Mohon tunggu...
Tabrani Yunis
Tabrani Yunis Mohon Tunggu... Guru - Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Tabrani Yunis adalah Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh, juga sebagai Chief editor majalah POTRET, majalah Anak Cerdas. Gemar menulis dan memfasilitasi berbagai training bagi kaum perempuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warisan Ayah dan Bunda

16 Juli 2018   01:03 Diperbarui: 16 Juli 2018   02:05 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dream.co.id

Oleh Tabrani Yunis

Nak,

Maafkan ayah dan bunda

Kau dilahirkan dengan papa

Tiada harta 

Apa lagi tahta

Karena kita hanya orang kecil dan dipandang hina

Sebagai ayah dan bunda ingin rasanya kami memberikan  apa yang kau inginkan

Ingin rasanya mewariskan segala yang ada

Harta, tahta bahkan wanita atau pria yang kau suka

Namun, semua itu hanya asa

Karena itu memang tiada


Nak, 

Maafkan ayah dan bunda yang tak mampu mengubah jalan hidup yang lebih sejahtera

Kami juga tak berharta

Kami tidak berkuasa

Kami hanya hamba sahaya

 

Nak,

Hanya satu yang mampu kami wariskan
Sebuah kail untuk menangkap ikan
Belajarlah melempar umpan

Hidup ini memang harus bisa diemban


Belajar memegang gagang pancing

Berikan umpan di mata pancing

Itulah ilmu yang paling penting

Untuk hidup harus dipancing

 


Nak,
Terimalah ini pancing untuk mengail masa depan
Jadikan bekal mengubah guratan tangan
Kayuhlah biduk jauh ke tengah lautan

Agar kau bisa membawa ikan

 

Lemparkan kail jauh ke dalam

Peganglah kail dengan kesabaran
Ilmu dan kecakapan adalah jalan

Gunakan semua untuk merangkuh masa depan

 

Nak,

Ini adalah kail warisan untuk membangun masa depan
Walau sedikit dan sederhana kau bisa bersyukur kepada Tuhan

Tahta, harta dan wanita atau pria tidak akan memberikan jaminan
Tapi kaya jiwa
Kaya hati
Bisa berbagi

 

Nak,
pancing itu adalah langkah-langkah panjang
Yang membawa langkah semakin panjang

Ketika kaki masih mampu melangkah
Tuntunlah pada jejak langkah
Yang membawa berkah
Berwarna hikmah


Ketika kaki masih mampu melangkah
Jelajahlah dengan sejuta langkah
Sejauh kaki bisa melangkah
Mencari nafkah yang penuh berkah


Ya langkahkanlah sejuta langkah
Kejarlah segala yang berkah
Agar segala berkah
Berujung sedekah

Itulah hidup yang penuh berkah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun