Mohon tunggu...
Taien Dachi
Taien Dachi Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, Educator dan Conten Creator

Blogger, Educator dan Conten Creator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Makin Banyak Orang di Indonesia yang Suka Gagal Paham dan Asal Beropini?

24 Oktober 2024   22:48 Diperbarui: 24 Oktober 2024   23:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah nggak sih, kamu baca atau dengar sesuatu terus tiba-tiba saja muncul orang yang langsung berkomentar, padahal kelihatannya mereka nggak benar-benar paham sama hal yang dibicarakan? 

Ini sering banget terjadi belakangan ini, terutama di media sosial. Fenomena ini yang sering kita sebut sebagai "gagal paham" dan "asal beropini tanpa dasar".

Aku ingat sekali, ada satu momen ketika sebuah berita sederhana tiba-tiba jadi heboh di grup WhatsApp keluarga. Beritanya tentang kebijakan baru dari pemerintah, tapi yang disebar malah versi simpang siur yang nggak jelas sumbernya. 

Banyak yang langsung komentar, bahkan marah-marah, padahal sebenarnya mereka nggak benar-benar ngerti apa yang dibahas. Ini fenomena yang sekarang makin sering kita lihat di mana-mana.

Kenapa sih bisa begini? Ada dua penyebab utamanya

Pertama, informasi yang kita terima seringkali bukan dari sumber yang benar-benar valid. Jadi, bayangkan kamu dengar sesuatu dari teman, yang mungkin juga dengar dari orang lain lagi. Informasi itu akhirnya nggak lagi murni, malah jadi kabur dan campur aduk dengan opini pribadi. 

Nah, orang-orang sering nggak bisa bedain mana fakta yang bener-bener berdasarkan data, dan mana opini yang cuma sekadar pandangan pribadi. Akibatnya, ketika informasi itu disebarkan lagi, bisa jadi sudah salah kaprah.

Kedua, ini masalah perilaku kita sendiri. Di zaman yang serba cepat ini, banyak orang maunya instan. Kalau mau tahu sesuatu, tinggal cari di Google dan langsung terima jawabannya tanpa berpikir lebih jauh. 

Padahal, informasi di internet itu nggak semuanya akurat, apalagi kalau kita cuma baca dari satu atau dua sumber dan lebih parahnya lagi cuman judul doang. 

Nggak ada usaha untuk mengecek lebih dalam, membaca buku atau artikel yang lebih mendalam. Jadi ya, hasilnya kita cuma dapat permukaannya saja, tapi langsung merasa tahu segalanya.

Yang lucu fenomena "gagal paham" ini sering kali dianggap biasa. Padahal, ini masalah serius. Misalnya, ketika orang asal beropini tanpa dasar, mereka bisa menyebarkan informasi yang salah, dan itu cepat sekali menyebar di media sosial. 

Bahkan, berita yang awalnya salah bisa dianggap benar hanya karena banyak orang yang membicarakannya. Ini yang akhirnya memperparah masalah hoaks dan stigma negatif yang nggak berdasar di masyarakat.

Jadi, sebenarnya masalah "gagal paham" ini adalah hasil dari kombinasi informasi yang nggak akurat dan kebiasaan kita yang kurang mau menggali lebih dalam. 

Ditambah lagi, polarisasi di masyarakat---baik itu karena politik, agama, atau isu-isu sensitif lainnya---juga memperkeruh situasi. Orang jadi semakin mudah terbawa arus tanpa memikirkan baik-baik apa yang mereka baca atau dengar.

Ke depannya, menurutku kita semua harus lebih sadar akan pentingnya literasi dan kemampuan berpikir kritis. Penting banget buat kita bisa memilah mana informasi yang bener, dan mana yang cuma omongan kosong. 

Kalau masyarakat bisa lebih terbuka dan berpikir kritis, aku yakin kita bisa punya diskusi yang lebih sehat dan nggak lagi terjebak dalam opini yang salah kaprah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun