Ada yang bilang bahwa kesengsaraan suatu negeri dimulai ketika bungkamnya para kaum intelektual. Kaum intelektual yang saya maksud ialah para generasi muda yang terdidik yang sejatinya dibentuk sebagai kepanjangan lidah mereka yang terpinggirkan.Â
Negeri kita, yang dielu-elukan sebagai sebuah negeri yang teramat kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, kekayaan alam yang seharusnya mampu menjadi modal untuk bersaing di kancah dunia. Namun, dalam realitas yang ada hal demikian belum mampu membuat masyarakat sejahtera. Krisis demokrasi, ekonomi, konflik antar golongan, dan berbagai kebijakan para penguasa yang merugikan rakyat. Romantisme Indonesia sebagai negeri yang makmur, rakyat yang sejahtera, saat ini hanyalah kebohongan. Â
Harga-harga melambung tinggi, kebijakan-kebijakan yang tak lagi memperdulikan rakyat, segelintir pihak yang mencoba untuk melanggar konstitusi. Yaa, krisis dalam berbagai bidang ini menjadi penyebab serta pemantik kesadaran para generasi muda untuk berperan menentang suatu kebijakan yang dirasa telah keluar dari azas-azas kerakyatan dan demokrasi. Mereka kaum intelektual ini melawan bukan atas nama partai atau golongan, melainkan atas dasar kepedulian terhadap mereka yang terpinggrirkan yakni rakyat kecil yang tertindas.Â
Usulan Presiden tiga priode menjadi sebuah kebijakan yang jelas-jelas melanggar konstitusi. Kebijakan ini tentu saja akan menguntungkan pihak-pihak yang saat ini berada di lingkaran kekuasaan. Jelas dalam hal ini timbul pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat terbagi menjadi dua kubu, yakni mereka yang dengan lantang berkata tidak, dan mereka yang setuju atas usul tersebut. Tentu hal inilah yang diinginkan para penguasa, masyarakat terpecah menjadi dua, sehingga besar kemungkinan akan timbul konflik antar individu maupun golongan. Â
Harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi, hal ini membuat rakyat tak memperdulikan pemerintahan yang korup karena lebih mementingkan tentang kebutuhan perut. Namun lagi-lagi, kaum intelektual mencoba kembali menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melawan sebuah sistem yang akan menyengsarakan mereka.Â
Kesadaran untuk berani menyatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai suatu kesalahan inilah yang perlu dirawat oleh para intelektual muda untuk tetap menjaga nyala dan asa menuju sebuah negeri yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerakyatan dan demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H