Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sekolah BPKB

28 Januari 2022   16:08 Diperbarui: 28 Januari 2022   16:13 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis


Di era digital yang semakin canggih ini, semakin banyak hal yang aneh-aneh kita jumpai di tengah masyarakat kita. Banyak hal yang setiap saat membuat kita geleng-geleng kepala dan bahkan kita sendiri yang aneh, karena bisa berbicara sendiri dan tetawa sendiri karena melihat dan merasa aneh atau asing.

Kemajuan teknologi digital benar-benar telah membuat hidup kita berubah begitu ekstrim.  Semua berubah, bahkan bukan hanya berubah, tetapi banyak yang hilang yang kita sebut sekarang dengan terminologi disrupsi. Disrupsi yang bukan saja menghilangkan sejumlah produk, perusahaan dan sebagainya, tetapi juga perilaku atau gaya hidup. Perilaku dan gaya hidup berubah hingga 180 derajat.

Ada yang dahulu dianggap tidak wajar, tidak etis atau malah tidak boleh dilakukan, sekarang menjadi wajar, menjadi boleh dan menjadi hal yang biasa, tanpa harus ada rasa sungkan dan malu. Ini memang zaman edan, seperti yang dahulu sering kita dengar ketika orang-orang merasa kesal dengan sebuah keadaan yang terjadi.

Misalnya, perilaku gaya hidup bebas, yang dahulu dianggap tabu, kini tidak lagi tabu,dan berubah dari cara-cara tersembunyi ke model terang-terangan. Dahulu kalau ingin berkomunikasi dengan seseorang, teman, pacar dan sebagainya, kita harus bertemu tatap muka di tempat yang disetujui seperti warung kopi, cafe atau meeting point lainnya, sekarang cukup dengan sebuah alat yang kita sebut dengan gadgets, langsung bisa berkomunikasi bahkan dengan memanfaatkan kamera agar bisa saling bertatapan. Ya, begitu mudah.

Mudahnya berkomunikasi dengan seseorang, membuat ruang privat seseorang ikut ter-reduksi. Ya, ketika kita tidak ingin diganggu dengan berbagai macam dering telepon atau denyut pesan SMS dan WA masuk ke gawai kita, saat itu pula suara dan denyut HP berdering dan berdenyut, untuk menjawab panggilan dan pesan yang masuk. Suka atau tidak suka, semua bisa terjadi. Satu dari sekian banyak hal yang tidak kita ingini dari bebasnya komunikasi yang terjadi di era digital ini adalah datangnya panggilan telepon atau kiriman SMS atau WA dari orang-orang yang tidak kita kenali. Modusnya bermacam ragam. Ada ajakan untuk membeli produk, ajakan benvestasi, beramal, menebarkan foto-foto bersifat pornografi sampai pada penawaran kebutuhan birahi hingga menawarkan pinjaman online yang begitu mudah. Gila memang.

Ya, memang gila. Terlalu banyak untuk kita ulas dan perbincangkan saat ini. Kita tidak akan pernah habis cerita dan memang benar-benar gila. Padahal, kehadiran berbagai macam ragamnya gadgets yang terhubung dengan internet tersebut idealnya memang membuat manusia semakin cerdas, pintar atau pandai, tidak bodoh, apalagi dibodoh-bodohi, semakin rasional, bukan malah menjadi irrasional dan yang merusak lainnya, karena teknologi informasi dan komunikasi yang kini beredar secara masif tersebut memberikan segala macam kemudahan, sehingga kita tidak lagi kesulitan dan mudah tertipu. Namun, faktanya ternyata juga tidak seperti yang secara ideal kita harapkan. Banyak kasus yang kita hadapi dalam keseharian kita selama ini.

Makanya jangan hran bila di era digital ini, banyak kita lihat orang yang seakan-akan sedang berbicara, tertawa terbahak-bahak sendiri, di jalan atau di tempat-tempat umum, maupun di tempat sepi. Ini kondisi yang kalau dulu orang berbicara dan tertawa sendiri, pasti dikatakan gila, sementara sekarang kalau ada orang senyum- senyum, tertawa dan bahkan marah dan sebagainya sambil berjalan sendiri, tidak dikatakan gila atau edan. Itu hal yang biasa, karena ia memiliki lawan bicara lewat telepon genggam di tangan. Tentu ini satu di antara sekian banyak perubahan perilaku yang terjadi. Karena masih banyak lagi perubahan perilaku yang terjadi bila kita mau mengidentifikasi atau mendatanya secara serius atau sambil menyeruput secangkir teh, atau kopi di warung kopi. Amatilah. Apa yang terjadi?

Tentu akan sangat banyak data dan fakta mengejutkan yang terkumpul. Dalam tulisan ini, penulis tidak akan mengulas semua temuan, fakta, data dan catatan tentang realitas itu semua.

Dalam tulisan ini penulis ingin mengambil satu partikel kecil dari realitas yang terjadi di tengah masyarakat kita, yang hingga saat ini masih berlangsung dan bahkan memakan korban. Apakah gerangan yang dimaksudkan tersebut? Sebelum para pembaca menjawab pertanyaan itu, penulis hanya ingin mengatakan bahwa walaupun saat ini kita semakin jarang menggunakan aplikasi SMS di smart phone kita, masih sangat sering menerima pesan yang entah dari siapa saja. Para pembaca pasti sangat banyak masuk SMS ke smartphone kdari orang-orang yang tidak kita kenal. SMS-SMS yang menawarkan bantuan finansial, berupa pinjaman yang begitu mudah dalam jumlah yang cukup spektakuler.

Gila bukan? Ya, memang gila. Kalau tidak gila, mana mungkin disebut zaman edan? Tidak perlu heran dalam satu hari para pembaca menerima banyak SMS yang meminta untuk menyekolahkan BPKB. Ya kok bisa? Mengapa ada Sekolah BPKB? Ah, sekolah apakah geangan? Di mana sekolahnya? Pada jenjang pendidikan yang mana? Apakah level sekolah dasar? Sekolah menengah pertama? Sekolah Menengah Atas ( SMA) dan sederajat? Sekolah umum atau sekolah kejujuran kah? Lalu, sudah adakah lulusannya selama ini?  Tahukah para pembaca dengan sekolah BPKB tersebut?

Sebenarnya, terus terang dan jujur penulis katakan bahwa penulis belum pernah melihat bagaimana wujudnya sekolah BPKB tersebut. Sebab ketika dulu masih tercatat sebagai siswa Sekolah Pendidikan Guru ( SPG) Banda Aceh,  ketika belajar tentang ilmu pendidikan, atau sejarah pendidikan nasional,  tidak pernah ada yang namanya sekolah BPKB. Malah yang sering didengar dan disebutkan sekolah-sekolah di masa penjajahan  atau zaman Belanda di Indonesia, seperti ELS,HIS,HCS,MULO,AMS, Schakel School dan STOVIA.

Di masa pascakemerdekaan Indonesia pun sekolah BPKB tidak pernah ada. Yang sering dan pernah didengar adalah Sekolah Rakyat (SR), SD, SMP, SMA, SPG,PGA dan lainnya. Begitu pula sekarang. Kita mengenal beberapa jenjang sekolah dan prasekolah, mulai dari PAUD, SD/MI, SMP, SMA/SMK, hingga Universitas. Jadi sekali lagi tidak ada sekolah BPKB. Lalu, mengapa sekarang sering sekali kita menerima SMS dari pihak-pihak yang tidak bisa mempertanggungjawabkan tindakan mereka menganjurkan orang-orang yang dikirimkan pesan untuk menyekolahkan BPKB? Apakah memang BPKB bisa bersekolah?

Selayaknya kita tahu apa sebenarnya sekolah BPKB atau juga menyekolahkan BPKB yang kini terus semakin sering masuk ke ruang privat kita lewat fasilitas atau aplikasi SMS atau WA di telepon genggam kita.

Sesungguhnya, sekolah BPKB itu tidak ada, walau sering mengganggu perhatian kita. Karena sesungguhnya istilah sekolah BPKB atau menyekolahkan BPKB adalah istilah akal-akalan yang digunakan oleh orang-orang yang bekerja mencari uang atau rezeki lewat cara-cara yang tidak jujur, atau menipu dengan memberikan tawaran pinjaman yang super mudah lewat online. Mereka seakan orang-orang baik dan dermawan, suka membantu orang-orang yang sedang kesulitan keuangan atau sangat membutuhkan pinjaman uang.

Lalu, dengan penuh tipu daya memberikan pinjaman, walau saling tidak kenal. Syarat yang diberikan pun cukup mudah, ya hanya dengan menyekolahkan BPKB. Mereka pun menambah lagi ungkapan lain, jangan biarkan BPKB anda menganggur. Inilah yang selama ini sering diperbincangkan di medi sosial atau media lainnya  dengan sebutan pinjaman online alias pinjol yang menjerat para peminjamnya dengan cara yang illegal dan juga brutal, karena bisa membunuh karakter para peminjam yang sudah masuk dalam jeratan pinjaman online tersebut.

Sudah banyak korban pinjaman online di negeri ini, walau umurnya baru seumur jagung. Ya, sudah sangat banyak korban pinjaman online yang terjerat dan diancam serta dipermalukan hingga stress dan hilang akal, maka kita bersyukur karena pemerintah dan penegak hukum di negeri kita telah bersikap dan bertindak menghapus praktik pinjaman online alias pinjol illegal yang masih beroperasi di Indonesia.

Nah, karena sesungguhnya sekolah BPKB itu tidak ada,  dan BPKB yang bersekolah juga tidak ada, maka siapa pun harus waspada dan hati-hati saat ini, di era digital. Harus pula difahami bahwa  sesungguhnya yang ada saat ini adalah tindak kejahatan orang-orang yang terus bekerja mencari rezeki atau keuntungan dari orang-orang yang lalai, orang-orang yang secara ekonomi sudah sangat terjepit atau mungkin pula orang-orang yang mudah ditipu daya oleh mereka yang terus mencari korban penipuan mereka.

Jadi, belajarlah menjadi orang pintar dan cerdas dalam mencari sumber dana atau pinjaman, karena kalau sempat terjerumus ke jurang pinjaman online, para peminjam benar-benar sangat menderita karena ulah pengelola pinjol atau pinjaman online tersebut. Maka, cerdas dan waspadalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun