Firdaus juga dicap sebagai pengkhianat. Kala rusuh yang terjadi antar kelompok mahasiswa Muslim dan Kristen di Unpatti 2011 dan 2012, Daus merupakan satu dari sekian mahasiswa Muslim yang ikut dalam aksi itu. Namun, sejak bergabung dengan NVSC, dia memilih jalan damai.
Saat itulah, dia disebut sebagai pengkhianat. Banyak teman-temannya yang tak mau bergaul dengannya.”Bahkan ketika kami mengajak mahasiswa baru untuk bergabung dengan NVSC, dan teman-teman masih konsisten di organisasi sebelumnya, merasa tersaingi. Sehingga sindiran-sindiran itu masih saya rasakan sampai saat ini,”kata Daus.
Tapi, Firman maupun Daus tak patah semangat. Firman berinisiatif membuka ruang diskusi diatas ruang-ruang privat, yang mana setiap orang berbicara atas nama pribadi. Bukan atas nama kelompok dan daerah.
Ruang bakudapa antar mahasiswa dibuka lebar. Baik lewat diskusi maupun English Class yang diroling dari rumah mahasiswa muslim dan kristen. Tak hanya itu, visi perdamaian juga disuarakan lewat festival musik. Dari situ, ruang segregasi ditutup. Sentimen diskriminasi atasnama agama, perlahan hilang.
Dulu, tutur Daus, interaksi sosial mahasiswa di Unpatii tersegmentasi secara massif. Kini, semuanya berbaur. Aspirasi mahasiswa pun disuarakan secara bersama. “Olehnya itu, melalui komunitas ini, kami mencoba membangun komitmen bersama dan meretas segregasi. Harapan kami, mereka yang telah bergabung, dapat menularkan nilai-nilai kebersamaan dan perdamaian yang didapati di NVSC ke komunitas dan lingkungan masing-masing,”ungkap Mahasiswa Hukum Universitas Pattimura itu.
***
NVSC telah sampai pada generasi ketujuh. Generasi pertama yang diundang duduk bersama VNSC adalah, aktivis GAMKI, GMNI, HMI, dan PMKRI. Selain itu, sebagian besar para relawan yang saat ini telah berjumlah sekitar 100 orang lebih, merupakan korban langsung atau orang tua dan saudara mereka saat konflik 1999. Perlahan, memori kelam itu berhasil dikikis.
”Jadi hubungan saya dan teman bukan seiman tak sebatas teman, tapi sudah lebih dari itu, yakni seperti saudara. Itu yang membuat kami tetap eksis selama ini,”kata Firman.
Selain Unpatti dan Undana, NVSC yang terdiri dari ratusan volunteer (relawan) dengan agama, daerah dan suku yang berbeda ini, akan melanjutkan misi ke beberapa daerah lainnya. Diantaranya, Universitas Muhammadiyah (UMU) Ternate, Maluku Utara, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Manokwari, Papua Barat, Unsimar Poso, Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh. Di Majene, Sulawesi Barat, kantor pemerintah daerah setempat menjadi lokasi kegiatan.