Pertanyaannya adalah apakah setiap peserta didik di tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi saat ini sudah memiliki kemampuan berbahasa Inggris?  Tampaknya, kemampuan bahasa Inggris masih  menjadi PR berat, karena kemampuan ini  bahasa Inggris generasi milenial masih bermasalah.Â
Sumber masalahnya adalah sekolah-sekolah bahkan perguruan tingga masih belum sukses menyiapkan kemampuan berbahasa Inggris para peserta didik, karena banyak faktor yang menyebabkannnya.
Idealnya, di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, era digital yang semakin canggih ini, para peserta didik kita, baik siswa maupun mahasiswa, harus sudah memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara baik dan lancar. Â
Namun, realitasnya jauh berbeda. bayangkan saja, seorang sarjana S1, sudah belajar bahasa Inggris lebih kurang 10 tahun. Sayangnya, kapasitas berbahasa Inggris tersebut tidak diimilik oleh lulusan pendidikan kita.Â
Artinya, sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan kita masih gagal menyiapkan generasi seperti yang mampu berbahasa Inggris. Oleh sebab itu, adalah sebuah perilaku dan tindakan keliru bila berharap sekolah atau Universitas mampu mengajarkan peserta didik bisa berbahasa Inggris.
Padahal, bahasa Inggris itu bisa dikuasai oleh anak tanpa harus belajar di sekolah. Ada baiknya kita mengambil contoh pada video di atas. Bila kita ikut dan simak, bisa jadi kita akan berkata bahwa kedua anak tersebut, Ananda Nayla dan Aqila Azalea Tabrani Yunis yang sedang bermain dengan mainan kreatif di Toko POTRET Gallery yang berada di jalan Prof. Ali Hasyimi, Pango Raya, Banda Aceh tersebut adalah dua anak yang pernah tinggal di luar negeri, dan belajar bahasa Inggris di luar negeri.Â
Mereka tidak lahir di luar negeri dan tidak dibesarkan di luar negeri, kecuali jalan-jalan selama 3 haru di Malaysia dan Kuala Lumpur. Bukan hanya itu, mereka juga belum belajar bahasa Inggris di sekolah sebagaimana layaknya kita belajar bahasa Inggrus selama ini. Lalu, bagaimana mereka bisa berbahasa Inggris dengan lancar?
Ternyata belajar bahasa Inggris bisa dilakukan sendiri oleh orang tua di rumah. Kedua anak tersebut, mampu berbahasa Inggris, karena sejak kecil dilatih berbahasa Inggris oleh orang tua mereka. paling tidak, tiga kemampuan berbahasa yang sudah mereka miliki, yakni  listening, speaking dan reading sudah cukup lancar.Â
Artinya, bila melihat dan mengamati konsep untuk membawa generasi muda mampu menghadapi tantangan revolusi Industri 4.0, kedua anak ini kini sedang dalam masa persiapan menghadapi situasi di era revolusi industri 4.0 Â yang sudah berada di ujung hidung. Semoga mereka akan mampu menghadapi tantangan masa depan. Amin.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H