Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi (ICT), telah membuat perubahan begitu cepat dalam semua aspek kehidupan. ICT memudahkan segala hal. Bahkan, meminjam istilah Thomas L. Friedman dalam bukunya "Hot, Flat and Crowded" telah membuat bumi yang bulat menjadi datar atau flat.Â
Ya, katanya, bumi menjadi rata karena kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi yang memungkinkan siapa pun, di mana pun dapat saling berhubungan dan saling bersaing dalam segala hal dengan mudah, sehingga seolah-olah bumi seperti di atas sebuah pinggan yang datar.Â
Nah, merujuk pada apa yang dikatakan Thomas L Friedman, mengingatkan kita pada Alvin Toffler, seorang penulis dan futurolog Amerika yang dikenal banyak menulis tentang revolusi digital, revolusi komunikasi, dan singularitas teknologi ( Wikipedia). Salah satu bukunya yang best seller kita kenal dengan buku The Future shock.Â
Paling tidak, dengan membaca buku-buku kedua penulis ternama tersebut, kita sudah disuguhkan dengan kejutan masa depan dengan berbagai produk teknologi digital yang secara cepat mengubah peradaban manusia. Perubahan peradaban yang juga mengubah gaya hidup yang begitu pesat dalam semua aspek. Perubahan-perubahan besar yang juga disebut dengan gelombang perubahan.
 Selain itu, kita pasti masih ingat akan hasil olah pikir Alvin Toffler dengan bukunya The Third Wave. Ya,  salah satu gelombang perubahan yang ikut mengubah paradigma kehidupan masyarakat dunia yang kita kenal dengan arus globalisasi. Globalisasi yang juga membuat pemahaman akan bumi seakan menjadi datar tersebut.Â
Ketika bumi menjadi seperti datar, maka segala hal menjadi sangat mudah dan instant. Segala kemudahan kemudian didapat dan semua orang inginkan segala hal bisa dilakukan dan dinikmati dengan mudah. Kemudahan itu, kemudian menyebabkan terjadinya  transformasi dan bahkan disrupsi, seperti yang kini tengah kita rasakan. Sektor yang ikut harus bertransformasi dan beradaptasi adalah sector perbankan.Â
Bank di Era DigitalÂ
Nah, Perbankan sebagai bagian dari perubahan peradaban dan gaya hidup masyarakat dunia, harus ikut perkembangan zaman. Ikut bertrasnformasi dan beradaptasi dengan segala bentuk kemajuan ICT. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang hadir untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang keuangan dan pembiayaan,  tidak boleh tidak, harus mengikuti arus  perubahan tersebut, termasuk apa yang sedang dan akan terjadi, yakni disrupsi.Â
Bank- bank konvenisonal dan bahkan perbankan syariah, tidak bisa berdiam diri dan menunggu datangnya nasabah ke bank-bank. Ya, bank -- bank masa kini, tidak bisa lagi seperti dahulu.
Kita pasti masih ingat bahwa dahulunya Bank-bank yang  dioperasikan secara manual dan banyak menggunakan tenaga manusia, sementara kini dengan sangat pesat berubah memanfaatkan kekuatan teknologi, terutama teknologi digital dan mengurangi tenaga manusia, di tengah perubahan perilaku masyarakat terhadap perbankan.Â
Realitas kekinian, banyak peran yang dahulu dikerjakan oleh manusia, kini bisa dikerjakan dengan mesin yang dilengkapi dengan teknologi digital yang mendorong percepatan proses disrupsi.Â
Oleh sebab itu, kemajuan teknologi digital dalam perbankan, telah mendorong setiap bank untuk beradaptasi dan  bertransformasi dan bahkan mengadopsi teknologi  komunikasi dan informasi sebagai alat yang kompetitif dalam dunia perbankan. Â
Bukan hanya system perbankan yang berdaptasi, tetapi juga secara sinergis denganpara bank owner dan pelaku Bank untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang sedang berkembang.Â
Penggunaan teknologi digital secara masif dan intensif, sangat diperlukan agar setiap bank mampu bersaing merebut hati konsumen. Ada paling tidak dua kondisi kekinian yang dibaca oleh pihak perbankan. Pertama, Pihak bank  sangat sadar bahwa ini adalah era digital. Kedua, ini adalah decade kamu milenial. Dengan dua kondisi ini, pihak bank berhadapan dengan banyak tantangan.Â
Tantangan pertama bahwa semua perbankan harus menggunakan system digital dalam melayani masyarakat konsumen. Bank yang tidak melakukan transformasi dan daptasi terhadap perubahan teknologi, akan mati. Kedua, dalam decade  masyarakat milenial, perubahan perilaku konsumen semakin kompleksitas.Â
Antonius Hari, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi tantangan perbankan menuju digital banking. Kita ambil dua hal saja.Â
Pertama, perubahan pola konsumsi dan keinginan masyarakat yang menginginkan sesuatu yang mudah cepat. Jadi ada perubahan pola perilaku masyarakat dalam memanfaatkan layanan dari lembaga jasa keuangan (LJK). Kedua, menjamurnya teknologi finansial ( fintech) baik untuk pembayaran maupun pendanaan atau peer-to-peer (P2P) lending. Â Yang mana nilai transaksinya dari tahun 2016 ke tahun 2017 saja sudah meningkat 24,6 persen atau dari Rp 15,6 miliar menjadi Rp 18,6 miliar. ( Kompas.com, 21 Oktober 2018).Â
Ya, tak dapat disangkal bahwa masyarakat generasi milenial selalu saja ingin mendapatkan pelayan bank yang mudah, cepat dan murah. Jadi industry perbankan dii era yang menjadi milik generasi milenial, generasi Y, Z dan bahkan ke depannya lagi generasi A, harus bisa membaca dengan cerdas selera para milenial saat ini dank e depan. Karena kaum milenial memiliki karakter yang  sangat berbeda dengan generasi X dan generasi baby boomers.Â
Dalam hal ini, Bank Central Asia (BCA) Â sebagai salah satu lembaga keuangan atau bank yang memberikan pelayanan terhadap kaum milenial, sebagaimana kita ketahui selama ini dengan sangat peka,cerdas dan cepat tanggap dalam membaca selera konsumen generasi milenial tersebut.Â
Bayangkan saja, begitu banyak kemudahan yang saat ini diberikan kepada konsumen atau para nasabah bank atau calon nasabah. Salah satu dari sekian banyak kemudahan yang menggunakan aplikasi digital saat ini adalah kemudahan untuk membuka rekening baru lewat online yang bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja, tanpa harus jauh-jauh atau berlama-lama duduk di depan Customer service (CS), atau harus antrean untuk membuka rekening di bank BCA.Â
Kita bisa bayangkan bagaimana proses pembukaan rekening bank selama ini, atau sebelumnya. Membuka tabungan atau rekening dengan cara yang sangat manual. Kini, dengan aplikasi BCA Mobile, kita bisa membuka rekening dari kamar tidur, atau bahkan dari kamar mandi. Begitu mudah bukan?Â
Jelas ini sangat mudah dan bahkan murah serta sesuai dengan selera konsumen atau nasabah generasi milenial yang berperilaku tidak suka dengan hal jelimet, repot dan bertele-tele. Penyediakan aplikasi atau fasilitas layanan yang serba online tersebut hanya bisa dilakukan oleh pihak perbankan yang tahu akan selera para nasabah milenial.Â
Dalam hal ini, Bank BCA sebagai salah satu bank terbesar di negeri, kini berhasil membaca dengan cerdas selera kaum milenial dengan memberikan pelayanan yang memudahkan banyak hal. Pelayanan seperti ini hanya diberikan oleh bank BCA yang cerdas membaca selera nasabah di era milenial dan era digital.Â
Dengan kata lain, hanya bank yang berkualitas dan cerdas yang siap melayani nasabah milenial. Bank BCA adalah bank yang mengerti selera dan kebutuhan kaum milenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H