Akhir-akhir ini, apalagi semasa merebaknya virus corona yang kita kemudian menyebutnya dengan Covid 19, semakin banyak hal yang muncul. Ada yang wajar atau  biasa saja, tidak penting-penting amat, tetapi dianggap sangat penting.Â
Malahan, ada hal yang penting, dianggap tidak penting. Anehnya lagi, ada berita yang benar dan akurat, dianggap hoax. Sebaliknya, berita-berita hoax malah sangat diyakini. Â
Gejala ini bukan karena menyebarnya virus corona (covid 19), karena penyakit ini  sudah lebih dahulu merebak.  Makanya, ketika virus corona ini multi merebak menjadi pandemi global, banyak orang yang menyebar hoax alias berita-berita bogong. Sampai-sampai pada hal-hal yang tidak sensitif pun menjadi sangat sensitif.Â
Celakanya, sangat banyak orang yang lebih percaya hoax, dengan menelan sajian informasi hoax terse but tampa tabayun.
Ya sudahlah. Kita bukan ingin bercerita tentang hoax, tapi tentang  seruan  atau himbauan, atau anjuran pemerintah kepada kita selama masa pandemi global ini masih mengancam umat manusia di permukaan bumi ini. Â
Di seluruh dunia orang-orang atau rakyat sebuah negara diperintahkan agar tetap di rumah saja atawa Stay at home, agar dengan cara ini, salah satunya cara untuk memutuskan rantai penyebaran virus corona di dunia.Â
Jadi, suka atau tidak suka, likes or dislikes, orang-orang atau kita memang harus berada di rumah saja atau stay at home. Kalau pun mau keluar rumah juga, hanya untuk hal-hal penting saja.Â
Itu pun harus menggunakan masker, tidak boleh bersentuhan yang sifatnya physical distancing, dan harus menghindari kerumanan atau keramaian. Hmm, jadi terbatas amat ya? Â
Tentu saja sangat terbatas. Padahal, bersalaman adalah kebiasaan kita yang sulit kita hindari. Jangankan bersalaman dengan sesama jenis, dengan yang berlainan jenis juga jadi engagn, bahkan tidak boleh. Apa boleh buat?
Stay at home adalah keharusan, walau tidak diberlakukan kebijakan PSBB, busan PSPB, apalagi jam malam dan lockdown. Kini, walaupun tidak semi orang patuh pada perintah atau anjuran stay at home atawa di rumah saja, secara umum, masyarakat kita dan bahkan dunia melakukan dan melaksanakan perintah stay at home.Â
Sehingga, selama masa pandemic cover 19 ini kita berada di rumah saja. Apalagi pemerintah juga judah memerintahkan para ASN tau PNS until work from home, bahasa kerennya, mengerjakan pekerjaan kantor di rumah.Â
Bukan hanya itu, sekolah-sekolah , semua lembaga pendidikan formal maupun nonformal ditutup dan proses belajarnya dipindahkan ke rumah masing-masing. Anak-anak atau para pelajar diminta untuk belajar di rumah. Asyik kan?
Harusnya memang asyik, alias menyenangkan. Ya, bayangkan sajalah. Biasanya kita pagi-pagi sekali, sudah keluar rumah untuk melakukan berbagai aktivitas masing-masing.Â
Ayah pergi berangkat kerja ke kantor, atau ke tempat kerja masing-masing. Guru berangkat ke sekolah, anak-anak juga harus belajar ke sekolah dan sebagainya, namun ketika harus stay home.Â
Ya, di rumah saja. Ternyata, beraad di rumah saja, tidak seperti yang kita bayangkan ketika kita lelah bekerja di kantor dan selalg ingin pulang. Mengapa demikian?
Eh, rupanya banyak sekali orang yang sudah merasa jenuh di rumah terus. Di kepala masing-masing muncul keinginan untuk bisa menikmati indahnya pantai, ingin ke kolam renang, ingin ngopi bareng, ingin ke mall dan sebagainya.Â
Muncullah kata-kata, ungkapan bosan ach, di rumah terus. Pokoknya rasa bosan tau genus kian menggumpal di kepala. Sementara aturan belum berubah. Kondisi ini saat ini dikatakan akan membahayakan diri kita, karena kita terjangkit lagi penyakit akibat stay at home yang panting itu.Â
Pasti para pembaca sudah membaca banyak cerita tentang cabin fever. Ya, secara repintas, bila belum faham arti atau mengetahui dengan tepat, akan meraba-raba pikiran. Karena cabin fever pasti sulit difahami.Â
Apalagi dengan kemampuan literasi yang rendah, karena kurang membaca, kurang mendengar, kurang belajar dan sebagainya, antena pendek, maka cabin fever bisa disalahartikan.
Bila kita merujuk dari sejumlah referensi yang menjelaskan tentang cabin fever, ada banyak penjelasan yang bisa kita dapatkan. Untuk pemahaman kita, maka cabin fever itu merupakan perasaan tau emosi sedih yanga dirasakan oleh seseorang karena terlalu lama terisolasi di suatu tempat tertentu atau di dalam rumah. Â
Saat ini, kala pandemi Covid 19 memaksa orang-orang berdiam diri atau tetap di rumah saja, berpotensi muncul di tangah masyarakat kita, terutama di kawasan-kawasan yang menerapkan PSBB dan lockdown dal am wake yang relatif lama.
Tak dapat dipungkiri bahwa  pemberlakukan larangan keluar rumah atau keharusan untuk di rumah jaja, telah menyebabkan orang-orang morass sancta jenny. Â
Perasaan jenuh yang berlama-lama di rumah, merasa terkurung  ini sebenarnya bisa diatasi dengan banyak cara. Cara yang paling situ, tentu dengan cara harus berperpergian ke luar rumah.Â
Namun, dalam kondisi stay home, tergantung seberapa ketatnya larangan tersebut, berpegian tentu tidak dibolehkan. Cara sederhana apabila tinggal di kawasan padat penduduk, rumah yang tidak ada pekarangan tau halaman, membuka jendela rumah agar bisa melihat keluar. Pokoknya lakukan aktivitas yang beragam dan menyenangkan.
Bagi yang memiliki rumah dennen pekarangan yang luas, kegiatan berkebun merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan dan menyehatkan serta produktif.Â
Ya, bila bisa menanam sejumlah tanaman, apakah bunga maupun sayuran seperti bayam, kangkung, cabe dan lainnya akan sangat membantu. Kegiatan itu memang begitu menyenangkan dan membuat kita asyik.Â
Tentu tidak harus memiliki lahan yang luas, karena sistema berkebun tanta lahan yang luas juga bisa. Misalnya dengan menggunakan pot dan polibag.Â
Juga bisa dengan sister hidroponik. Bila tidak punya pengetahuan dan pengalaman, kita bisa membaca buku tau search di internet. Mudah bukan?
Itulah yang penulis lakukan selama masa stay at home, work from home and study at home ini. Mulai hari pertama diperintahkan until stay at home, penulis mengolah tanah yang ada di pekarangan rum, di belakang rumah.Â
Membersihkan lahan tersebut, mencangkul dan membuat pematang dan menyemai bibit bayam, kangkung, cabe, terung, tomat dan lain-lain. Setiap pagi dan sore hari berada di belakang rumah mengeluarkan keringat, berjemur dan melihat hiaat tangman, membuat hati dan perasaan lega.Â
Yang lebih menyenangkan lagi, selama puasa tanaman-tanaman tersebut ada yang  bisa dipanen.  Jadi, ini adalah salah satu cara untuk mengisi waktu kala harus Stay at home. Mau coba?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI