Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nayla Belum Tartarik Menulis

28 Januari 2020   01:31 Diperbarui: 28 Januari 2020   01:46 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Sebagai orang tua, biasanya akan sangat bahagia bila anak atau buah hatinya memiliki prestasi di sekolah. Orang tua sangat bang bila anak-anak mereka berhasil meraih prestasi. Banyak  dari kalangan orang tua yang bang apa bila sang anak meraih angka nilai rapor tinggi. Misalnya, nilai semua mata pelajaran anaknya A semuanya. 

Apabila anaknya sedang kuliah di perguruan tinggi, maka IPK yang tinggi adalah hal yang sangat membanggakan. Begitu pula ketika lulus dengan status cum laude, maka kebahagiaan itu menjadi cerita yang tak terlupakan. Wajarlah kiranya orang tua berbangga, karena dengan capaient itu, orang tua tidak sia-sia menghabiskan biada demi masa depan anak. 

Namun, sebenarnya saat ini tidak sedikit pula orang tua yang tahu, apakah angka-angka yang dicapai putera-puteri mereka tersebut adalah angka murni, atau diperoleh dengan cara jujur? Apakah setiap orang tua memahami apa makna dari angka atau nilai A, B, C, dan D yang diraih putera-puteri mereka?

Tentu saja, banyak orang tua yang tidak tahu kalau di era sekarang, era digital, era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, segalanya bisa terjadi. Segalanya dibuat mudah, temasuk melakukan manipulasi nilai. Yang pantin orang tua senang dan mau mengirimkan uang belanja setiap bulan. Kita bisa lihat atau teliti di kalangan mahasiswa sekarang yang merupakan kelompok  generasi millenial. Generasi yang katana sangat lihai dalam bidang teknologi digital. 

Segalanya, bisa terhubung dengan alat komunikasi yang kita sebut telepon genggam tau handphone atau gadget. Para mahasiswa dengan mud menghubungi dosen untuk meminta nilai atau minta agar bisa lulus mata kuliah yang ia ikuti. Wajar saja kalau setamat kuilah, nilai-nilai tinggi yang merken peroleh tidak bisa dipertanggungjawabkan. 

Artinya, ketika diuji atau dites kemampuan dalam seleksi CPNS misalnya, mereka banyak yang gagal. Kita sering melihat ada lulusan Perguruan Tinggi yang nilai bahasa Inggrisnya A, namun saat dites kemampuan bahasa Inggrisnya, dia tidak layak dapat nilai A, tetapi E. Begitu pula bila dites kemampuan menulis, pasti akan kelabakan.

Nah, sebagai sala satu orang tua, penulis  layak bersyukur kepada Allah, karena kedua anak yang saat ini penulis miliki yakni Ananda Nayla, saat ini masih berusia belajar di kelas lima Madrasah Ibtidaiyah negeri (MIN) dan Aqila Azalea Tabrani Yunis berusia 8 tahun dan masih belajar di kelas SD itu, sudah lancar berbahasa Inggris.

Walau mereka berdua, belum pernah belajar bahasa Inggris di sekolah atau pun di kursus-kursus bahasa Inggris, kecuali di rumah. ya, untuk kemampuan berkomunikasi lisan secara aktif dalam bahasa Inggrs  sudah sangat memuaskan. Mereka sangat lancar berkomunikasi dalam bahasa Ingers. 

Ananda Nayla ya sudah cas cis cus berbahasa Inggris pernas mendapat nilai 30 untuk pelejaram bahasa Inggris, namun nilai itu tidak penting, karena yang paling penting ia bisa berbahasa Inggris dengan baik dan benar serta lancar.

Saat ini, Ananda Nayla terus mempertajamkan kemampuan berbahasa Inggrisnya. Ia sedan terus digembleng untuk lancar membaca bahasa Inggris. Sayangnya ia tergolong malas membaca. Ya, kalau kata bank orang, anak-anak semarang, miming malas membaca. Maka, sdr dengan kondis membaca anak yang rendag, penulis mencoba memotivasi Ananda Nayla membaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun