Selalu ada jeda untuk membacanya pada setiap satu tulisan yang pendek-pendek tersebut. Tulisan-tulisan pendek dengan judul-judul pendek dan penuh makna tersebut merupakan catatan-catatan yang dibuat oleh Haji Nanang, ketika pada proses awal mendaftar haji, hingga berada di tanah suci, Makkah dan Madinah, hingga pulang ke tanah air lagi.Â
Ia mencatat semua hal secara rinci, sampai ia tahu segala ukuran jenis dan fungsi sesuatu. Ia bukan hanya melakukan ritual ibadah haji, tetapi memanfaatkan waktunya berhaji dengan mencatat segala hal, termasuk persoalan panjangnya antrean calon jamaah haji yang harus menunggu giliran naik haji yang hingga bertahun-tahun lamanya, tidak hanya setahun atau dua tahun menunggu, tetapi bisa sampai lebih dari 10 tahun.Â
Sebuah antrean yang cukup lama bukan? Belum lagi adanya praktik-praktik ketidakjujuran yang terjadi di berbagai urusan di awal dan dalam proses pelaksanaan haji oleh pihak penyelenggara haji.
Ya, dalam buku yang tidak ubahnya berupa kumpulan catatan harian atau diary yang dikemas secara baik dan menarik, serta sangat kreatif itu menjadi buku yang penting dibawa oleh orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji, karena di dalam buku ini semua tercatat tentang cara-cara menunaikan haji, tempat dan hal-hal yang mungkin akan dihadapi selama menunaikan ibadah haji.Â
Makanya, alangkah bagus kalau para calon jamaah haji membaca buku ini sebagai salah satu pedoman ketika berhaji. Buku ini juga sebenarnya menjadi sangat penting bagi mereka yang sudah menunaikan haji, karena bisa menjadi pembanding terhadap pengalaman pribadi dan pengalaman yang dituliskan oleh Ahmad Rizali dalam bukunya yang mudah dibawa kemana-mana ini.Â
Bagi orang-orang yang sudah menunaikan haji, bisa belajar bagaimana menjadikan haji yang sekaligus bisa membawa manfaat bagi orang lain, bisa mencerahkan dan bisa memberikan solusi untuk memperbaiki hal-hal yang tidak bai, karena setiap tulisan yang disajikan dalam buku ini, selalu diakhiri dengan kritik-kritik yang menggelitik, namun sangat santun dan tidak membuat pejabat pemerintah termasuk para penyelenggara haji menjadi langsung murka.Â
Begitu lihainya Ahmad Rizali menyampaikan kritik yang bukan hanya kepada pemerintah Indonesia, tetapi juga kepada pemerintah Arab Saudi serta masyarakat yang melaksanakan ibadah haji sejak di tanah air hingga di tanah suci.Â
Terus terang, cukup banyak pelajaran dan hal-hal yang menarik dan penting untuk kita ketahui bila ingin melakukan ibadah haji. Hal ini perlu agar kita juga hendaknya bisa mengatur emosi, mental dan kesiapan lainnyakarena serta lainnya dalam menjalankan ibada haji, agar tidak membuat ibdah haji kita sia-sia.Â
Apalagi ketika membaca buku Haji Nanang ini, Â pikiran dan jiwa kita seakan ikut bersama haji Nanang dalam segala urusan dan situasi yang terjadi di semua tempat dan kondisi.Â
Inilah salah satu alasan mengapa buku ini penting dan perlu dibaca. Pokoknya, aku menemukan banyak hal menarik dari buku yang ditulis oleh Ahmad Rizali yang menuntaskan pendidikan di jurusan teknik kimia, Prodi gas dan petrokimia, Universitas Indonesia itu.Â
Sejalan dengan gerakan literasi yang sedang digalakan oleh banyak pihak, termasuk aku dan juga IGI, buku ini sangat menginspirasi aku dan para guru yang terpanggil jiwa untuk membangun dan meningkatkan kemampuan literasi anak bangsa yang terpuruk. Sekali membaca catatan Haji Nanang ini, rasanya tidak mampu aku ungkapkan segala hal, dengan perspektifku sendiri yang sangat terbatas.Â