Aku tengah diguncang gelombang galau
Gelisahku tumpahÂ
Resah menghentak-hentak mendesak nyali
Kala amarah  massa  panas membakar matahati
Biji -biji benci bersemi di sanubari
Menyemburkan kata kata suci yang keji
Kebenaran diputar, dipelintir
Yang benar, tak lagi bisa dipanuti
Yang salah dipuji-puji
Semua merasa benar sendiri
Ada yang berkata ini adalah demokrasiÂ
Namun wajah dan wujudnya democrazy
Aku semakin merasa mual dan hampir saja muntah, menyelia semua kebohongan yang tengah mereka agungkan
Terkadang terdorong dan seperti dipaksa menerima arti kegalauan, keresahan yang tumpah dalam sumpah serapah orang-iranh yang sedang memekikkan pilihan mereka
Aku kian rebah dalam resah
Kala Suara-suara pekik membelah kumpulan massa mengelu-elu sang idola
Seakan esok hanya milik mereka
Aku terus diterkam kegalauanÂ
Gelisah menerawang menatap asa tak berjiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H