Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ini Perjalanan yang Disebut "Traveling Literacy" Itu

25 November 2018   06:33 Diperbarui: 25 November 2018   06:49 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Tabrani Yunis

"Wow, its amazing". Ungkap Ananda Nayla ketika pesawat yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di KLIA, Kuala Lumpur. Lalu, adiknya Aqila Azalea Tabrani Yunis, ikut menyela," Yeap, it is amazing Nayla".  Aku pun bertanya pada mereka, " what is the amazing thing you are seeing?, Any surprises?Tanyaku pada mereka. Malaysia, jawab Nayla. Oya?

Begitulah ekspresi dua anak yang masih belia itu, ketika melihat bandara KLIA. Padahal, itu adalah bandara KLIA. Namun, mereka bersahutan berkata, its amazing. Mereka pasti punya pertimbangan sendiri. Walau usia mereka masih di bawah 10 tahun. Namun, pengetahuan mereka sebagai anak yang disebut generasi Z, tentu berbeda dengan aku yang lahir di generasi X. 

Kecepatan mereka menguasai informasi dan teknologi, lompatannya jauh lebih cepat dan lebih jauh dari masa perkembangan mereka dan masa perkembanganku di masa kecil. Mereka lahir di era yang serba digital,yang membuat penguasaan mereka terhadap segala informasi bergerak sangat cepat. Mereka malah bisa lebih mampu menjelaskan tempat-tempat berbelanja mainan di Kuala Lumpur atau Singapura. 

Bayangkan saja, aku tidak tahu  ada Penda Eyes, Smiggels, hingga Legoland. Mereka sudah tahu nama dan juga apa yang bisa dinikmati di tempat itu. Banyak hal lain, yang mereka ceritakan. Padahal, mereka belum pernah ke tempat --  tempat itu.  Jadi, lompatannya lebih cepat dan lebih jauh. 

Ini mungkin salah satu pengaruh dari kebiasaan mereka menonton acara TV channel anak-anak seperti Cartoon Network, Nick Jr, Disney Junior dan lain-lain yang banyak memperlihatkan tempat dan acara anak-anak di Singapore dan lainnya. Aku sendiri tidak menonton TV. Ya, itulah potret anak-anak sekarang. Tidak salah kalau dikatakan masing-masing orang ada zamannya.

 Eh, kami baru tiba pada pukul 11.30 Waktu Malaysia dan turun masuk ke terminal KLAI 2 yang merupakan terminal pesawat yang dengan tagline Everyone can flyitu. Kami langsung menuju ke imigrasi dan pengambilan bagasi. Di sini, kedua anakku, Ananda Nayla dan Aqila belajar sabar mengikut antrean panjang. 

Mereka tiak hanya belajar hidup dalam budaya antri yang panjang itu, tetapi juga sekaligus belajar bagaimana berhadapan dengan pabean atau petugas imigrasi. Tentu, mereka tidak pernah bayangkan bahwa berjalan ke luar negeri itu harus melewati pengecekan di bagian imigrasi. Kalau tidak bermasalah, ya lancar. Kalau ada masalah, pasti lebih lama lagi. Syukurlah, proses di imigrasi berjalan lancar.

 

Naik Bas. sumber foto : Dokpri
Naik Bas. sumber foto : Dokpri
Keluar dari bandara, Guide yang bertugas menjemput kami, sudah menunggu di tempat ketibaan. Biz Guide Salman, pemandu lokal yang akan menemani kami selama di KL dan Singapore dengan ramah menyambut kedatangan kami dan menuntun kami untuk naik Bas Persiaran. Sebuah bus kecil yang parawisata di negeri tetangga, Malaysia itu yang bisa membawa sebanyak 16 penumpang itu , ditambah dengan sopir yang selama 4 hari akan bersama kami. 

Di dalam bas Pesiaran, Bung Salman, sebagai guide ia mulai memberikan informasi kepada kami, kemana saja dan dimana saja kami akan singgah dan makan. Maka, selepas dari bandara, bas diarahkan menuju kota Kuala Lumpur. Namun, sebelum ke pusat kota Kuala Lumpur, kami dibawa ke beberapa tempat yang menarik untuk berkujung. 

Kunjungan hari pertama  tanggal 17 November 2018 sebelum salat dhuhur kami dibawa ke kawasan Putra Jaya,  sebuah kawasan wisata bersejarah yang dirancang secara modern yang mampu menyengat rasa ingin tahu banyak orang untuk datang dan berwisata di tempat ini. Kita bisa nikmati indahnya pemadangan kota modern yang di tengah kawasan itu terdapat danau yang bersih dan terjaga. 

Tampak sebuah masjid yang terlihat seperti masjid terapung di atas danau. Masjid yang dikenal sebagai masjid besi yang diberi nama masjid Putra Jaya. Kita pasti akan berdecak kagum ketika pertama sekali melihatnya. Pertama sekali, kami hanya melihat dari kejauhan, sebab bus belum diparkir di tempat parkir yang tersedia.

Menurut cerita yang disampaikan oleh Guide yang baik hati itu,  masjid Putra Jaya yang berada di wilayah Putra jaya  ini didirikan pada saat pemerintahan Malaysia berada di bawah kepemimpinan Mahathir Muhammad.  Posisinya semakin penting karena masjid itu bersebelahan dengan kantor Perdana Menteri  Malaysia yang bernama Perdana Putra. 

Selain itu, di kawasan ini juga terligat bangunan-bangunan megah dan asri. Tidak ada bangunan yang dibangun asal jadi, seperti bangunan kita di Indonesia yang dibangun berdasarkan project oriented dalam membangun semua infrastruktur. Terbukti, di kawasan Putra Jaya, ini semua bangunan terlihat kokoh dengan kondisi jalan yang tidak ada lubang-lubangnya.

Pak Sopir memarkirkan bas Persiaran di pinggir sisi jalan yang juga tempat pakir. Kami diminta turun untuk menuju gerai makan yang terletak di lantai dasar di tepi danau. Ya, di lantai dasar terdapat gerai makanan yang banyak dikunjungi oleh para turis dari berbagai Negara.  Ada banyak pilihan makanan yang bisa dinikmati di sini. 

Kami diajak  makan siang bersama di gerai makanan Melayu. Di sini, kami ambil makan sendiri, karena di sini melayani tamu dengan system Perancis. Ambil sendiri dan bisa makan apa saja. Selain gerai makanan, di sini juga banyak tempat yang menjual souvenir kepada para tamu. Tentu saja sebagai muslim, kami mencari gerai makanan yang halal. Apalagi ini adalah gerai makan Melayu, pasti halal.

Suasana di luar terasa sangat panas. Sampai-sampai iphone isteriku tidak bisa digunakan memanggil, karena panas. Ya, usai makan siang kami bergegas naik ke pelataran yang luas untuk mengambil foto bersama rombongan tour. Karena terlalu panas, kami bergegas naik ke bas, agar bisa menghidupkan AC dan bisa meluncur ke Kuala Lumpur. 

Nah, karena waktu salat dhuhur tiba, kami melaksanakan salat dhuhur di rest area yang letaknya tidak begitu jauh dari kawasan Putra Jaya. Semua rombongan melaksanakan salat dhuhur dan ashar. Ya kami sebagai musafir diberikan konvensasi oleh Allah untuk jamak atau qasar. Kami diberikan waktu 15 menit dan setelah itu bergerak lagi menuju Kuala Lumpur.

Perjalanan menuju Kuala Lumpur pun dilanjutkan. Guide, bung Salman yang sangat ranah dan baik itu, memberikan penjelasan tentang Malaysia. Ia menceritakan panjang lebar tentang Negara kerajaan Malaysia itu. Anak-anak yang ikut dalam tour menjadi pendengar yang akif dan pro aktif. Ia bertanya kepada anak-anak, apakah anak-anak tahu tentang Malaysia? Anak-anak dengan sontak dan serentak menjawab tahu. 

Tetapi ketika ditanyakan apakag ada yang tahu berapa jumlah negeri yang ada di Malaysia, mereka tidak tahu. Lalu, Bung Salman menjelaskan bahwa Malaysia itu terdiri dari 13 negeri atau bila kita di Indonesia disebut provinsi. Hanya saja mereka tidak ada Gubernur, tetapi Sultan. Bukan hanya itu, Bung Salman banyak memberikan pengetahuan kepada kami orang tua dan juga anak-anak yang ikut. 

Paling tidak, ada pelajaran sejarah dunia yang mereka dapat. Jadi, bisa dikatakan bagi anak-anak, perjalanan ini sebagai historical traveling. Apalagi bagi anak-anak, perjalanan ini sebagai perjalanan pertama dan tak terlupakan. Ya, the first and unforgettable traveling

 Tanpa terasa, hari semakin sore. Sementara ada yang berkata, belum lengkap rasanya kalau belum ke Twin Tower dengan ketinggian 420 meter yang menjadi kebanggaan rakyat Malaysia itu. Namun, ketinggian tower ini akan kalah dengan Indonesian Exchange Tower yang miliknya Mulya Grup Jakarta, dengan ketinggian 106 lantai itu. 

Di sini, kami melakukan window shopping saja di Sunway Putra, karena baru saja tiba. Biasanya, kalau sudah ke twin tower, terasa tidak lengkap apabila tidak mengabadikannya dalam foto. Maka anggota grup masing masing mencari lokasi berfoto di depan Twin Tower yang juga dikunjungoleh banyak wisatawan dari berbagai Negara.

Survey Pasar Petaling

 Sebelum menuju hotel, kami sempat searching di pasar Petaling. Konon, di sini kita bisa belanja dengan harga yang murah. Ya, karena dikatakan ini murah, maka anakku Ananda Nayla dan Aqila mengajaku mencari toko Penda eyes. Kami menemukannya dan sempat keliling, namun tidak direkomendasikan makan, karena banyak makanan yang tidak halal dijual di kawasan itu. 

Kami diberikan waktu selama 45 menit, karena harus segera menuju hotel, karena hampir magrib. Mala mini, kami menginap di sebuah hotel di kawasan Putra. Kami menginap di hotel Sani, sebuah hotel yang kelasnya bukan bintang lima, namun cukup nyaman untuk semalam.

 

Berfoto sejenak di depan Istana Raja/Dokpri
Berfoto sejenak di depan Istana Raja/Dokpri
Teman-teman peserta tour tampak sudah kelelahan. Mereka banyak memilih istitarahat di kamar, sementara kami memilih untuk keluar ke sebuah mall dekat hotel yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di mall ini, pula Ananda Nayla mewujudkan mimpinya mencari mainan di Smiggel yang sering ia lihat di Youtube.  

Di sini Ananda Nayla dan Aqila seperti tersengat denga mainan-mainan yang ia sukai. Mereka ingin lebih lama bereksplorasi di sini dan ingi bisa berbelanja. Namun, sebagai pembelajaran kepada mereka, bahwa kita mempunyai mata uang yang berbeda dan dengan nilai yang berbeda. Nilai mata uang Ringgit, lebih besar dari Indonesia. 

Oleh sebab itu, ketika dia melihat harga sebuah barang hanya 35 ringgit, mereka bilang wah murah sekali, hanya 35 Ringgit. Lalu, harga itu bila kita konversikan ke Rupiah, tentu menjadi mahal. Inilah salah satu pelajaran dari traveling literacy dari hari pertama, selain banyak pelajaran lain yang dipetik oleh kedua anak-anakku. 

Nah, waktu sudah hampir pukul 21.00, saatnya mall juga tutup, sementara badan dan mata sudah ingin istirahat, pilihan terbaik adalah tidur. Kami memang harus cepat tidur, karena keseikan harinya guide datang lebih pagi untuk melanjutkan perjalanan wisata dan belanja di sejumlah tempat yang sudah menjadi paket wisataa yang ditawarkan oleh Alsa Travel kepada kami itu. Ya, tidur dulu.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun