Dan ternyata memang benar, orang nomor satu penentang islam ini ketika mendengar ayat-ayat tadi dibacakan oleh beliau ternyata hatinya terpengaruh oleh kalimat-kalimat tadi. Mendengar hal tersebut maka 'Amr bin Hisyam alias Abu Jahal pun langsung mendatanginya dan berkata,
"Wahai pamanku, sungguh kaummu telah mengumpulkan harta dan memberikannya untukmu karena engkau telah mendatangi Muhammad untuk membantah ucapan-ucapannya."
"Seluruh Quraisy sudah tahu bahwa aku adalah orang yang paling kaya di antara mereka."
"Jika demikian maka sampaikan kepada mereka bahwasanya engkau mengingkari dan membenci apa yang engkau dengar darinya."
Namun Al-Walid pun tidak bisa membohongi isi hatinya, dengan jujur dia mengungkapkan apa yang didengar dengan ungkapan yang begitu indah,
وماذا أقول؟ فوالله ما فيكم رجل أعلم بالشعر مني لا برجزه ولا بقصيده ولا بأشعار الجن، والله ما يشبه الذي يقوله شيئًا من هذا، ووالله إن لقوله الذي يقول لحلاوة، وإن عليه لطلاوة، وإنه لمثمر أعلاه، مغدق أسفله،وإنه ليعلو وما يُعلى، وإنه ليحطم ما تحته.
"Apa menurutmu yang harus aku katakan pada mereka? Demi Allah apa yang dia ucapkan begitu manis dan indah, bagian atasnya berbuah, dan bagian bawahnya begitu subur. Perkataannya begitu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta menghantam apa yang ada dibawahnya."
Sampai di sini sebenarnya pintu hidayah itu sebenarnya sudah begitu dekat dengannya. Namun ternyata dia malah seakan 'menutup sendiri' pintu hidayah yang akan mendatanginya karena gengsi dan kedengkian yang telah mengakar dalam menyelimutinya. Ditambah dengan hasutan dari orang-orang sekitar sekelas Abu Jahal dan teman-temannya.
Sehingga dia pun berfikir kira-kira apa label yang tepat yang harus disematkan kepada Nabi Muhammad -shallallahu 'alahi wa sallam- untuk menjauhkan beliau dan mu'jizat yang beliau bawa dari kaum mereka.
Ia bersama Abu Jahal pun kemudian mendatangi orang-orang Quraisy berkumpul. Sesampainya di hadapan mereka, Al-Walid berkata, “Wahai kaumku, kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat Muhammad berbicara sendiri?”
Mereka menjawab, “Tidak, demi Tuhan!”
“Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu adalah dukun (kahin). Apakah kalian pernah melihat Muhammad melakukan praktik perdukunan?”