Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis di Awan

1 April 2019   06:56 Diperbarui: 1 April 2019   07:09 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis 

You know baby? I wrote in the sky. Kataku pada anakku Ananda Nayla dan Aqila Azalea pagi itu, setelah aku posting sebuah puisi berjudul " Bulan Di Balik Sayap" di Kompasiana. Sontak,  dengan serentak mereka menjawab dan bertanya, Really? How could you do it?  Yes, I could do it anytime, jawabku. 

Mereka pun semakin penasaran dan terus bertanya, bahkan berkata, it is impossible, Dad. Mendengar ungkapan Nayla dan Aqila yang berkata, It is impossible, aku pun menyakinkan mereka, bahwa there is nothing impossible. Artinya, segalanya mungkin. Aku mengerti mengapa mereka mengatakan tidak mungkin. 

Ya, karena mereka belum bisa menfasirkan maksud dari ungkapan yang aku berikan kepada mereka. Maklumlah, mereka masih kecil dengan latar belakang pendidikan masing-masing baru kelas IV dan kelas I SD. Jadi mereka masih berfikir lurus --lurus saja. Bisa jadi, mereka membayangkan kalau aku menggunakan pulpen atau pensil dan menuliskan sesuatu di awan atau di langit. 

Ya, biasalah anak-anak. Maka, aku punya kewajiban untuk menjelaskan tentang ucapanku " I wrote in the sky" itu. Tentu penjelasannya harus logis, agar mereka tidak salah dalam memahami ungkapan itu. Oleh sebab itu, aku pun kemudian menjelaskan kepada mereka apa yang aku maksudkan dengan ungkapan itu. Okay baby, let me tell you about what and how I wrote on the sky, kataku pada kedua anakku tersebut. 

Aku pun menjelaskan bahwa, aku tidak menulis di awan dengan menggunakan alat tulis seperti pulpen dan selembar kertas. Aku menjelaskan kepada mereka dengan kebiasaanku. Ya, kebiasanku menulis selama ini. Aku mengatakan kepada mereka, bahwa  sebenarnya kegiatan menulis itu adalah kegiatan yang sangat mudah dan murah. 

Bisa dilakukan tanpa banyak syarat yang memberatkan. Lihatlah puisi ini. Puisi yang ditulis ketika sedang berada di awan atau di langit biru di dalam pesawat yang sedaang membawaku bersama lebih dari seratus penumpang lain yang sedang menuju destinasi yang sama, yakni kota Banda Aceh.

Jadi, I wrote in the sky means that when I was in the plane from Jakarta to Banda Aceh, I did writing in the plane.  Pejelasanku kepada mereka. Mereka pun faham dan mengatakan bahwa mereka juga ingin bisa menulis kelak. 

Tujuanku, sebenarnya bukan sekadar ingin mengatakan bahwa aku menulis di awan dan ingin menjelaskan makna menulis di awan, tetapi ingin memberikan motivasi kepada mereka bahwa kegiatan menulis itu menarik dan mudah dilakukan. Syukurlah, akhirnya mereka mengerti dan mengatakan ingin menulis seperti ayah. 

Oleh sebab itu,  kala itu pula, aku bisa menjelaskan bahwa aktivitas menulis itu sesungguhnya mudah dan bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja dan bisa tentang apa saja yang kita suka dengan cara kita sendiri, tanpa harus terikat dengan aturan-aturan yang macam-macam. 

Asal kita mau, semua bisa ditulis. Yang penting ada alat untuk menulis seperti pulpen dan kertas. Kalau sudah ada ide atau gagasan yang ingin ditulis, tinggal ambilkan pena dan kertas, lalu mulailah menulis. Mudah bukan? 

Memang benar, bukan? Ya, tentu saja  benar dan sangat mudah. Apalagi di era sekarang yang semua sudah tersedia, segalanya menjadi mudah dabn bahkan murah. 

Ketika dulu kita ingin menulis dana harus mengetik di mesin ketik dan computer, kita sering harus bersusah  payah mencari alat untuk mengetik serta kalau ingin tulisan tersebut dimuat di media massa, kita harus mengirmkan lewat jasa Pos. Sekarang? Seiring dengan semakin majunya teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, alat menulis tersebut tidak hanya pulpen dan kertas maupun pensil atau computer maupun laptop. 

Semua itu sudah bisa digantikan oleh hanya satu alat yang selalu kita bawa ke mana saja dan bisa digunakan di mana saja, yakni sebuah handphone,  tablet dan Ipad, apakah itu menggunakan system android, maupun IOS. Penggunaaan teknologi ini memudahkan segalanya. 

Aku punya banyak teman yang menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah tradisi atau kebiasaan yang kegiatan menulis tersebut dilakukan di mana saja, kapan saja dan hanya menggunakan sebuah handphone. Aku sebutkan saja dua contoh orangnya. Pertama, sahabat dan sekaligus seniorku dalam dunia aktivisme pendidikan dan literasi, yakni Satria Dharma, yang selama ini lebih dikenal sebagai tokoh literasi di tanah air. 

Aku sering bersama beliau. Selama berada bersama beliau saat melakukan kegiatan literasi di Aceh, aku melihat setiap hari beliau menulis dengan menggunakan mobile phone, yang bisa menghasilkan minimal satu tulisan sehari. Ia pun sudah banyak menerbitkan buku, terutama terkait literasi dan tarvelling note. 

Contoh yang kedua, aku teringat dengan kebiasaan seorang sahabat yang bertitel insinyur, Ahmad Rizali, penulis buku Haji Nanang Naik Haji, Sampaikan Salamku kepada Rasulullah SAW. Ternyata, bukunya yang setebal 168 halaman itu, ia tulis dengan cara yang sangat mudah dan murah. 

Dalam penjelasannya saat acara bedah buku di aula FKIP Unsyiah bulan Februari 2019 lalu, ia membuka rahasia bagaimana ia menulis buku tersebut kala akan dan sedang menunaikan ibadah haji. Ia tidak membutuhkan tempat duduk tenang untuk menulis. Ia juga tidak harus menenteng laptop ke sana ke mari, atau harus membawa buku dam pulpen. 

Ia bahkan cukup menggunakan handphone. Ya, ia bahkan menggunakan gadget jadul, yakni Blackberry untuk membuat catatan yang menjadi bahan tulisan untuk buku yang menjadi pedoman bagi mereka yanh akan berhaji serta sebagai perbandingan bagi mereka yang sudah berhaji. Ya, begitu mudahnya aktivitas menulis itu sebenarnya. 

Aku sendiri sering menulis di note yang tersedia di HPku. Buktinya,  tulisan ini pun ditulis saat sedang berada di mobil, sambil menunggu istri berbelanja dengan memanfaatkan fasiltas note di iphone. Tidak harus berada di dalam ruangan atau tempat yang aman. Di jalan saja yang penuh dengan hiruk pikuk kenderaan yang lalu lalang, kegiatan menulis dilakukan. 

Jadi, aktivitas menulis sangat jauh berbeda dengan aktivitas atau pekerjaan lain, misalnya bekerja sebagai staf atau pegawai di sebuah instansi atau perusahaan, kita kalau mau melakukan aktivitas, akan menyiapkan segalanya. Harus berbusana lengkap dengan sepatu dan lainnya. Sementara untuk menulis tidak demikian. 

Bila perlu, kalau sedang di dalam ruang atau kamar, kita tidak harus berpakaian lengkap, cukup dengan pakaian dalam, tetapi tetap menulis. Menulis tidak harus di tempat- tempat khusus atau tertentu. Tidak harus ada meja khusus untuk menulis sebuah. Jadi, aku juga bisa menulis di awan. 

Menulis ketika sedang dalam perjalanan yang menggunakan jasa pesawat terbang. Kala sedang terbang, kita bisa menulis segala hal, asa saja mode pesawat  yang ada di handphone dimatikan. Siapa pun bisa menulis. Masih malas menulis? Bila benar malas, maka itu sangat merugikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun