Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Andalah yang Menenggelamkan Lagu-Lagu Daerah

29 Agustus 2019   01:24 Diperbarui: 29 Agustus 2019   01:39 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Ada banyak lagu daerah, khususnya lagu daerah Aceh yang di masa kecil sering kunyanyikan.  Walau sebenarnya, aku bukanlah seorang penyanyi. Namun, tidak ada salahnya aku menyanyikan lagu-lagu tersebut. Apalagi menyanyi bukanlah miliknya penyanyi, menyanyi bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak peduli apakah suaratnya pas atau fals.

Ya, pokoknya siapa saja tidak dilarang untuk bernyanyi, bahkan banyak yang diajak bernyanyi, kapan saja dan dimana saja. Kecuali di rumah ibadah dan tempat-tempat tertentu.

Jadi, nyanyi dan menyanyi itu  sudah menjadi milik semua orang. Apalagi, tidak ada larangan untuk menyanyikan lagu-lagu yang telah digubah oleh pencipta lagu, juga oleh penyanyi yang sudah mempopularkan lagu atau nyanyian tersebut.

Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Aceh, aku pernah hafal beberapa judul lagu tersebut yang sempat mengharumkan nama negeri Iskandar Muda tersebut. Aku hingga kini masih bisa menyanyikan  lagu Bungong Jeumpa,  lagu Bungong Seulanga,  lagu Tanoh lon sayang dan lain-lain. Walau tidak semua lyrik lagu bisa dihafal.

Tentu bukan hanya aku yang suka dan bisa menyanyikan lagu-lagu daerah Aceh tersebut, orang lain di dalam keluargaku dan masyarakat Aceh, terutama dari kalangan tua, kalangan yang lahir dari generasi sebelum generasi milenial dan generasi Z sangat bangga dengan lagu-lagu daerah tersebut.

Kondisi ini bisa kita lihat tatkala ada acara-acara yang menampilkan kegiatan musik, baik di pesta-pesta, di panggung hiburan dan lainnya, sering orang melantunkan lagu-lagu Aceh yang khas tersebut. Jadi, wajar saja kalau kala itu banyak orang Aceh yang merasa bangga dan suka melantunkan lagu-lagu tersebut.

Namun, kini sejalan dengan perkembangan zaman,  pesatnya kemajuan industri musik pop, dangdut, musik barat, bahkan musik dan lagu Korea yang kita kenal dengan K-Pop itu, membuat lagu-lagu daerah tersebut secara perlahan tergusur dengan berubahnya selera masyarakat terhadap musik dan lagu daerah. Ya, nasib lagu-lagu daerah mengalami pasang surut.

Lagu-lagu daerah bahkan dilupakan dan diganti dengan lagu-lagu yang lebih global dengan bahasa global pula. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lagu daerah kini tenggelam ditelan zaman.

Dikatakan demikian, karena apabila kita amati  di tengah masyarakat kita saat ini, kalau pun ada yang menyanyikan lagu-lagu daerah seperti lagu Bungong Jeumpa atau lagu bungong Seulanga, umumnya adalah daru kalangan generasi tua.

Sementara generasi milenial, mereka lebih suka dengan lagu-lagu yang tengah top, seperti lagu-lagu Barat, baik roch maupun pop,  lagu-lagu Indonesia Pop  dan bahkan dangdut Indonesia yang semakin mudah diakses dan dinikmati lewat gawai di tangan.

Semakin mudahnya akses terhadap musik pop, dangdut, K-Pop, rock Barat dan lainnya, semakin membuat selera akan lagu daerah berkurang dan bahkan tenggelam. Mengapa demikian?

Salah satu jawabannya adalah setiap generasi punya selera dan gaya lagu masing-masing. Selera generasi tua adalah lagu-lagu lama, seperti halnya lagu-lagu daerah yang pada zaman mereka sangat popular.

Sementara  di era sekarang, selera generasi milenial, sejalan dengan  genre masa kini. Tidak bisa kita paksakan agar mereka mencintai lagu-lagu daerah, karena menyanyikan dan mendengar lagu adalah hal yang sangat pribadi. Apalagi, dalam budaya masyarakat kita, berlaku hukum, rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri.

Oleh sebab itu, kalau ada niat dan kemauan untuk melestarikan lagu-lagu daerah yang sudah kuno dan yang lagi ngetop, seharusnya lagu-lagu tersebut harus sering diperdengarkan di radio-radio, serta menjadi lagu yang wajib dinyanyikan bersama di sekolah-sekolah.

Dengan seringnya diperdengarkan, maka akan membuat masyarakat tidak lupa dan begitu  pula bagi generasi milenial. paling kurang, mereka akan mengenal lagu-lagu daerah dan bila mungkin bisa dengan mengadakan lomba menyanyikan lagu-lagu daerah.

Bila ini dilakukan, paling kurang, generasi milenial bisa mengetahui akan kekayaan daerah di seni ini.  Ya, jangan biarkan lagu-lagu daerah tenggelam ditelan zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun