Mohon tunggu...
Inovasi

Kuali Besar Penuh Keajaiban

29 Desember 2018   00:45 Diperbarui: 29 Desember 2018   07:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mayoritas masyarakat Indonesia suka dengan yang namanya gorengan. Bisa dibilang, tiada hari tanpa makanan yang serba digoreng. Beraneka ragam menu gorengan selalu menghiasi meja makan mereka, mulai dari nasi goreng, ikan goreng, tempe goreng, hingga telor ceplok atau Indomie goreng bagi para mahasiswa kos yang tengah dilanda krisis di penghujung bulan. Makanan yang digoreng memiliki sensasi yang berbeda, seperti sensasi kriuk-kriuk dan lemak dari sisa penggorengan yang terasa sangat nikmat, yang tak akan pernah dapat kita rasakan saat mengkonsumsi makanan yang direbus atau dibakar. Selain itu, makanan yang digoreng juga lebih awet dibanding makanan lain, jika mau dimakan lagi tinggal kita panaskan saja dengan wajan dan minyak goreng.

Begitulah masyarakat Indonesia, sangat akrab dengan yang namanya gorengan. Bahkan di era digital yang penuh sesak dengan khalayak medsos ini, goreng-menggoreng seakan menjadi salah satu menu wajib bagi masyarakat maya. Sederet sajian menu gorengan yang menarik dan membuat gairah bergejolak laris manis dilahap habis oleh para netizen. Terlebih lagi jelang berlangsungnya pesta demokrasi, masyarakat medsos bahkan sampai dibuatnya begah karena kekenyangan. 

Media sosial adalah sebuah kuali besar yang mampu menggoreng kembali berbagai informasi agar dapat kembali dikonsumsi oleh khalayak. Hal ini karena media sosial memiliki arus penyebaran informasi yang begitu cepat dan mampu menjangkau setiap individu tanpa membatasi latar belakang mereka. Begitulah sifat dari sosial media. Berbagai fitur interakatif yang ia miliki membuat masyarakat menjadi tergila-gila dengan benda virtual satu ini. Hanya dengan sekali ketuk, sebuah informasi dapat tersebar kepada khalayak dunia dengan begitu cepat dan tanpa hambatan, tak peduli siapa yang membuat dan seberapa berbobotnya apa yang ia informasikan. Arus informasinya yang begitu cepat dan nyaris tak terkontrol ini membuat media sosial terasa bagaikan sebuah pisau bermata dua.

Memang, benda ini memang memiliki sisi kemanfaatan yang luar biasa besar dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat di era ini. Namun tentu saja kita tidak bisa menutup mata dengan berbagai dampak buruk yang mampu dimunculkan oleh kuali besar ini. Saking berbahayanya, bahkan benda virtual ini mampu memutuskan hubungan, dari level persahabatan, rumah tangga, hingga memecah belah persatuan bangsa dan negara. Tentu saja hal ini sangat mungkin terjadi pada masyarakat kita yang memang hobi dan bebakat dalam hal goreng mengggoreng. Salah satunya yaitu sebuah video singkat yang diunggah beberapa waktu lalu yang pada akhirnya mampu menggerakkan jutaan massa untuk melaksanakan berjilid-jilid demonstrasi

. Namun bukan berarti saya beranggapan bahwa peristiwa ini merupakan pemantik dari keresahan yang saya atau kami rasakan, namun saya sangat menyayangkan tindakan beberapa oknum yang menjadikan peristiwa besar tersebut sebagai sebuah alat. Berawal dari hal tersebut, beberapa oknum menjadikan peristiwa ini sebagai hidangan khusus untuk saling menyudutkan lawan politiknya. Berbagai hal kecil ataupun hal besar, dibumbui sedemikian rupa agar mampu menjadi sebuah hidangan baru yang memikat khalayak dunia maya, yang pada akhirnya menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya pada sosial media, namun juga bahkan merambat hingga pada kehidupan di dunia nyata.  Hal-hal tersebut menjadi perbincangan hangat bapak-bapak yang sering nongkrong di warung kopi maupun kelompok ibu-ibu yang senang ngerumpi. Berbagai hal telah memicu sebuah gap yang memisahkan antara kelompok satu dengan lainnya, hingga dalam beberapa kasus bahkan berdampak pada putusnya suatu hubungan

Pada akhirnya saya hanya bisa berharap, bahwa tulisan subjektif dan tak berdasar yang ditulis oleh orang awam ini mampu mewakili perasaan orang-orang yang memiliki keresahan yang sama. Tak perlu lagi ada kebencian, tak perlu lagi ada perpisahan. Mari bergandengan tangan, berjalan bersama dengan satu tujuan yang sama, membangun dunia yang aman damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun