Mohon tunggu...
imana tahira
imana tahira Mohon Tunggu... -

Penyuka Sastra, Penyuka Karinding, Penyuka Kopi. Mahasiswi Ilmu Komuikasi Uin Sunan Kalijaga 2013

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berteman dengan Tulisan

18 Desember 2013   14:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:47 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Menulis merupakan pekerjaan yang amat mudah tetapi cukup sulit untuk di biasakan. Menulis juga bisa disebut dengan kebebasan. Kebebasan untuk berpendapat, untuk berunjuk rasa, dan yang paling utama adalah untuk menyampaikan suara hati atau apapun itu yang disajikan dengan sangat rapi di dalam tulisan.

Di dalam kutipan Seno Gumira Ajidarma, Menulis itu adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa, dan suatu cara untuk menyentuh seseorang yang entah dimana.

Dengan menulis, orang dapat merasakan kepuasan tersendiri, tak peduli tulisan itu bagus atau tidak, rapi atau tidak, selama itu hasil dirinya sendiri ia pasti merasakan kebahagiaan dan kepuasaan yang tiada duanya. Apalagi jika tulisan itu di apresiasikan oleh para penikmatnya.

Bagi penulis pemula atau calon penulis, tidak terlalu di permasalahkan masalah berkualitas atau tidaknya tulisan tersebut, apalagi memfokuskan pada pemilihan kata yang baik itu yang seperti apa. Tapi, jika dia sudah punya keinginan untuk menulis, tuliskan saja apa yang ingin ia tulis. Tuliskan saja apa yang tertumpah dalam fikiran dan jiwa nya, selama inspirasi itu mengalir tidak ada alasan untuk berhenti menulis.

Ahmad Fuadi, seorang Novelis ‘Negeri5 Menara’ pernah berkata di dalam seminarnya, bahwa menulis itu harus dengan hati. Memang benar , kebanyakan dari penulis memang mengandalkan perasaan dan hati nya untuk di jadikannahkoda dalam pengembaraannya di lautan kata. Selain itu juga, hati dapat merangsang sesuatu yang terbenak di dalam fikiran lalu menyampaikannya dengan tulisan.

Tulisan itu akan melintasi hari, melintasi waktu, bahkan melintasi zaman. Tulisan itu akan tetap hidup, meskipun sang penulis telah tiada. Tulisan itu akan abadi, meskipun sang penulis sudah melebur dengan tanah. Karena kata dan tulisan bisa lebih hebat dari peluru, bahkan lebih mulia daripada darah seorang martir. Karena tulisan adalah pahatan peradaban yang akan kekal dan abadi.

Menulis itu asyik dan bikin awet muda. Seperti kutipan Mbak Helvy Tyana Rosa yang merupakan penulis puisi sekaligus dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Jakarta ini; Kalau usiamu tak mampu menyamai usia dunia, maka menulislah. Menulis memperpanjang ada-mu di dunia dan amalmu di akhirat kelak

Jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, jalan imajinasi, dan jalan inspirasi. Dimana dibutuhkan penghayatan dan kejujuran dalam menumpahkannya. Kunci dalam menulis itu, ya menulis bukannya berfikir. Tulis dulu apa yang ada di fikiran, setelah itu baru berfikir. Menulis juga sebagai alat perangsang untuk berfikir, jika memang sudah tak bisa berfikir, maka terus cobalah untuk menulis.

Tulisan itu merupakan rekam jejaknya seorang penulis, jadi setelah semua inspirasi telah dituangkan, maka disinilah fungsi berfikir di aplikasikan. Adakalanya berfikir itu digunakan sebagai reka ulang penulisan, setelah berbagai bongkahan inspirasi dan suara hati yang tak dapat diungkapkan dengan lisan telah usai dituliskan, proses berfikir ini lah langkah selanjutnya. Karena jika tak ada proses berfikir, dikhawatirkan tulisan atau bentuk emosi dari jiwa yang dikembangkan dengan tulisan itu malah membuat pengkarakteran diri seorang penulis itu tak terkontrol. Karena tulisan dapat menggambarkan karakter seorang penulisnya itu sendiri. Jadi, menulis yang baik-baik saja.

Banyak orang menganggap bahwa penulis itu pencinta kegalauan atau pengkhayal sejati. Tapi galau nya seorang penulis adalah galau yang bermanfaat dan khayalan seorang penulis adalah khayalan yang dapat menciptakan sebuah karya. Galau nya seorang penulis itu bisa lebih indah dari orang yang sedang dimabuk cinta, karena kegalauan penulis itu merupakan sebuah penghayatan yang jujur untuk di ungkapkan dengan kata dan tulisan.

“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis”. (Imam Al-Ghazali)

Jadi, mau menunggu apalagi? Menulislah sekarang juga. Tak ada lagi alasan untuk malas menulis. Menulis itu hal yang mudah dan sangat menggembirakan. Menulis itu dapat menenangkan pikiran dan rasa nurani yang ngilu. Menulis itu dapat memperpanjang usia.

Mari kita akrabi aksara, cumbui makna, jamahi inspirasi, telanjangi kata, dan berteman dengan tulisan.

“Jika aku menulis dilarang, aku akan menulis dengan tetes darah!”(Wiji Thukul)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun