Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Yang Lalu

25 Februari 2022   21:54 Diperbarui: 25 Februari 2022   22:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagiku kau adalah laut terdalam
Langit tertinggi
Dan jalan terjauh yang pernah kutempuh
Seperti bayang, kau melekat dalam ingatan

Kita pernah menggebu
Meski akhirnya dipisah sang waktu
Asmara kita dulu tak menapak
Sampai restu kemudian patahkan kepak

Kini kau dan aku jauh
Batin tiada guna ditarik rindu
Tak usah mengutuk
Dulu kita pernah dilebur peluk

Simpan semua tanya
Bungkus bersama benci dan prasangka
Lalu buang ke tong sampah
Kelak waktu kan mendaur ulangnya menjadi hikmah;

Takdir itu nyata
Takdir itu rahasia
Ia bersembunyi di semesta
Berserahlah

Cinta buta itu fana
Cinta gila itu durjana
Cinta, cukuplah cinta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun