Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agar Anak-anak Tidak Melupakan Sejarah

6 Desember 2019   07:13 Diperbarui: 6 Desember 2019   10:16 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, masih sangat banyak tokoh pejuang Aceh yang belum diangkat dan diketahui oleh anak-anak. Idealnya semua tokoh pejuang atau pahlawan Aceh itu  diketahui atau dikenal anak. Namun, karena masih belum tergali dan terdata serta terpublikasikan dengan baik kepada anak, maka dikhawatirkan anak-anak Aceh, sudah tidak mengenal pahlawan-pahlawan atau pejuang Aceh.

Oleh sebab itu, selayaknya kita acung jempol dan berikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata Aceh yang sudah berinisiasi menerbitkan buku cerita anak tentang situs-situs sejarah Aceh yang ada di kota Banda Aceh. 

Inisiatif menerbitkan buku bacaan sejarah sepuluh situs dengan cara cerita anak ini menjadi langkah yang layak ditiru oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dikatakan demikian, karena ketika kegiatan FGD yang dilakukan oleh Dinas pariwisata Provinsi Aceh pada hari Kamis 28 November 2019 lalu itu bisa menjadi penawar atau obat galau terhadap anak-anak Aceh yang secara sistemik melupakan sejarah dan kekayaan sejarah di Aceh.

Kegiatan yang menghadirkan sejumlah guru SD dan MIN beserta  kepala SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) se kota Banda Aceh ini menjadi semakin penting, karena ke depan diharapkan agar semua peserta yang hadir dalam diskusi terfokus tersebut bisa membangun semangat dan jiwa anak untuk mencintai sejarah daerah, suku, dan bangsanya. 

Penglibatan para guru dan juga beberapa kelapa sekolah dalam FGD tersebut, selain untuk memotivasi para guru dan kepala sekolah untuk membangun kreativitas diri menuliskan cerita-cerita serupa yakni cerita anak dengan isi atau content sejarah, juga sekaligus mengajak para guru dan kepala sekolah untuk mengajak anak-anak terlibat menuliskan cerita anak menurut versi anak-anak.

Caranya bisa dilakukan dengan melakukan karya wisata ke salah satu situs bersejarah, lalu setelah kunjungan tersebut mereka menuliskan pengalaman atau juga menceritakan secara tertulis tentang informasi atau pengetahuan apa saja yang mereka dapat dalam bentuk cerita.

Dengan demikian, anak akan mendapat pengalaman langsung, ketrampilan menulis dan sekaligus menjadi penyambung tali pengetahuan sejarah pada generasi mereka. Ini adalah salah satu cara agar anak-anak tidak lupa sejarah. Ingat pesan Soekarno, akan ungkapan Jasmerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun