Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Negara-negara Maju Memilih Kembali ke Teks Cetak dan Tulis Tangan

13 September 2023   10:05 Diperbarui: 14 September 2023   04:31 2471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang siswa mempraktikkan menulis dengan tangan di Sekolah Dasar Djurgardsskolan, di Stockholm, Swedia, Kamis (31/8/2023). Foto: AP/DAVID KEYTON via KOMPAS.id

Bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada aspek-aspek lainnya. Sama halnya seperti kita bahwa kita sendiri selama ini juga menyadari bahwa penggunaan gadgets atau gawai menyebabkan banyak hal. Satu di antara sekian banyak dampak adalah menurunnya minat membaca yang bermuara kepada rendahnya kemampuan literasi dsn numerasi anak negeri. Apalagi, di negeri kita Indonesia ini, pengguna gadgets menyasar ke semua umur, hingga umur terendah yakni bayi.

Munculnya kesadaran masyarakat Eropa terhadap kemajuan proses digitalisasi yang menyelimuti dunia, penulis teringat pada sikap dan tindakan masyarakat di negara maju seperti Eropa di bidang pertanian dan industri makanan. 

Mereka yang sudah lama menggunakan pupuk kimia, pestisida dan racun-racun lainnya yang digunakan dalam pertanian, juga kembali pada kesadaran untuk menjaga diri menjadi tetap sehat dengan menggunakan prinsip back to nature. 

Ya, kembali ke alam. Kembali memproduksi bahan-bahan pertanian yang ramah lingkungan, makanan yang tidak terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang membahayakan kesehatan masyarakatnya. Kita kemudian mengenal pula istilah produk makanan organik dan yang aman untuk dikonsumsi.

Begitu pula halnya dengan kemajuan di era digital ini. Kita sebenarnya menghadapi kondisi yang sangat parah. Mengapa demikian?  Jawabannya, kita saat ini sangat kor-joran, sangat bebas menggunakan gadgets, tidak pandang usia, tidak pandang waktu, dan bahkan menjadikan gadgets sebagai sahabat yang paling dekat, hingga terjerumus ke dalam dunia adiktif. 

Adiktif dengan hal-hal yang bersifat entertainment, just for fun dan kurang memanfaatkan untuk memperkaya ilmu pengetahuan. Sehingga dengan jumlah penduduk yang besar, yang konon sedang menikmati bonus demografi, terus menjadi target pasar bagi produk industri digital.

Celakanya lagi, disadari atau tidak, bahwa bangsa kita saat ini masih sedang berjuang untuk meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan sain yang masih rendah, lalu dihujani oleh produk digital dengan begitu deras. Hal ini semakin memperburuk kualitas sumber daya manusia ( human Resources) bangsa ini.

Nah, bagaimana sikap kita sebagai bangsa yang selalu dicekcoki dengan jargon-jargon maju, tetapi tidak realistis dalam menyikapi persoalan kemajuan teknologi digital dan kesiapan dunia pendidikan untuk mengarahkan kiblat pembangunan bangsa ke arah yang dicita-citakan oleh bangsa ini. 

Untuk itu, bangsa kita sebagai bangsa yang sedang mengejar kemajuan dan daya saing, perlu kembali belajar pada cara dan sikap serta tindakan masyarakat negara maju dalam proses pengembangan sosialisasi digitalisasi yang tidak bisa dielakkan itu. Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun