Mohon tunggu...
Takas Sitanggang
Takas Sitanggang Mohon Tunggu... -

pria berdarah batak bershio kelinci berzodiak sagitarius yang masih setia menyandang status jomblonya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kami Bangga Punya Anak Autis

6 November 2011   03:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:00 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tapi apa tidak ada cara lain selain harus memarahinya, karena kalau Gusti merasa tidak disayangi oleh gurunya, siapa lagi yang menghibur Gusti di sekolah, karena tak ada satu pun temannya di sekolah yang mau bermain dengannya,"

"Maaf, Pak, kami tidak bisa berbuat apa-apa, sekolah ini memang diperuntukkan untuk anak-anak normal, sedangkan Gusti autis,"

"Cukup!" potong Om Rei.  "Gusti memang autis, Bu, tapi bukan berarti dia bisa diperlakukan dengan tidak baik, dia masih punya perasaan! Dan saya minta jangan pernah mengucilkan anak autis, karena mereka juga bisa menjadi anak yang berguna untuk banyak orang!" tegas Om Rei.  "Baik, mulai hari ini Gusti tidak lagi bersekolah di sini.  Terimakasih," tukas Om Rei, bergegas membawa Gusti pergi.  Semenjak itu, Om Rei dan Tante Gita sepakat untuk menyekolahkan Gusti di rumah (home schooling).

***

Suatu pagi, sekitar pukul 5, Gusti bangun lebih awal dari biasanya.  Ia ingin memberikan kejutan untuk Om Rei dan Tante Gita dengan membuatkan mereka sarapan pagi.  Gusti bergegas ke dapur, mengambil dua butir telur dari kulkas lalu memecahkannya ke dalam penggorengan, setelah itu ia memasukkan minyak goreng.  Gusti berdiri menunggu di depan kompor gas yang apinya belum ia nyalakan.  Ia hanya menunggu sampai dirasa telur di dalam penggorengan itu sudah masak.

Selang lima menit, telur yang masih mentah itu dipindahkan Gusti ke piring.  Selanjutnya Gusti bergegas menyiapkan dua gelas susu.  Gusti memasukkan bubuk susu ke dalam gelas sesuka hatinya, kemudian memasukan air keran ke gelas itu tanpa dimasaknya lebih dulu.  Gusti tersenyum, ia merasa hidangan yang dibuatnya tak ada yang salah.  Dengan sigap Ia segera mengantarkan hidangan sarapan pagi itu.

Om Rei dan Tante Gita segera terbangun ketika mendengar suara Gusti memanggil mereka dari depan pintu kamar.  Tak biasanya Gusti bangun sepagi ini, pikir mereka.  Om Rei dan Tante Gita segera beranjak dari tempat tidur lalu membuka pintu kamar.  Pada saat bersamaan, Gusti segera masuk sembari membawa hidangan yang ditaruhnya di atas nampan dan ditutupi kain.

Om Rei mengernyit.  "Apa itu yang kamu bawa, Gusti?"

Gusti pun segera membuka kain yang menutupi hidangannya itu.  Kontan Om Om Rei dan Tante Gita terkejut saat melihat dua telur mentah yang masih mencair di atas piring serta dua gelas susu yang masih menggumpal.

"Ini sarapan buat Mama sama Papa," ujar Gusti.

Om Rei dan Tante Gita tersadar dari ketertegunannya lalu saling tersenyum memandang.  Mereka menunjukkan sikap seolah tak ada yang salah dari hidangan tersebut.  Telur dan susu itu pun segera mereka santap habis.  Gusti bertepuk tangan, ia bahagia melihat Om Rei dan Tante Gita yang begitu lahap menghabiskan hidangan sarapan pagi buatannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun