Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Kita Jadi Arang

19 Mei 2019   06:44 Diperbarui: 19 Mei 2019   06:48 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Rumah kita  kian indah dan megah, 

Kian mewah  berbalut segala ornamen  nan menawan.

Tiap sudut  rumah bercahaya yang terang benderang dan gemerlap terlihat mewah

itu  adalah rumah kita, rumah idaman di segala zaman

Rumah kita, rumah yang semakin menawarkan suasana nyaman

menebarkan mimpi indah yang serba wah

Lampu-lampu hias berkelap kelip di sepanjang halaman dan pekarangan

Tersambung jalan luas membentang  dan jembatan layang yang menghubungkan segala arah

Membuat kita semakin melambung -lambung dalam hidup yang seakan tak akan pernah kehilangan

Rumah kita, rumah nan sangat besar dengan pekarangan yang maha luas

Dihiasi kebun-kebun sawit yang berjuta hektar membentang

Dikeliling sawah, ladang dan hutan yang  masih perawan

Di bawah rumah ini  tersimpan  gumpalan-gumpalan  emas, batubara dan gas

rumah kita, bukan saja indah, megah, mewah dan nyaman

juga dibangun jalan mulus dan luas. 

Agar segala kebutuhan hidup bisa lancar dan aman

dikeliling laut dan lautan bebas

Ini rumah kita yang tengah kita bangun dengan biaya mahal luar biasa

menguras  segala sumber daya yang kita punya untuk memastikan segala kebutuhan hidup tetap tersedia

Kita tengan membangunnya dengan keringat mengalir menganak sungai hingga ke muara

Bahkan keringat darah tumpah mengalir deras dari badan tanpa terasa

Rumah kita yang tengah dibangun dengan megah

tak akan cukup tenaga dan kekayaan yang kita kuras

karena kita terus mengejar gaya hidup yang serba mewah

Kita memang tengah membangun  rumah dengan kerja keras

tak peduli bila kemampuan sendiri semakin lemah

utang-utang ke sana ke sini pada tetangga kian tak lunas

kita bangga dengan rumah yang serba mewah

Rumah kita nan megah  yang maha luas

Kita bangun dengan susah payah

karena sumber ekonomi semakin terkuras

dan rumah kita yang  kita bangun dengan air mata darah

Seperti burung yang di tangan terbang  lepas

juga hangus menjadi arang karena  kalah

kita hanya akan bisa hidup memelas

Kala rumah kita tekah menjadi arang, nasib  kita kian sulit untuk diubah

Rumah dan tanah akan kita lepas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun