Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bantuan Sepeda Itu Membahagiakan Mereka

11 April 2019   12:52 Diperbarui: 11 April 2019   13:28 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Tabrani Yunis

Wah, anda sudah mengambil programnya Jokowi, canda seorang kawan ketika  saat mengantarkan bantuan sepeda ke Panga, Aceh Jaya beberapa waktu lalu. Aku hanya tersenyum dengan pernyataan tersebut. Namun, agar tidak menjadi kesan seperti itu, aku pun merespon dengan kata-kata yang tidak menyinggung peransaannya. Ya, Pak Jokowi punya sepeda sendiri dan punya cara sendiri untuk berbagi sepeda. Beda dengan apa yang kami lakukam , ya kan? Tanyaku. Ia pun berkata ya, tapi kan sama-sama membagi sepeda. Ya, sudahlah. Tidak perlu diperdebatkan. 

Karena kegiatan ini memang bukan program Pak Jokowi, Presiden kita. Tetapi ini adalah program yang aku rancang dan laksanakan lewat lembaga Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, sebuah NGO Lokal di Aceh yang berdiri pada tahun 1993 yang lalu. 

Program bantuan sepeda dan kursi roda yang dirancang ini merupakan program sosial murni, untuk membantu anak-anak yatim, piatu yang miskin, anak miskin dan disabilitas di Aceh, agar mereka bisa  mudah mengakses sekolah, karena faktor jarak tempuh dan ketiadaan kenderaan di rumah serta tidak adanya kenderaan umum. Kondisi yang membuat mereka sulit untuk mengakses sekolah dan terpaksa berjalan kaki berkilo-kilo meter, berhadapan dengan risiko di jalan yang lengang atau sepi.

Alhamdulilah, sejak program ini pertama sekali diluncurkan pada tahun 2012 yang kala itu dihadiri oleh Illiza Saadudin Djamal, yang kala itu menjabat sebagai Walikota Banda Aceh, program ini sudah membagikan sebanyak 250 sepeda dan  5 kursi roda dan satu tongkat di beberapa kabupaten di Aceh. Mulai dari Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan dan Subulussalam. 

Dengan jumlah tersebut, target program ini yang sesuai dengan judul program 1000 sepeda dan kursi roda, masih belum mencapai target. ya, itu namanya target dan mimpi. Tidak harus dicapai 100 persen, apalagi kemampuan yang terbatas. Namun, setiap anak yang menerima bantuan sepeda ini, sudah memperlihatkan rasa dan wajah gembira ketika mendapat bantuan sepeda dan kursi roda. 

Mereka merasa bahagia, karena mendapat bantuan sepeda yang kualitasnya berbeda dari kebanyakan sepeda yang ada di kampung mereka, dan yang lebih membahagiakan adalah mereka sudah bisa bersekolah tepat waktu, lebih cepat dan lebih mudah, tanpa harus mengeluarkan biaya untuk transportasi ke sekolah.

Program 1000 sepeda ini, merupakan program yang dilakukan  untuk menggantikan program " Beasiswa Sahabat Anak Yatim" yang digagas pasca bencana tsunami. Kala itu, aku banyak mendapat bantuan dari sahabat-sahabat yang bersimpati terhadap diriku yang ketika bencana tsunami kehilangan semua yang aku miliki dan tinggal sendiri, teman-temanku banyak yang mengirimkan uang untuk membantuku. 

Lalu, karena jumlahnya sudah mencapai angka sekitar 100 juta, aku meminta persetujuan kepada mereka untuk menggunakan uang tersebut sebagai bantuan kepada anak-anak yatim, piatu dan miskin yang ditimpa musibah. Alhamdulilah, kala itu program beasiswa tersebut bisa mencapai sebanyak 51 anak. kepada 51 anak ini ditransfer uang sebesar Rp 150.000 setiap bulan ke rekening anak. Kemudian, setelah CCDE saat itu mendapat kerja sama dengan TDH German, program ini kemudian selama 3 tahun berjalan dengan mendapat bantuan dari TdH German yang memberikan beasiswa untuk 130 anak SD dan SMP di tiga sekolah di Aceh Besar.

Usai program dengan TDH tersebut, program beasiswa pun terhenti. Namun, niat untuk membantu anak-anak yatim, piatu dan anak miskin di Aceh belum pupus. Oleh sebab itu, setelah mengevaluasi program beasiswa tersebut dimana salah satu temuan adalah banyak anak yang tidak menggunakan bantaun tersebut untuk keperluan sekolah, tetapi untuk hal-hal yang konsumtif, seperti membeli HP (telepon genggam) atau digunakan untuk keprluan lain selain sekolah, maka niat membantu tetap dilakukan, tetapi dengan mengubaj strategi. 

Saat itu, strategi yang diambil adalah membantu anak-anak di desa yang kesulitan transportasi ke sekolah dengan memberikan bantuan berupa sepeda. Untuk memulai program ini, CCDE dan majalah POTRET membeli sebanyak 40 sepeda dengan memilih merek  yang bagus, yakni WIM Cycle.  Alasan memilih merek ini karena secara kualitas bagus, agar anak-anak bisa menggunakannya dalam waktu lama.

Alhamdulilah, aku mendapat kemudahan dalam memperoleh pengadaan sepeda, karena toko Serikat di Banda Aceh ini, memberikan harga yang miring, sebagai bentuk dukungannya terhadap program ini. Bukan hanya kemudahan dalam bentuk pengurangan harga, tetapi juga ada fasilitas lain, termasuk pengantaran ke kantor majalah POTRET. Apa yang aku dapatkan, aku merasa mendapat kepercayaan yang sangat berharga. 

Selanjutnya program ini mendapat dukungan dari para donatur yang ingin ikut menyumbang, baik di tingkat lokal di Aceh, maupun di luar Aceh. Bahkan ada seorang asing, yang menjadi teman paling setia. Aku mengenalnya pada hari ketiga tsunami Aceh. Saat itu, aku datang ke Forum LSM Aceh di Lambhuk, kota Banda Aceh. Aku melihat dua orang asing dan aku berkenalan. 

Salah satunya yang hingga kini masih ikut membantu program ini adalah Lars Tofft Rasmussen. Ia menjadi sahabat yang selalu saya salaing bersilaturahmi dan secara terus menerus membantuku hingga membantu program 1000 sepeda ini. ia sering mengirimkan uang untuk membeli sepeda. Tentu saja bukan hanya beliau, banyak pihak yang sudah membantu anak-anak yatim, piatu, anak miskin dan disabilitas yang beisa bersekolah dengan cepat, mudah dan aman. ya, mereka kini bisa tersenyum dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua donatur yang telah ikut membantu.

Sayangnya, kini sangat banyak yang sedang menunggu banuan sepeda ini. Namun, stock yang ada saat ini dalam keadaan kosong. semoga dalam waktu dekat akan ada rezeki dan kita bisa membantu mereka lagi. Semoga saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun