Mohon tunggu...
Tajudin Buano
Tajudin Buano Mohon Tunggu... -

Pojok Kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negeri Ema yang Ditinggalkan Pemerintah

24 Mei 2015   11:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:40 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Glenn, menilai pemerintah harus membuka mata melihat kondisi Ema. Sulitnya akses menuju desa itu dapat melumpuhkan aktivitas perekonomian. Apalagi, di Ema banyak terdapat buah-buahan seperti Langsat, Rambutan, Durian dan Salak yang penyokong ekonomi utama masyarakat Ema.

Selain itu, kata pemuda yang sering mengeksplor potensi wisata Maluku dan mengabadikannya di jejaring sosial ini, mengatakan, pemerintah tidak harus memperhatikan wisata alam. Namun juga sejarah dan budaya.

"Itulah yang membuat saya tertarik dengan kegiatan Ema Bergerak ini. Pemerintah mungkin melihat potensi wisata pantai dan laut saja. Di Ema, ada situs-situs sejarah yang bisa diandalkan oleh pemerintah untuk meningkat nilai wisata sejarah dan budaya Maluku,”paparnya.

Benda purbaka peninggalan kerajaan Majapahit berupa Tombak tempat Siri Pinang dan Gamelan serta mata air Majahapit, kata dia, sebagian besar orang Maluku tidak mengetahuinya. Kendalanya, kurang promosi dan sulitnya akses menuju situs-situs tersebut.

“Dan itu juga ada di Ema. Hanya akses jalan menuju kesana yang susah. Pemerintah seperti menganak tirikan Ema. Mereka berpikir, mungkin wisatawan takkan bisa menjangkau Ema. Padahal harusnya diubah,”ujar Glenn yang telah mendatangkan banyak wisatawan di Maluku.

Upaya Tim Ema Bergerak sempat tidak respon oleh warga Ema yang menetap di Kota Ambon. Pasalnya warga Ema sudah apatis oleh janji pemkot dan anggota legislatif yang tak dipatuhi. Sehingga siapapun yang hadir untuk kepentingan Ema dengan niat baik, justru menjadi keraguan bagi masyarakat.

"Misalnya seperti kami yang datang dengan niat baik, masih menjadi suatu tanda tanya besar di benak orang Ema. Namun kami telah mencoba menyelesaikan masalah ini melalui pendekatan dan komunikasi yang baik,”tutur Salampessy.

Pihak Negeri dan Badan Saniri mendukung sepenuhnya gerakan tersebut. Bahkan, Sariwating mengaku, keterlibatan warga Ema di Ambon menjadi tanggung jawab pemerintah Negeri dan Saniri.

"Ini menjadi tanggungjawab Negeri dan Badan Saniri untuk mengumpulkan saudara kami yang di Ambon agar dapat mengikuti pertemuan-pertemuan lanjutan. Kami sudah membicarakan hal ini pada saat rapat di Kodim Ambon beberapa hari lalu,”kata Sariwating.

"Pada intinya, kami tetap mendukung gerakan Tim Ema Bergerak setelah mendengarkam visi dan misinya dalam rapat ini,”tambah Maitimu.

Tim Ema Bergerak akan menggelar malam solidaritas “Suara Ema Suara Indonesia” 29 Mei mendatang. Rencanananya, selain disiarkan langsung oleh Metro TV dan media lTV okal lain, mereka juga menyebarkan pesan kepedulian terhadap Ema melalui Skype di tujuh titik, yakni Belanda, Jakarta, Banjarmasin, Pontianak, Makassar, Jayapura dan Sorong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun