Mohon tunggu...
Agustinus Takndare
Agustinus Takndare Mohon Tunggu... -

Thank you God

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hari ini Gereja Katolik memperingati Pesta Para Malaekat Pelindung.

1 Oktober 2011   23:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Santo-Santa
2 Oktober

Gereja percaya bahwa Tuhan Allah memberikan kepada setiap orang beriman seorang malaekat pelindung. Kepercayaan akan perlindungan malaekat sebagai utusan Allah sudah ada semenjak Perjanjian lama.
Bacaan pertama dalam Misa Kudus hari ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan malaekatNya sebagai pelindung dan penasehat bangsa Yahudi: "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaekat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. . . "(Kel 23:22 dst). Bangsa Yahudi harus selalu mendengarkan dia agar bisa selamat. Dalam Injil, Yesus mengatakan: "Ingatlah, janganlah menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaekat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapakKu yang di sorga" (Mat 18: 10).
Setiap kita mempunyai seorang malaekat pelindung. Ia bertugas melindungi, membimbing dari mempersembahkan doa dan karya-karya kita kepada Allah. Kita harus selalu menghormati malaekat pelindung kita, karena dialah sahabat kita yang ditugaskan Tuhan untuk mendampingi kita dalam hidup ini.

Santo Leger atau Lutgar, Martir

Leger lahir pada tahun 616. Imam saleh ini kemudian ditahbiskan menjadi Uskup kota Autun, Prancis. Sebagai Uskup ia giat membaharui cara hidup umatnya mengikuti nasehat-nasehat Kristus. Keberhasilan karyanya dan pengaruhnya yang besar di kalangan umat sangat mengkuatirkan penguasa kerajaan. Oleh karena itu ia ditangkap dan disiksa secara keji. Akhirnya matanya dibutakan, lidahnya dipotong. Beberapa tahun kemudian kepalanya dipenggal oleh wakil raja. Leger dihormati sebagai santo pelindung orang sakit mata. Peristiwa keji atas dirinya terjadi pada tahun 680.

www.imankatolik.or.id


H O M I L I
Mgr F.X Hadisumarta O.Carm

MINGGU BIASA XXVII/A/2011

Yes 5:1-7  Flp 4:6-9  Mat 21:33-43


PENGANTAR
Seperti beberapa Minggu terakhir, bahkan juga Minggu depan, Yesus memberi keterangan tentang nilai-nilai dan ciri-ciri dasar, yang harus dimiliki penghuni “Kerajaan Allah”, yaitu masyarakat baru yang diwartakan dan didirikan Yesus, serta diterangkan dalam bentuk pelbagai perumpamaan. Pesan Yesus yang ingin disampaikan kepada kita dalam Injil Matius hari ini ialah, bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita. Kita yaitu Gereja adalah kebun anggur Tuhan, yang harus dipelihara dengan baik agar dapat diharapkan hasilnya yang baik pula.

HOMILI
Seperti dalam Perjanjian Lama (Bac.I) Yesaya juga menggambarkan bangsa Israel sebagai kebun anggur. Yesus menggunakan gambaran yang sama untuk menerangkan siapakah dan bagaimanakah orang-orang yang ingin mengikuti Dia untuk diselamatkan. Pemelihara bangsa Israel dalam PL ialah para nabi, tetapi ternyata pohon-pohon anggur itu menghasilkan buah anggur asam! Mereka tidak menerima para nabi yang diutus Allah untuk memelihara mereka. Menolak para nabi itu berarti mereka tak menerima dan menolak kehendak Allah sendiri, yang mau menyelamatkan umat-Nya.

Matius menggunakan gambaran tentang kebun anggur dalam PL untuk menggambarkan keadaan orang-orang Yahudi sezaman-Nya. Mereka menolak dan membunuh utusan-utusan Allah, yaitu Yohanes, bahkan juga Yesus Putera Allah. Dalam Perjanjian Baru ada kebun anggur yang baru pula.

Dalam Perjanjian Baru kebun anggur itu adalah kita sebagai Gereja. Bagaimanapun keadaan Gereja sebagai kebun anggur, dengan  buahnya yang manis ataupun asam, kebun anggur itu tidak akan ditinggalkan Tuhan pemiliknya, apalagi dimusnahkan. Allah pemilik kebun anggur, yaitu umat manusia, ternyata masih mengadakan usaha terakhir, yaitu mengutus putera-Nya sendiri, disertai keyakinan bahwa mereka pasti akan mendengarkan dan taat kepada-Nya. Namun hasilnya justru sebalik-nya! Yesus pun dibunuh! Dalam perumpamaan itu terungkaplah sikap dasar perlawanan manusia terhadap kehendak Allah. Karena Yesus adalah putera dan ahli waris, maka dengan membunuh Dia, mereka merasa dapat langsung menjadi pemilik kebun anggur itu! Inilah suatu perlawanan, ketidaktaatan total kepada Allah, yang kemudian menjadi kenyataan dalam pembunuhan Yesus di kayu salib!

Tetapi ada janji dari Yesus: kebun anggur itu tidak akan dimusnahkan! Sebab di antara pekerja-pekerja di kebun anggur masih ada orang-orang yang baik, dapat dipercaya dan setia. Jadi pasti ada orang-orang yang akan bersedia bekerja di sana. Itu sebabnya Yesus dalam Injil berkata: “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru”. Yesus dengan kata-kata itu mau menunjukkan, bahwa kematian-Nya bukanlah berarti, bahwa Allah itu kalah. Sebab penderitaan dan kematian di salib akan diikuti dengan kemuliaan dalam kebangkitan-Nya. Bukan kekalahan melainkan justru kemenangan! Karena itu  kebun anggur itu akan tetap dapat menghasilkan anggur baik yang manis.

Bagi kita makna perumpamaan tentang kebun anggur ini ialah, bahwa kebun anggur itu adalah kita, umat kristiani, Gereja. Nah, dalam Gereja-Nya ini kita semua diingatkan akan belaskasih Allah kepada siapapun, termasuk mereka yang akan di luar lingkungan, kelompok, Gereja kita. Kita diajak meninjau atau melihat dengan jujur keadaan hidup kita: sikap hidup dan perlakuan kita terhadap sesama kita, siapapun juga. Sikap dasar hidup kita ditunjukkan oleh Paulus kepada jemaat di Filipi (Bac. II): “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Jadi, Saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap  didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, - itulah yang harus kamu pikirkan” (Flp 4:7-8).

Maka apa sebenarnya pesan perumpamaan hari ini kepada kita? Kebun anggur itu adalah umat Gereja! Penggarap-penggarap atau pekerja-pekerja-nya adalah kita sendiri, masing-masing menurut kedudukannya. Bisa keluarga, bisa lingkungan dan paroki, bisa kelompok rekan kerja, bisa masyarakat kita. Kita semua akan diminta perhitungan sesuai dengan tanggung jawab kita. Gereja kita, baik di paroki kita, maupun Keuskupan kita, bahkan seluruh Gereja di Indonesia, adalah kebun anggur besar, yang masih membutuhkan pekerja-pekerja yang baik dan setia. Kita sekaligus harus berdoa dan mohon kepada Tuhan, Pemilik kebon anggur, yaitu Gereja-Nya, jangan sampai berkata kepada kita: “Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa, yang akan meng-hasilkan buah Kerajaan itu” (Mat 21:43). Imam, biarawan-biarawati, awam, - segenap umat Allah tanpa kekecualian - , diberi tugas oleh Yesus untuk  menggarap kebun anggur-Nya. Jangan sampai Tuhan berkata: “Aku menanti supaya dihasilkan buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam”.

Mgr. F.X. Hadisumarta O.Carm.

kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm

www.imankatolik.or.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun