Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

15 Tahun Kompasiana, Tak Sekadar Membangun Gerakan Literasi Anak Negeri

25 Oktober 2023   11:15 Diperbarui: 25 Oktober 2023   11:17 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inset foto Pribadi 


Oleh Tabrani Yunis

Ketika saya membuat judul " 15 Tahun Kompasiana Tak Hanya Sekadar Membangun Gerakan Literasi Anak Negeri", terinspirasi dari tulisan Saya yang pernah Saya tulis di majalah POTRET, Media Perempuan Kritis dan Cerdas, yang juga dalam rangka Ulang Tahun POTRET yang ke 13 saat itu. Kini majalah POTRET yang  diterbitkan oleh Center for Community Development and Education (CCDE) Aceh dalam rangka membangun gerakan Menulis di kalangan perempuan Aceh dan Nusantara, itu sudah berusia 20 tahun. Maka, ketika membaca flyer 15 Tahun Kompasiana tahun ini, Saya  melihat ada impian yang bisa jadi sama, yakni membangun Gerakan literasi Anak negeri.

Nah, ketika mengulas 15 tahun Kompasiana, tentu Saya harus membuka kembali memori. Ya, memori tentang Kompasiana dan termotivasinya saya ikut bergabung menjadi satu dari sekian banyak warga Kompasiana yang kemudian disebut dengan Kompasianers itu.  Dengan begitu, Saya punya catatan, ya paling tidak menulis sejarah pribadi berkecimpung dalam aktivitas yang ada di rumah besar yang bernama Kompasiana itu.

Dengan membuka memori itu, Saya bisa membuat sebuah catatan kecil ini. Catatan pertama yang harus saya tuliskan adalah terkait dengan waktu. Kapan Saya mulai ikut menjadi warga Kompasiana. Saya ingat bahwa saya mulai menjadi bagian warga Kompasianers pada tahun 2010. Berarti belum cukup 15 tahun. Namun, demikian bila dihitung-hitung, hingga sekarang, ya sudah 13 tahun, bukan? Waktu yang juga tidak tergolong baru. Lalu, dalam masa 13 tahun itu, Saya juga ingin mengukur seberapa intensnya Saya berkontribusi di Kompasiana. Seingat Saya, ada masa-masa Saya tidak aktif dalam artian tidak menulis, karena alasan-alasan yang macam-macam. Yang jelas ada jeda atau masa-masa absen dari kegiatan warga.

Walau Kadang, ketika absen, sering merasa rindu. Artinya selalu saja ada kerinduan untuk kembali menulis. Mungkin ini lahir sebagai wujud dari sikap loyalitas atau apa saja lah namanya.  Terkadang rindu dan kangen menyatu padu. Sehingga melahirkan banyak catatan dalam ingatan yang sekalian melahirkan lagi tulisan yang menjadi kontribusi untuk kembali aktif menulis di Kompasiana.

Pokoknya,  ada banyak catatan yang melekat dalam ingatan, yang sangat bagus untuk diekspresikan  pada momentum 15 Tahun Kompasiana ini.  Namun, tidak semua hal akan bisa dirangkum. Idealnya, semakin lama, semakin banyak yang dicatat. Kuncinya, ada pada kemauan mencatat. Sebab, segala sesuatu yang tidak dicatat atau ditulis, tidak banyak yang bisa dikeluarkan dari storage atau penyimpanan memori kita. Contoh yang paling dekat adalah kemampuan saya dalam merekam segala perkembangan yang terjadi terhadap Kompasiana selama 15 tahun.

Maka, dalam tulisan ini, Saya  mencatat  beberapa hal saja. Pertama,  bagi Saya ketika mengenal Kompasiana, sebelum bergabung menjadi warga Kompasianers, Saya agak lama mempelajari Kompasiana. Saya baca berkualitas-kali deskripsi Kompasiana ini. Tidak langsung menulis seperti orang-orang yang lain yang aktif menulis di Kompasiana. Mungkin karena pada waktu bersamaan, juga mengelola media sendiri, www.Potretonline.com. Saya harus besarkan media sendiri. Namun, muncul kesadaran lain, bahwa Saya harus memanfaatkan banyak media untuk mengembangkan kemauan dan kemampuan menulis. Tidak Mungkin juga Saya hanya memuat tulisan Saya di media yang saya peruntukkan kepada publik itu. Saya harus tetap menulis di media manapun yang bisa saya kontribusikan, sebagaimana saya lakukan ketika mengirimkan tulisan ke media cetak, sebelum media online bertambah banyak.

Kedua, setelah memahami bahwa Kompasiana adalah media warga atau citizen media yang mengusung semangat berbagi dan saling terhubung. Format Kompasiana seperti ini meyakinkan Saya bahwa Kompasiana adalah wadah ekspresi yang sangat tepat, karena  Setiap karya yang dimuat di media ini menjadi tanggung jawab penulis dan harus mengikuti mekanisme yang ada.  Kemudahan yang diberikan oleh Kompasiana adalah kebebasan setiap penulis untuk memuat sendiri tulisan sendiri, kapan saja dan di mana saja, asal mengikuti ketentuan yang sudah disepkati sebelum bergabung. Itulah satu dari sekian dorongan yang meyakinkan Saya ikut bergabung dalam rumah warga yang disebut Kompasiana itu. Ya, Saya tertarik dan mendaftar dan lalu menjadi bagian dari warga Kompasiana dengan mulai melakukan postingan di laman Kompasiana.

Dalam amatan saya, apa yang dilakukan oleh Kompasiana selama ini adalah sebuah upaya besar, membutuhkan energy besar, bahkan mimpi besar serta strategi yang tepat. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kompasiana selama ini menjalankan perannya sebagai media yang menyediakan ruang ekspresi bagi siapa yang ingin berkarya. Jadi eksistensi Kompasiana, Selain menjadi expressing provider, juga menjalankan fungsi dan peran sebagai motivator. Dikatakan demikian, karena dengan tersedianya ruang kreasi tersebut, Kompasiana secara langsung dapat memotivasi atau mendorong masyarakat Indonesia bergerak bersama dengan segala potensi yang ada membangun gerakan literasi anak negeri dengan berbagai cara lewat platform media online.  

Sebagai sebuah Gerakan literasi, Kompasiana dalam perspektif membangun minat membaca, membangun kemampuan atau daya baca serta budaya baca, dilakukan dengan menyediakan beragam bacaan, dengan berbagai ragam kualitas, tanpa ada tindakan yang mematikan motivasi menulis masyarakat, baik yang belum bergabung menjadi warga Kompasiana, maupun yang telah bergabung sekian lama.  Saya yakin bahwa dari begitu banyak penulis di Kompasiana, kita sudah tak mampu menghitung jumlah tulisan yang telah ditayangkan. Bisa jadi ada tulisan-tulisan yang jumlah pembaca sangat minim, akibat cepatnya gerak tulisan ditayangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun