Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sumber Belajar Kaum Milenial yang Melimpah

10 Juli 2019   21:48 Diperbarui: 10 Juli 2019   22:58 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di ruang kuliah, sekitar 20 an mahasiswa tengah mengikuti kuliah. Sang dosen, walau dari generasi baby boomers, lihai memanfaatkan teknologi mutakhir dalam mengajar. Itu karena sang dosen sadar bahwa untuk menjadi dosen atau guru di era digital, para guru atau dosen harus mampu bertransformasi dan beradaptasi dengan kemajuan zaman. Ini memang perlu, agar dosen atau guru bisa dan mahir memahami selera peserta didik yang merupakan generasi milenial yang katanya sangat lihat menggunakan teknologi.

Ya, menguasai teknologi informasi dan komunikasi dengan sangat cepat. Sehingga salah satu kehebatan generasi milenial adalah kemahiran menggunakan teknologi digital. Walau tidak semua, namun sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi ini, hampir tidak ada yang tidak menggunakan gadgets. Orang miskin dan bahkan pengemis saja sekarang punya gadgets. Mengapa demikian?

Jawabannya, karena ini adalah era mereka, milik mereka generasi milenial. Namun, demikian tidak salah bila kita, sebagai generasi yang lebih dahulu lahir dan mengecap asam dan asinnya kehidupan dan punya pengalaman belajar pada masa di luar era digital, perlu mengamati dan menilai apakah dengan tersedianya gadgets yang memudahkan segalanya tersebut, telah membuat kaum milenial menjadi mudah belajar dengan memanfaatkan segala kemudahan dari penggunaa gadgets tersebut? Apakah dengan tersedianya gadgets yang begitu canggih tersebut, kaum meienial sudah menggunakan gadgets sebagai alat yang memudahkan mereka belajar? Apakah dengan canggihnya gadgets yang mereka gunakan tersebut sudah digunakan sebagai sumber belajar yang juga begitu dahsyat?

Idealnya, dengan tersedianya gadgets atau smartphone yang memudahkan akses informasi, pengetahuan dan sumber bacaan yang sekaligus menjadi sumber belajar, kaum milenial bisa memanfaatkan gadgets atau smartphones sebagai media atau alat mengakses semua sumber belajar, pengetahuan, informasi , bahkan ketrampilan lewat gadgets dan smartphones yang mereka miliki. Ya, idealnya mereka semakin mudah menyerap semua itu, kaya dengan pengetahuan, ketrampilan dan karakter yang lebih maju dan pesat.

Namun, melihat realitas yang ada di tengah kehidupan Generasi milenial selama ini, banyak fakta yang memperlihatkan kita bahwa mereka tidak memanfaatkan dengan baik media atau alat komunikasi yang mereka  miliki untuk mengkases segala sumber belajar tersebut.

Pendeknya, mereka tidak menggunakan sumbet belajar  aecara efektif dan hebat. Karena kehebatan mereka juga ikut diganggu oleh hal-hal yang orientasinya pada yang bersifat hiburan atau entertainment semata.  Mereka hebat dengan penggunaan media sosial, hebat dalam bermain game online. Tetapi lupa bahwa sesungguhnya gadgets dan smartphones yang mereka pakai adalah alat yang kaya dengan sumber belajar ( learning resources).

Kebanyakan dari mereka menjadi korban atau objek dari teknologi digital. Mereka menjadi objek pasar gadgets, penikmat game online yang serba entertaining sifatnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa generasi milenial itu adalah generasi game online. Generasi manja dan memiliki daya juang yang rendah.

Bukan hanya itu, generasi milenial adalah generasi yang memiliki daya juang rendah yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk bisa bertahan hidup dalam kondisi sulit, karena selama ini mereka hidup dalam segala kemapanan. Sudah biasa hidup manja, tidak suka repot, cepat bosan dan lain-lain. Mereka lahir dalam suasana serba mudah dan serba cepat.

Sayangnya  lagi, kebanyakan dari Generasi milenial ini  banyak yang memiliki budaya belajar yang minim. Malas membaca, malas mencatat dan malas  berfikir yang berat-berat. Walau sebenarnya bisa dikatakan bahwa saat ini semua mahasiswa itu memiliki gadgets yang bukan hanya sebagai alat untuk menelpon  atau berkomunikasi dengan pihak lain.

Apa yang terjadi dengan sebagian besar mahasiswa kita saat ini dalam kaitannya dengan kepemilikan gadgets yang begitu merata dan canggih tersebut?  hanya sedikit yang menggunakannya untuk kepentingan belajar, kepentingan mendukung lancarnya proses memperoleh ilmu dan ketrampilan serta karakter yang membangun?

Ada baiknya kita mencoba melihat, mengamati fenomena, bahkan realitas yang ada di tengah Generasi milenial yang sedang belajar di berbagai jenjang pendidikan kita saat ini. Kita bisa amati di rumah, di sekolah dan juga di masyarakat, pada umumnya mereka lalai dan lupa bahwa tantangan masa depan akan begitu berat, disrupsi di satu sisi menjadi kesempatan yang menyediakan banyak peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun