Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menulis yang Tergesa-Gesa

21 Maret 2019   19:00 Diperbarui: 21 Maret 2019   19:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan menulis untuk pelajar SMP

Namun, ketika kita sudah terbiasa dan menjadi tradisi, seringkali pula kita lupa dan abai terhadap hal-hal yang penting. Misalnya, karena ingin cepat-cepat memuat atau membuat postingan, atau ingin cepat-cepat mengirimkan ke redaksi sebuah media cetak atau media online, tulisan tersebut tidak lagi dibaca ulang atau disunting dahulu, lalu mengirimkan ke media.

Sehingga, kesalahan ketik, kalimat berulang, tanda baca dan sebagainya tidak dikoreksi. Sehingga, tulisan yang disajikan terasa tidak enak dibaca. Para pembaca banyak yang terganggu dengan kesalahan dan kekurangan tersebut.

Padahal, ketika kita menulis dan mengirimkan tulisan tersebut ke media cetak atau online, kita berharap tulisan kita tersebut bisa dimuat di surat kabar atau media online. Sayangnya tidak dimuat, lalu kita salahkan media tersebut dengan berbagai dugaan kita. 

Sementara setiap media cetak dan sejumlah media online memiliki kriteria untuk memuat tulisan yang masuk ke meja redaksi. Kita pun akan kecewa dan bisa mengurangi selera menulis. 

Kalau pun tulisan kita dimuat, maka kerjanya editor menjadi berat. Banyak media yang tidak mau repot dengan tulisan kita. Kecuali di media yang tidak ketat, bisa saja tulisan kita dimuat. Apalagi kalau kita bisa posting tulisan sendiri, seperti di Kompasiana, maka kesalahan itu tetap begitu. Risikonya adalah tulisan kita akan tidak banyak dibaca. 

Menulis pada hakikatnya adalah sebuah proses yang menuntut kesabaran dan ketelatenan. Ketika tulisan kita ditulis dengan baik, rapi serta tertib berbahasa, maka biasanya akan sangat suka dibaca oleh orang atau pembaca. Semakin tertib seseorang itu menulis, biasanya semakin banyak orang yang membaca tulisannya.

Harus kita akui bahwa kita akan sangat senang kalau banyak orang yang membaca tulisan kita. Kita bisa mendapat kepuasaan batin dengan menulis, ketika semakin banyak orang yang membaca dan mengambil pelajaran pada tulisan kita tersebut.

Oleh sebab itu, apabila ingin tulisan kita bisa dibaca dan dinikmati oleh banyak orang, hindarilah menulis dengan cara tergesa-gesa, atau terburu-buru. Bersabarlah sedikit, dan jangan malas untuk membaca ulang setelah semua selesai ditulis. Dengan cara ini, tulisan kita juga akan mudah dimuat di sebuah media cetak atau media online. 

Di samping itu pula, setiap tulisan kita, terutama tulisan yang menyangkut dengan orang lain, aka nada risiko. Contoh kecil saja adalah kesalahan ketik nama seseorang, atau pangkat, jabatan maupun gelar seseorang.

Bisakah dibayangkan apa yang akan terjadi? Paling kurang, kita akan bertanya, apa reaksi kita bila nama kita salah ditulis dalam tulisan tersebut.

Sebagai contoh, nama penulis yang bisa dibubuhkan di bawah judul tulisan. Kesal, bukan? Maka, sekali lagi. Jangan  terbawa perilaku atau sikap ingin cepat siap atau selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun