadi Cuma nongol sesabit aja dia, ungkapku terkekeh.
Satu lagi cubitan mendarat dilengan kiriku. Kali ini kutahan sakitnya, kalah dengan rasa senangku. Gurauanku berhasil meruntuhkan tembok pertahanan diri irma untuk kesekian kalinya.
'Dah hampir jam sbelas ni ton, udahan yok’, ajak irma
'Wokehhh’, balasku sekenanya.
Selesai transaksi dengan bang jo, kami berdua melangkah pulang. Tentu saja aku nganter irma sampe depan rumah dulu. Sepanjang perjalanan pulang, tidak ada waktu yang terlewat dengan keheningan. Canda dan gurauan kami mengiringi langkah pulang hingga sampai di depan gerbang rumah irma.
Spontan aku membukakan pintu gerbang dan…
‘silahkan masuk ibu negara’, ucapku mempersiahkan, dengan semyum canda tentunya.
‘terima kasih bang’ balas irma dengan senyum pula..
Aku menunggu hingga irma masuk rumah dlu. Belum sampai pintu rumah irma berhenti, tak brapa lama dia berbalik.
Ton, makasih ya, untuk malam yang indah’,
@#$#$%%#.....#$%$^%.....’, batinku girang.
Aku hanya menganggukkan kepala, ditambah senyum tentunya. Irma kembali melangkah masuk. Sebelum menutup pintu rumahnya, irma kembali bilang,’ hati hati ya ton’. Dan ak hanya bisa mengangguk kembali.kegirangan.
Setelah irma menghilang di balik pintu, aku melangkah pulang. Jalan sudah sepi, maklum sudah jam sbelas malam. Tapi itu tidak membuatku merasakan sepi. Sepanjang jalan senyum senyum sendiri kegirangan, sesekali tertawa kicil. Mungkin kalau ada yag lihat dikira orang gila aku ini.
Dalam perjalanan, Kuambil ponselku kukirim sms untuk irma:
Aku:
Dalam Sayur Ada Kaldu…
Relung Hatiku Tersirat Rindu
Bukan Maksudku Tuk Bilang I Miss You…
Ataupun Bilang I Love You…
Aa cuman mau bilang
Sebelum Tidur Pipis Dulu…”)(23.07 )
Irma:
:D :D ;D (23:08)
Irma:
S -Seandainya
E -Engkau
L -Lebih kenal
A -Akan diriku
M -Maka aku
A -Akan
T -Tersenyum
M -Manis utkmu
A -Agar engkau
L -Lebih tahu
A -Aku sentiasa
M -Merinduimu (23: 10)
“Deg…deg…deg…’, seketika itu juga jantungku berdetak keras.
“What happen with me?’ batinku bekkata.
apa yang sedang kurasakan saat ini sebenarnya. Apa ini yang banyak orang bilang sebagai primitive love? Aku tak berani membuat kesimpulan. Gundah, bingung dengan perasaanku saat ini. Tapi aku masih sempat membalas sms mengimbangi sms irma.
Aku :
sebelum tidur jangan lupa baca doa biar di lindungi Tuhan,dan baca juga Undang Undang Dasar ‘45 biar dilindungi negara, trus jangan lupa sebelum tidur di minum baygon-nya biar terlindung dari nyamuk… :D (23:15)
Irma:
hahaha.....bisa aja dirimu ton, :)
Aku lagi seneng, tau gak kenapa?
Karena aku bruntung banget, tau gak kenapa?
Karena Tuhan menyayangiku, tau nggak Bagaimana?
Karena dia mengirimkan temen yang terbaik padaku. Tau nggak siapa?
ya kamu itu ! ^_^ (23:19)
Aku :
Wafer bkata pd coklat;
“Qt ni sungguh manis kn?”
Coklat menjawab;
“ U pikir qt yg paling mnis?!!
U liat donk org yg baca sms ni,
Lebih Manis!!
Liat..Liat...
Dya tersenyum
Duuuh.. Manisnya…” (23:23)
Sampai beranjak tidur, d tempat tidurpun aku masih terus saja sibuk dengan ber sms ria, dengan irma tentunya. Entah kenapa kantuk pun tak dapat kurasakan. Padahal kalo dipikir piker, diriku super sbuk dari tadi pagi.
Tapi tetep aja, makin lama makin kurasakan kantuk juga, dan akhirnya….
====pagi hari di kamar =====
“kkrrrrrrrrr…..krrrrr..kkkrrrrr….” suara weker di sebelah bed tidurku membangunkanku.. Aku masih malas beranjak dari tempat tidur. coba kuraih dengan tanganku. Tapi tampaknya tak sampai. Kupaksakan dan yang tejadi adalah…
Bruuuuk….
‘Awwwww…’.
Aku telah pindah ke lantai kamar tidurku dengan cara yang menyakitkan, terjatuh, huft…
#### S E K I A N ####
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H