Mohon tunggu...
taher heringuhir
taher heringuhir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Karyawan di TV bursa efek Indonesia, IDX Channel. www.tahersaleh.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pulang, dari Tere Liye

10 Januari 2016   12:14 Diperbarui: 10 Januari 2016   14:19 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab pertempuran dengan babi hutan ini diceritakan dengan ditel sangat mengagumkan. Dan ini menjadi kekuatan besar menarik pembaca:

“Aku menggigit bibir. Aku benar-benar sudah melupakan pesan Mamak.”

“Aku mencengkram tombak pemberian Bapak. Aku berdiri dengan kaki kokoh, menatap ke depan, dan bersitatap dengan monster mengerikan itu. Aku tidak punya pilihan lain, lari sia-sia saja.....”

Usai peristiwa mencekam itu, Bujang kemudian dijuluki “Si Babi Hutan”. Julukan yang terus dipakai hingga dia dewasa dan tumbuh besar di Keluarga Tong. Bujang lalu diajak ke kota, mengabdi pada Keluarga Tong seperti apa yang dilakukan ayahnya dulu. Mamaknya sangat menentang kepergian Bujang, tapi karena didesak bujukan Samad, dengan berat hati Mamak melepas kepergian Bujang dengan memberi sebuah pesan yang akan menjadi janji hidupnya sampai dewasa.

Di Keuarga Tong, Bujang menjadi anak emas. Diberi guru privat, masuk universitas, hingga membawa gelar sarjana ekonomi dari Amerika. Jejaring bisnis Keluarga Tong juga menyebar hingga internasional. Bisnisnya ilegal tapi dibungkus dengan proyek legal seperti membangun hotel, apartemen, bahkan memiliki bank sendiri dengan uang dari bisnis hitam. Bujang juga dibekali berbagai ilmu beladiri sebagai bekal menjadi tukang jagal nomor satu. Spesialisasinya menyelesaikan konflik tingkat tinggi di keluarga besar shadow economy di Asia Pasifik.

Setelah membuat pembaca berdebaran pada bab-bab awal, bab berikutnya lebih menegangkan seperti menonton film action thriller: tembak menembak, pertempuran, konspirasi dan pengkhianatan. Meski begitu, sisi romantis novel ini tidak hilang dengan adanya bab yang menceritakan tentang kepergian Mamak dan surat terakhir ayah. Pemilihan alur maju-mundur, menceritakan masa lalu dan masa sekarang juga membuat buku ini begitu mengasyikan, apalagi deskripsinya sangat kuat.

Kelebihan lain novel ini ialah dialek kental melayu Sumatra. Kita seakan berada di dusun itu. Penggunaan diksi yang sederhana dan tidak membuai-buai seperti puisi juga memudahkan mencerna pesan. Beberapa kutipan juga menarik, bisa menohok perasaan kita dan memberi pesan mendalam tentang kehidupan:

“Ketahuilah, Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.”

“Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu, Nak. Jangan pernah kau lawan. Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kau lihat sekarang. Matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu. Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.”

“Kau tau? Hidup ini sebenarnya perjalanan panjang, yang setiap harinya disaksikan oleh matahari...”

“Benarlah kata orang, meski semua hal itu adalah kenangan menyakitkan, kita baru merasa kehilangan setelah sesuatu itu benar-benar pergi, tidak akan mungkin kembali lagi.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun