Mohon tunggu...
Takhfa Rayhan Fadhilah
Takhfa Rayhan Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Membahas apa yang perlu dibahas

Sebaik-baiknya manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apa Kabar Negeri ini? Bagaimana Kondisimu Saat ini?

10 Februari 2022   11:49 Diperbarui: 10 Februari 2022   11:54 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu agama dapat dijadikan isu untuk memecah belah bangsa Indonesia, Ini sudah terjadi, dan tengah terjadi saat ini. Kita lupa akan amanah atau pesan Soekarno yang pernah disampaikannya pada tanggal 1 Juni 1945 saat sidang BPUPKI.

"Pertama-tama, saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia Merdeka yang namanya saja saja Indonesia Merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberikan kekuasaan pada satu golongan yang kaya, untuk memberikan kekuasaan pada satu golongan bangsawan? Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak! Baik saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang ada di sini, maupun saudara-saudara yang dinamakan kaum islam, semuanya telah mufakat bahwa bukan negara demikian itulah yang kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara 'Semua buat semua'. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan orang kaya, tetapi semua buat semua..."

Persoalan yang telah selesai tempo hari, kita ungkit-ungkit kembali. Kita hendak merubah pondasi kebangsaan yang selama ini telah terbukti dapat mempersatukan keberagaman yang kita miliki. Pondasi ini hendak kita ganti dengan sesuatu yang berasal dari luar. Memang jika ingin maju secara ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, tirulah bangsa asing. Namun, tidak semuanya harus kita contoh. Apakah cara kita berpakaian, semua harus berkiblat pada budaya asing, entah itu budaya Barat, budaya Arab, budaya India, budaya Cina. Hal itu boleh-boleh saja, bila kita tidak berbudaya, kita tidak memiliki budaya asal. Keadaan serta kondisi kita berbeda, kita sudah beradab, kita sudah berbudaya sejak nenek moyang kita dahulu. Kita tidak perlu berkiblat pada budaya asing.

Akhir kata, izinkan saya menyampaikan beberapa hal terakhir bahwa budaya-budaya asing boleh bertamu ke negeri kita, Kita akan menghormati mereka, bahkan akan belajar dari mereka. Tetapi budaya asal kita tetaplah tuan rumah di negeri ini. Mempertahankan persatuan, kebangsaan kita, budaya kita, itulah tugas kita semua. Barangkali hari ini kau tidak setuju dengan apa yang kukatakan, besok kau akan melihat kebenaran di setiap kata yang ku ucapkan saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun