Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona dan Pembelajaran dari "The River of Life"

3 Desember 2018   09:44 Diperbarui: 3 Desember 2018   09:51 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, kemerdekaan yang jauh berbeda dengan kemerdekaan yang kita peroleh di Indonesia dengan penuh tumpah darah dan perang yang sangat lama, hingga menewaskan ribuan atau bahkan jutaan orang di seluruh Indonesia. 

Walau, kemerdekaan mereka diperoleh dengan mudah, ternyata pelestarian tempat bersejarah bagi Negara tetangga ini, berjalan sangat bagus dan terjaga.

Niat, kami untuk bisa turun di lapangan Merdeka tidak terwujud, karena pagi Minggu itu, sepertihalnya di kota Banda Aceh berlangsung kegiatan car free day, dimana jalan-jalan yang digunakan untuk kepentingan car free dayditutup. 

Kami pun kemudian ditawarkan untuk  singgah sejenak di River of Life, Kuala Lumpur yang letaknya tidak jauh dari lapangan merdeka tersebut. 

 Secara sekilas, terasa seperti tidak ada daya tarik, karena yang kelihatan sejumlah tenda  putih dan transparan berjejer di pinggir sungai itu.  Tempat ini mungkin menjadi hal biasa bagi kita yang datang dari Indonesia, karena kita punya banyak sungai dan juga punya masjid yang diberi nama masjid Jamek, letaknya di bibir atau tebing sungai atau kuala. 

Tepatnya berada di pertemuan dua sungai, yakni sungai Klang dan sungai Gombak yang dahulunya berlumpur dan kemudian dibadikan menjadi Kuala Lumpur, yang kini dikenal sebagai ibu kota Malaysia itu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
 Seperti dikatakan sebelumnya bahwa secara sekilas, seperti tidak menarik, namun, tempat ini ternyata menjadi tempat yang menarik bagi banyak wisatawan yang datang berwisata ke tanah Melayu ini. Apakah dari Asia, maupun dari Eropa.

Kesannya, tentu tergantung pada siapa yang mengunjunginya. Apalagi perspektif orang, masing-masing berbeda. Jadi kesannya juga akan berbeda-beda. Begitu pula bagi kami yang baru pertama sekali datang berkunjung, berwisata ke tempat itu. Banyak kesan dan pelajaran penting yang kami dapat petik.

 Walau kesan pertama ketika masuk memang terasa seperti biasa-biasa saja. Namun, ketika sudah masuk ke lokasi, muncul berbagai nuansa keindahan dan nuansa sejarah tentang Malaysia itu.  Ada banyak hal yang menarik ketika bila kita masuk ke taman ini. 

 Sang pemandu (guide) yang memandu kami menjelaskan panjang lebar tentang " Sungai Nadi Kehidupan" ini yang disebut dengan the river of life. Sebutan yang penuh arti dan memberikan isyarat bahwa sungai adalah nadi kehidupan yang harus dijaga, dirawat dan dimanfaatkan untuk sebaik-baiknya. 

Sungai nadi kehidupan yang telah memberikan nafas baru kepada lebih dari 10 kilometer kawasan pinggiran sungai di sekitar pusat kota Kuala Lumpur. Jadi, sungai ini adalah bagian dari sejarah Kuala Lumpur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun