Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mencari Alternatif Pengganti Kantung Plastik

23 Desember 2021   21:00 Diperbarui: 24 Desember 2021   00:52 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kantong plastik masih banyak digunakan untuk belanja. Sumber: Kompas.com

Mengubah kebiasaan yang sudah terbiasa menggunakan kantong plastik ke kantong non plastik, tentu tidak mudah. Apalagi kantong plastik adalah kantong yang mudah didapat dan murah serta dianggap lebih aman untuk berbelanja atau untuk dibawa ke mana saja dan kapan saja. Di panas dan hujan pun lebih aman dan nyaman. 

Penggunaan plastik yang sudah mendarah daging dalam kehidupan keseharian kita, akan menjadi batu sandungan bagi pelarangan penggunaan kantong plastik. Konon lagi, pelarangan itu tidak ada sangsi yang berat. 

Kalau hanya membayar dalam artian berbayar dengan harga 200 rupiah saja, tentu tidak akan mampu mengurangi penggunaan kantong plastik di mal atau supermarket. Ibarat kita melarang orang merokok, walau pun dilarang dan dinaikkan harga rokok, si perokok tetap saja akan membeli rokok.

Begitu pula apabila pelarangan penggunaan kantong plastik dan berbayar di mal-mal, swalayan dan ritel. Berapa banyakkah mal yang ada di setiap kota? Apalagi di kota-kota kecil yang jumlah mal dan swalayannya kalah jumlahnya dari pertokoan dan kios. Bukanlah jumlah toko-toko konvensional, lepau, lapak, dan bahkan kios-kios bisa lebih banyak jumlahnya?

Sulit Berubah

Kiranya, begitu banyaknya sampah kantong plastik di sekitar kita menjadi bukti bahwa masyarakat kita sudah sangat dekat atau akrab dan bergantung pada penggunaan plastik dalam kehidupan sehari- hari. Tak dapat dipungkiri, dalam sehari bisa lebih dari satu kantong plastik kita gunakan. 

Semakin sering kita membeli suatu produk di sebuah warung atau kios, semakin banyak kantong plastik yang kita gunakan. Jadi, penggunaan kantong plastik  adalah kebiasaan yang terus mengakar dalam kehidupan kita. Sehingga semakin sulit meninggalkan kebiasaan menggunakan kantong plastik.

Kesulitan itu, bahkan juga masih dihadapi oleh toko-toko yang menggunakan  kantong plastik berbayar. Para pembeli atau konsumen di sebuah toko sering marah ketika pihak toko tidak memberikan kantong plastik saat berbelanja, apalagi kalau dikenakan biaya, walau hanya 200 rupiah per lembar. 

Kesulitan yang dialami oleh toko-toko yang selama ini menyediakan kantung plastik untuk pembeli adalah sulitnya mencari alternatif pengganti  kantung plastik. Konsekuensinya, kantung non plastik lebih mahal dari harga plastik. 

Sementara cara lain, membawa tas belanja dari rumah, masih dihadapkan dengan sikap pembeli yang tak mau repot membawa tas belanjaan. Pilihannya kembali meminta pihak toko menyediakan kantung plastik gratis.

Nah, persoalan sampah plastik, tentu tidak hanya pada sulitnya mengubah pola hidup atau gaya hidup masyarakat, agar meninggalkan kantung plastik dan menggantikannya dengan tas belanja nonplastik. Masyarakat memang harus terus diedukasi untuk membangun kesadaran akan ancaman serius dari menggunungnya jumlah sampah dan makin peliknya persoalan sampah ke depan. 

Pemerintah dalam hal ini, juga harus lebih serius mengelola sampah dengan berupaya untuk mengolah sampah-sampah plastik yang bisa direcycling atau diolah kembali. Selain itu, tindakan nyata untuk menyediakan fasilitas sampah yang terpilah, merupakan sebuah langkah yang harus segera dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun