Mohon tunggu...
tajak rimba
tajak rimba Mohon Tunggu... -

saya seorang petani

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perpisahan

3 Mei 2015   09:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada lagu Indonesia Raya dinyanyikan.Ada lagu dari adik kelas untuk kakak yang akan meninggalkan.Berbaris menuju panggung.Mencium bendera merah putih,lalu mencium bendera sekolah.Satu persatu lencana perpisahan dikalungkan oleh kepala sekolah kepada siswa-siswa kelas tiga.

Lagu dari adik kelas untuk kakak yang meninggalkan,begitulah pembawa acara menyebutkan menambah haru suasana perpisahan.Mata merah memandang semua yang akan menjadi kenangan.Gedug sekolah,bangku-bangku sekolah,halaman,lapangan basket,voli,perpustakaan,katin sebagai tempat bertemu sang pujaan hati,dewan guru,guru yang terkenal sangat penyabar sampai guru yang terkenal akan cerewet dan pemarahnya.Semuanya tinggal kenangan.

Meski sekuat hati menahan tapi isak tangis itu juga yang kedengaran.Ingin sekali berlama-lama atau bahkan selamanya tinggal disekolah ini,bersama sahabat dan semuanya.Tapi malu dengan umur,cita-cita kedepna juga harus dicapai.Selamat berpisah semoga tercapai apa yang dicitakan,untuk kakak kami yang meninggalkan.Kenang kenanglah kami yang ditinggalkan.

Diantara isak haru tangis perpisahan,ada juga mulut yang nyinyir dan usil.Dengan sangat tak berperasaan,atau mungkin juga niat hati untuk bercanda.Apa sih yang perlu ditangiskan,apa sih yang perlu disedihkan,perpisahan? rumah saja berdekatan,bertetangga lagi.Pacaran juga sama tetangga.Para siswa perempuan yang sedari tadi paling keras tangisnya,mungkin ia adalah murid yang paling jahil dengan guru,melayangkan cubitan keras pada simulut usil dan nyinyir.

Selamat menempuh hidup baru.Kata satpam sebagai orang yang pertama kali menyambut para siswa ketika datang pagi pagi kesekolah.

Serentak siswa perempuan bersorak,nyaris bersamaan."Belum mau kawin"

"Masih mau melanjutkan cita- cita".yang lain juga menimpali pada satpam

"mau kuliah"

"Nggak mau kawin muda.Mau bantu orang tua dulu."

"Tapi juka pujaan hati datang melamar,bagai mana"

"Ah nanti saja kawin.Masih mau senang sendiri"

"Bagai mana kalau guru olah raga yang masih bujangan dan tampan itu yag melamar"

"oiiiiii" sorak para siswa

"Kagak nahan."

"Aku rela berhenti kuliah dan mengabaikan cita-citaku.Jika ia yang melamar"

"oooiiiiii".

"Eh jangan-jangan Ia Yang menaruh surat cinta diatas meja guru olah raga"

"Ia .Gara-gara  surat itu yang membuat kita disuruh mengelilingi halaman"

"Nggak-Nggak.bukan aku"

Meski keputusan kelulusan belum diumumkan,tapi acara perpisahan sudah lebih dulu diumumkan.Kita juga pernah merasakan bagai mana harunya saat saat perpisahan.Saat saat meninggalkan bagku sekolah.Tapi kali ini,waktu ini,mungkin adik kita,anak kita,ponakan kita,atau mungkin cucu kita.Kita pernah merasakan harunya perpisahan.Dan kini mereka baru merasakannya.

Untuk mereka mereka yang meninggalkan sekolah jangan melupakan tempat kalian menimba ilmu.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun