Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membaca Keberhasilan Kompasiana Membangun Kompetensi Menulis Anak Negeri

27 Oktober 2023   20:50 Diperbarui: 27 Oktober 2023   20:54 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Kelihatannya sangat banyak catatan yang harus kita buka ketika membuka lembaran cerita perjalanan Kompasiana selama 15 tahun ini. Melihat Kompasiana dari berbagai sudut pandang atau perspektif, bisa melahirkan banyak tulisan. Satu orang saja, bisa menulis lebih dari tiga atau empat tulisan. Bayangkan sajalah bila semua warga Kompasianers menulis cerita tentang eksistensi Kompasiana selama 15 tahun. Pasti tidak bisa dihitung dengan 10 jari, apalagi dengan satu jari, Ya kan?  Banyaknya lahir tulisan tentang ini, masih menggunakan kecerdasan intelektual yang asli, maka akan sangat banyak lagi bila ada yang menggunakan artificial intelligence atau kecakapan buatan yang bisa menghasilkan tulisan dalam waktu yang singkat sekali.

Penulis sendiri sudah menulis dua tulisan dan ini adalah tulisan ke tiga. Tulisan Ketiga yang lahir dari munculnya ide baru, ketika melihat dinamika pemuatan atau postingan tulisan di Kompasiana yang setiap hari begitu banyak. Ide yang muncul ketika melihat dari perspektif peran Kompasiana dalam membangun kompetensi menulis dari berbagai kalangan, umur, profesi, geografis, agama, budaya, aliran politik, ekonomi dan sebagainya.

Tanpa rag-rag penulis membuat pernyataan dan claim bahwa Kompasiana selama 15 tahun telah berhasil membangun gerakan menulis di semua kalangan anak-anak bangsa ini dengan begitu mudah dan tanpa harus bekerja keras, menyediakan kegiatan -kegiatan peningkatan ketrampilan menulis, sebagaimana dilakukan oleh Banyak orang atau lembaga. Ya, tidak perlu ada kursus menulis, tetapi banyak melahirkan penulis yang sangat produktif. Kompasiana seakan tanpa berhadapan dengan berbagai alasan atau hambatan untuk memotivasi atau mendorong serta membimbing para calon penulis secara langsung, seperti yang pernah penulis had api dalam membangun gerakan menulis di kalangan perempuan khususnya dan kalangan umum.

Sepanjang amatan penulis, selama  hampir 15 tahun menjadi warga Kompasiana, Kompasiana tidak perlu bersusah payah mengajak, mendorong, melatih atau membimbing warga Kompasiana untuk menulis berbagai bentuk tulisan yang diposting di Kompasiana. Dengan menyediakan ruang kreasi di laman Kompasiana, media ini berhasil memotivasi masyarakat atau anak-anak negeri ini menulis. Masyarakat dan anak-anak negeri ini, tanpa diberikan iming-iming berupa uang atau cuan, dengan suka rela terus menulis dan memublikasikannya di Kompasiana. Biasanya, para penulis, apakah yang baru mulai menulis, atau yang sudah lihai menulis dan tulisan mereka sudah dimuat di media mainstream, pasti berharap dapat bayaran yang sering disebut dengan honor itu.

Cobalah lihat apa yang terjadi di Kompasiana. Para penulis yang menulis di Kompasiana tidak berharap bayaran berupa honor tersebut. Mereka dengan suka rela terus berkontribusi secara aktif dan produktif setiap hari atau dalam jangka waktu tertentu. Para penulis seakan didorong oleh motivasi instrinsik, bukan karena ada orang lain yang memotivasi mereka. Hebatnya lagi, Kompasiana berhasil mengumpulkan penulis-penulis yang moderat, loyal dan produktif. Lebih dahsyat lagi, di kala media lain mungkin menyediakan ruang dan menyediakan honor tulisan, tetapi Kompasiana membuat gebrakan berbeda. Ya, ada pilihan, yakni gratis, namun terbatas dan pilihan kedua dengan cara mendapat label Premium dan harus membayar sejumlah yang agar tulisan yang diposting bisa sempurna dalam batas waktu sebulan atau lebih, tergantung berapa lama dan besar uang yang kita keluar. Di sinilah bukti hebatnya Kompasiana, walau penulis harus membayar dan tidak mendapat honor tulisan, namun tetap terus menulis dan menulis secara produktif. Hebat bukan?

Ya, tentu lah sangat hebat. Dalam hal ini, penulis sebagai seorang Pegiat literasi, hang telah sejak Sebelum menerbitkan majalah POTRET, media perempuan kritis dan Cerdas itu di tahun 2003, penulis sering menemukan kesulitan dalam mengajak dan mendorong orang menulis.  Banyak hambatan dan kesulitan yang ditemukan ketika mengajak dan memotivasi orang menulis. Sering kali, ketika mengajak orang menulis, respon atau jawaban yang diberikan adalah alasan-alasan klasik dan tidak jauh berbeda. Misalnya, ketika kita mengajak perempuan untuk menulis, jawaban yang diberikan adalah " Saya tidak bisa menulis", " Saya tidak tahu cara menulis". Padahal mereka adalah orang-orang yang mengenyam pendidikan tinggi. Mereka bahkan sudah menyelesaikan pendidikan di jenjang sarjana, bahkan S2. Aneh bukan? Tapi, Itulah realitas sulit Ya kita mengajak dan mendorong masyarakat kita menulis. Namun, dahsyatnya Kompasiana adalah berhasil menjajah dari persoalan tidak bisa menulis atau alasan klasik lainnya/

Jadi, wajar kalau Kompasiana kini menjadi semakin besar, semakin Dekat di hati para penulis-penulis yang sangat loyal dan ilhlas dalam berkontribusi tulisan di Kompasiana/ Sekayaknya kita, warga kampus Kompasiana berbangga dan bersyukur karena hingga kini Kompasiana masih dirindu dan disamano am selalu eksis. Selamat Ulang Tahun Kompasiana, Selamat berkarya anak-anak bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun