Oleh Tabrani Yunis
Hari ini, kulewati lagi persimpangan jalan itu
Simpang dengan lima jalur dan lajur
Dari balik kaca mobil mata mengarah pada sebuah bangunan kecil, digunakan para pengatur jalan yang menngintai pengendara yang sengaja dan terlanjur melanggar aturan
Seorang lelaki kurus terbaring di lantai, telanjang dada tanpa dibungkus sehelai baju
Terlelap dalam deru kenderaan yang lalu lalang,Â
anaknya seorang lelaki kecil yang belum tahu arti kehidupan keluar masuk  tanpa rencana dan maksud
Mungkin ia kebingungan menatap sang ayah yang terus tidur dengan tubuh kurus
Entah ia sudah makan siang dan tertidur?
Namun perutnya kempis rata di bawah dada
Lelaki itu begitu pulas tertidur?
Entahlah
Mungkin ia kelaparan
Tapi aku hanya melihat dari balik kaca mobil di sebelah jalan
Betapa cuweknya aku pada nasib kaum yang mungkin belum merasakan nikmatnya sajian makan siang hari ini
Mengapa aku sangat miskin akan kepedulian?
Mengapa aku hanya melihat dengan sebelah mata?
Mengapa aku seperti tak bisa merasakan sakitnya lapar seperti yang mungkin tengah melilit-lilit perut lelaki itu?
Mengapa aku menjadi manusia sombong dan membiarkan orang-orang miskin tertidur menahan lapar?
Dimanakah rasa dan cita kemanusiaan itu kusimpan? Hingga tak mampu menggerakan hati, menggerakan tangan mengulur sedikit rezeki yang diberikan Tuhan?
Sungguh telah mati kepedulian dan kemauanku membantu sesama manusia
Aku seharusnya turun, mendekati dan mengulurkan tangan
Tapi mungkin aku kehilangan kepedulian dan rasa kemanusiaan
Simpang Lima Banda Aceh, 10 Juni 2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI